Pasar Kerakyatan
Pasar Kerakyatan
Perdagangan
Kerakyatan
Awan Santosa
Ilustrasi: Perdagangan Pala Kaimana
• Tahap (1): pala dipanen oleh penduduk
• Tahap (2): dibeli 150rb/kg basah oleh buruh-buruh
pedagang yang masuk ke kampung-kampung (sering
disebut "buruh orang China")
• Tahap (3): biji-biji pala disetor ke pengepul yang memiliki
toko di kota Kabupaten Kaimana atau Fak-Fak
• Tahap (4): Oleh pengepul pala dikapalkan ke Surabaya,
harganya bisa 4 kali lipat dari harga di kampung
• Tahap (5): Pala diekspor ke Belanda, Prancis, dan
Amerika
Sumber: Ahmad Nashih Lutfi, Etnohistory Desember 2012, ditulis dari kunjungan ke Kaimana
pada 24 September-1 Oktober 2011
Harapan perdagangan pala
• Pemerintah Daerah menyediakan sarana
transportasi, bukan etnis pedagang Tionghoa
seperti selama ini dengan harganya yang mahal
• Memotong rantai komoditas -tata niaga- agar
lebih pendek sehingga bisa mereka kendalikan
• Pengelolaan ekonomi pala berangkat dari
pemanenan yang diorganisasi oleh koperasi
Sumber: Ahmad Nashih Lutfi, Etnohistory Desember 2012, ditulis dari kunjungan ke Kaimana
pada 24 September-1 Oktober 2011
Kebutuhan Lokal
• Kebutuhan pangan penduduk Kaimana tidak dapat
dipenuhi dari kepulauan melainkan harus dikapalkan dari
Jawa, terlebih ketika mereka berangsung-angsur
berpaling dari makanan lokal
• Bagi generasi tua, sagu mensuplai bahan pangan dasar
selain sebagai batas tanah adat, selain jambu, pala
negeri, dan cempedak.
• Sebelum tahun 1970-an masih banyak tanaman pala
negeri, kopi, kakao, dan cengkeh, hingga kemudian kini
diganti oleh pala Banda, yang sekarang menjadi produk
unggulan Kaimana
Sumber: Ibid
Sistem Ekonomi Kerakyatan