Anda di halaman 1dari 14

PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL

Seorang perencana sebagai perancang utama bangunan harus


mengembangkan kepercayaan diri dalam merancang suatu
bangunan.

Perencana harus memiliki :


1. Pengetahuan yang memadai terhadap hukum-hukum alam yang
dicerminkan oleh permainan gaya yang berlangsung di dalam
susunan bangunan,
2. Kemampuan dasar analisis struktur dan perancangan struktur
3. Belajar dari pengalaman dari perencanaan bangunan yang
terdahulu.

Terdapat beragam metode dalam perencanaan suatu konstruksi.


Hal yang penting untuk disadari adalah bahwa penentuan metode
konstruksi yang digunakan :
1. memenuhi aspek keamanan dan kekuatan
2. pertimbangan aspek ekonomi secara cermat.
Salah satu langkah awal adalah penentuan tingkat daktilitas, sebelum mulai
proses analisis struktur, dimana dikenal :
1. Elastik (Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa -SRPMB), seluruh tingkat
daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor daktilitas elastik penuh
sebesar 1,0.
Akan memberikan struktur yg relatif kaku dan dimensi struktur besar,
khususnya pada kolom2-nya, shg dari pertimbangan harga relatif
membutuhkan investasi pembangunan yang mahal (disebut rangka elastik,
ingat : bedakan dengan perancangan tampang elastik)
2. Daktilitas Partial (Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah -SRPMM),
seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor daktilitas di
antara untuk struktur gedung yang elastik penuh sebesar 1,0 dan untuk
struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3.
3. Daktilitas Penuh (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus -SRPMK),
Suatu tingkat daktilitas struktur gedung, di mana strukturnya mampu
mengalami simpangan pasca-elastik pada saat mencapai kondisi di ambang
keruntuhan yang paling besar, yaitu dengan mencapai nilai faktor daktilitas
sebesar 5,3.
Akan memberikan struktur daktail dan dimensi struktur kecil, khususnya
pada kolom2-nya, shg dari pertimbangan harga relatif membutuhkan
investasi pembangunan yang murah. Utk kondisi ini diperlukan persyaratan
kolom harus lebih kuat dari balok shg pd kondisi runtuh, maka keruntuhan
diawali oleh keruntuhan balok (disebut struktur daktail, ingat : bedakan dg
tampang daktail)
Peraturan dan standar persyaratan struktur bangunan pada hakekatnya
ditujukan untuk kesejahteraan umat manusia, untuk mencegah korban
manusia, karenanya peraturan struktur bangunan harus menetapkan syarat
minimum yang berhubungan dengan keamanan.

Perlu disadari bahwa suatu peraturan bangunan :

1. bukanlah hanya diperlakukan sebagai petunjuk praktis yang disarankan untuk


dilaksanakan,
2. bukan hanya merupakan buku pegangan pelaksanaan,
3. bukan pula dimaksudkan untuk menggantikan pengetahuan, pertimbangan
teknik, serta pengalaman-pengalaman di masa lalu.
4. suatu peraturan bangunan tidak membebaskan tanggung jawab pihak
perencana untuk menghasilkan struktur bangunan yang ekonomis dan
5. yang lebih penting, adalah aman.

Di Indonesia, peraturan atau standar yang mengatur perencanaan dan


pelaksanaan bangunan beton sering kali mengalami perubahan dan
pembaharuan. Pembaharuan itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
dalam upaya mengimbangi pesatnya laju perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya yang berkaitan dengan beton ataupun struktur beton
bertulang
PEMBEBANAN PADA GEDUNG

• Acuan yang dipakai adalah Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
dan Gedung (SNI-1727-1989 F).

• Acuan tersebut memuat kombinasi pembebanan terhadap beban mati (M),


beban hidup (H), beban angin (A), beban gempa (G) dan beban khusus (K).
Kombinasi tersebut adalah sebagai berikut :
1) Beban tetap =M+H
2) Beban sementara = M + H + G dan M + H + A
3) Beban khusus = M + H + K, M + H + A + K dan M + H + G + K

• Kombinasi pembebanan di atas dalam peraturan SNI-03-2847-1992 diperinci lagi


dengan pengalian terhadap suatu faktor keamanan tertentu.

Ketentuan – ketentuan pembebanan pada struktur berlaku sebagai berikut :


• Pelat mendukung beban mati dan beban hidup termasuk berat sendiri
• Balok anak mendukung beban yang didukung pelat dan berat sendiri, dan
beban gempa
• Balok induk mendukung beban yang didukung balok anak dan berat sendiri
(dan mungkin sebagian beban hidup), beban gempa
• Beban dari balok induk diteruskan ke kolom kemudian ke pondasi.
PEMAKAIAN BEBAN PADA STRUKTUR GEDUNG
Struktur dan komponen struktur harus direncanakan aman
atau memiliki kelebihan/cadangan kekuatan dalam
memikul beban luar yang bekerja. Keamanan dapat
dinyatakan dengan faktor keamanan yang menyatakan
perbandingan antara beban maksimum yang mampu
didukung dan kekuatannya. Faktor keamanan yang
terdiri dari:
• faktor beban (load factors)  yang memperhitungkan
pelampauan beban lebih besar dibanding beban
perencanaan dan
• faktor reduksi kekuatan (reduction factors)  yang
memperhitungkan kemungkinan kualitas bahan di
lapangan yang lebih rendah akibat ketidaksempurnaan
pelaksanaan.
BEBAN2 YG BEKERJA PADA STRUKTUR GEDUNG
Semua struktur dan komponen struktur harus
mempunyai kuat rencana minimum sama dengan
kuat perlu U, yang dihitung berdasarkan kombinasi
beban yang dikalikan dengan faktor beban . Beban-
beban tersebut akan bekerja pada struktur antara
lain:
• beban mati D
• beban hidup L
• beban atap A atau beban hujan R
• beban angin W
• beban gempa E
• tekanan tanah H
• tekanan fluida, F
• pengaruh perbedaan penurunan fondasi, rangkak,
susut, ekspansi beton, atau perubahan suhu T
• beban akibat benturan P
 beban hidup nominal yang bekerja pada struktur gedung
beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan gedung tersebut,
baik akibat beban yang berasal dari orang maupun dari barang yang
dapat berpindah atau mesin dan peralatan serta komponen yang tidak
merupakan bagian yang tetap dari gedung, yang nilai seluruhnya
adalah sedemikian rupa sehingga probabilitas untuk dilampauinya
dalam kurun waktu tertentu terbatas pada suatu persentase tertentu.
Pada umumnya, probabilitas beban tersebut untuk dilampaui adalah
dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun dan ditetapkan sebesar
10%. Namun demikian, beban hidup rencana yang biasa ditetapkan
dalam standar-standar pembebanan struktur gedung, dapat dianggap
sebagai beban hidup nominal.
 beban mati nominal
beban yang berasal dari berat sendiri semua bagian dari gedung yang
bersifat tetap, termasuk dinding dan sekat pemisah, kolom, balok,
lantai, atap, penyelesaian, mesin dan peralatan yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari gedung, yang nilai seluruhnya
adalah sedemikian rupa sehingga probabilitas untuk dilampauinya
dalam kurun waktu tertentu terbatas pada suatu persentase tertentu.
Pada umumnya, probabilitas beban tersebut untuk dilampaui adalah
dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun dan ditetapkan sebesar
10%. Namun demikian, beban mati rencana yang biasa ditetapkan
dalam standar-standar pembebanan struktur gedung, dapat dianggap
sebagai beban mati nominal.
 beban gempa nominal secara umum
beban gempa yang nilainya ditentukan oleh 3 hal, yaitu
oleh besarnya probabilitas beban itu dilampaui dalam
kurun waktu tertentu, oleh tingkat daktilitas struktur yang
mengalaminya dan oleh kekuatan lebih yang terkandung
di dalam struktur tersebut. Menurut Standar ini, peluang
dilampauinya beban tersebut dalam kurun waktu umur
gedung 50 tahun adalah 10% dan gempa yang
menyebabkannya disebut Gempa Rencana (dengan
perioda ulang 500 tahun), tingkat daktilitas struktur
gedung dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan,
sedangkan faktor kuat lebih f1 untuk struktur gedung
secara umum nilainya adalah 1,6. Dengan demikian,
beban gempa nominal adalah beban akibat pengaruh
Gempa Rencana yang menyebabkan terjadinya
pelelehan pertama di dalam struktur gedung, kemudian
direduksi dengan faktor kuat lebih f1.
FAKTOR2 BEBAN
Kuat perlu U untuk menahan beberapa kombinasi beban yang bekerja paling tidak
harus sama dengan:

1). akibat beban mati D saja:


U = 1,4 D

2). akibat beban mati D, beban hidup L, dan beban atap A atau beban hujan R,
paling tidak harus sama dengan
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)

3). bila beban angin W harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka pengaruh
kombinasi beban D, L, dan W berikut harus ditinjau untuk menentukan nilai U
yang terbesar, yaitu:
U = 1,2 D + 0,5 L ± 1,3 W + 0,5 (A atau R)
dengan kombinasi beban harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup L
yang penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya,
dan
U = 0,9 D ± 1,3 W

4). bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan:


U = 1,2 D + 1,0 L  1,0 E
atau
U = 0,9 D  1,0 E
E berdasarkan SNI-03-1726-1989 F, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa utk
Rumah dan Gedung atau penggantinya (sudah diganti 2002)
5). bila ketahanan terhadap tekanan tanah H diperhitungkan dalam perencanaan,
maka:
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) + 1,6H
U = 0,9 D + 0,5 (A atau R) + 1,6 H

6). bila tekanan fluida, F diperhitungkan, maka beban tersebut harus dikalikan
dengan faktor beban 1,4 ditambahkan pada beban mati dan dan dikalikan
dengan faktor beban 1,2 ditambahkan pada semua kombinasi beban yang
memperhitungkan beban hidup.

7). bila ketahanan terhadap pengaruh kejut diperhitungkan dalam perencanaan,


maka pengaruh tersebut harus disertakan pada perhitungan beban hidup L.

8). bila pengaruh struktural T akibat perbedaan penurunan fondasi, rangkak, susut,
ekspansi beton, atau perubahan suhu diperhitungkan, maka:
U = 0,75 (1,2 D + 1,2 T + 1,6 L)
tetapi nilai U tidak boleh kurang dari
U = 0,75 (D + T)

9). jika pada bangunan terjadi benturan yang besarnya P, maka pengaruh beban
tersebut dikalikan dengan faktor 1,2.
Secara singkat kombinasi pembebanan tsb dpt dirangkum dalam tabel
berikut
Kuat rencana.
• Kuat rencana diperoleh dengan mengalikan kekuatan nominal
dengan nilai reduksi kekuatan Ø yang bernilai kurang dari satu.
Kekuatan nominal diperoleh dengan meninjau kekuatan teoritis
bahan yang dipakai.

• Ketentuan nilai reduksi kekuatan Ø diatur dalam SNI-2002 adalah


sebagai berikut :

1. Beban lentur tanpa beban aksial = 0,80


2. Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur = 0,80
3. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur :
– dengan tulangan spiral = 0,70
– dengan sengkang biasa = 0,65
4. Geser (gaya lintang) dan torsi = 0,75
5. Tumpuan pada beton (lihat Pasal 3.11.13) = 0,65
6. Panjang penyaluran yang ditentukan dalam Pasal 3.5 tidak memerlukan
faktor reduksi kekuatan Ø.
7. Geser pada hubungan balok-kolom & pada geser balok perangkai yg
diberi tulangan diagonal = 0,80
Kecuali utk nilai aksial tekan (pada kolom) yg rendah, nilai Ø boleh
ditingkatkan dengan aturan sbg berikut :

Untuk komponen struktur dimana nilai fy tidak melampaui 400 Mpa,


dengan tulangan simetris, dan dengan (h-d’-ds)/h tidak kurang dari 0,65;
nilai Ø boleh ditingkatkan secara linier menjadi 0,80 untuk nilai ØP n yang
berkurang dari 0,10f’c Ag ke nol

Untuk komponen struktur beton bertulang yang lain; nilai Ø boleh


ditingkatkan secara linier menjadi 0,80 untuk nilai ØPn berkurang dari
terkecil antara 0,10f’c Ag dan Pnb ke nol

0,8

0,7 dengan spiral


0,65 tanpa spiral

0 0,10fc’Ag  Pn

Anda mungkin juga menyukai