Anda di halaman 1dari 60

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN

ATOM

NYOMAN SUDARMA S.Si


ANALIS KESEHATAN
STIKES WIRAMEDIKA BALI
Spektroskopi
• Spektroskopi merupakan cabang ilmu
yang berhubungan dengan gelombang
elektromagnetik yang diterjemahkan ke
dalam komponen-komponen panjang
gelombang untuk menghasilkan spektra,
merupakan plot beberapa fungsi dari
intensitas radian versus panjang
gelombang atau frekuensi.
Peran Spektroskopi
• Membedakan struktur molekular.
• Indentifikasi molekul yang tidak diketahui
• Mendeteksi molekul yang sudah
diketahui
• Mengukur konsentrasi
Macam spektroskopi
• Spektroskopi Molekuler
• Spektroskopi Atomik
Spektroskopi molekuler
• Spektroskopi molekular adalah teknik
yang digunakan untuk mengidentifikasi
senyawa organik dan anorganik dalam
spesi molekular
• Spektroskopi molekuler berdasarkan atas
radiasi ultraviolet, sinar tampak, dan
infrared.
• Banyak digunakan untuk identifikasi dari
banyak spesies organik, anorganik,
maupun biokimia.
Spektroskopi Atomik
• Spektroskopi molekular adalah teknik
yang digunakan untuk mengidentifikasi
unsur organik dan anorganik dalam spesi
atom
• Spektroskopi atomik digunakan untuk
penentuan kualitatif dan kuantitatif dari
sekitar 70 elemen.
• Ciri khas S. Atomik adalah bahwa dalam s.
atomik, sampel harus diatomkan terlebih
dahulu
Perbedaan S.Atomik dan S.Molekuler

Spektroskopi molekuler Spektroskopi atomik

 Spesi: molekul Spesi: atom


 Metode: Metode: flame AAS, flame
AFS, flame AES,
Spektroskopi elektrotermal AAS,
UV/visible dan elektrotermal AFS, dll.
Spektroskopi Suhu tinggi karena
inframerah. diperlukan untuk proses
 Suhu rendah atomasi (pelepasan ikatan
kimia)
 Fase padat, gas, cair Fase gas
AAS (Atomic Absorption
Spectroscopy)
• AAS adalah suatu teknik spektroskopi yang
memanfaatkan besarnya gelombang elektromagnetik
yang diserap pada frekuensi tertentu oleh zat
tertentu untuk bereksitasi
• Gelombang elektromagnetik yang diserap dihasilkan
oleh suatu sumber cahaya
• AAS dapat menentukan lebih dari 67 jenis logam yang
berbeda yang terkandung dalam suatu larutan. AAS
sangat sensitif dan akurat karena dapat mengukur
hingga bagian per milyar dari suatu berat (μg dm-3).
PROSES SERAPAN ATOM
• Suatu atom netral dalam keadaan gas dapat
menyerap radiasi dan elektron menjadi tereksitasi ke
level energi yang lebih tinggi
• Terjadi transisi elektronik tanpa terjadinya transisi ke
level energi vibrasi dan rotasi. Bandwidth atau lebar
pita lebih sempit
• Terjadi pada panjang gelombang yang diskrit, 
• Na(g) 3s  3p and 3p  5s dan transisi yang lainnya
dimungkinkan, pada energi foton transisi yang tepat.
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
Instrumentasi dalam Metoda Spetrometri Nyala

Skema alat
instrumen
atomic-absorption

Skema alat instrument


Atomic Emission
Picture of a flame atomic-absorption spectrometer
Picture of a graphite-furnace atomic-absorption spectrometer
PROSES SERAPAN ATOM
Spektroskopi atom berkaitan dengan pembahasan
mengenai serapan dan emisi cahaya oleh atom.

absorpsi
+ hv

emisi

+ hv
Potensial ionisasi: 5, 139 eV
E 5
N
E 4p0
R 3d 3p
4s 3s
G 2p
Y 3 6103 A0 2s
1s
(eV) 3303 A0 3p0
2
5890 A0

3s
0
1s2 2s2 2p6 3s1

Diagram atomik untuk atom Natrium (nomor atom = 11)


TRANSISI SERAPAN ATOM
ASPEK KUALITATIF
Radiasi elektromaknetik/foton/cahaya/sinar yang terlibat
dalam transisi elektronik (absorsi maupun emisi) adalah
spesifik untuk setiap jenis transisi dan karenanya unik untuk
setiap atom.
E1
Absorpsi hv
E0 E = E1-E2
= hv
= hc/
E1
Emisi hv
E0
Contoh beberapa unsur dan panjang gelombang spesifiknya

Elemen Panjang
Gelombang
(nm)
Ag (perak) 328,1
Cd (kadmium) 228,8
Cr (kromium) 357,9
Cu (tembaga) 324,8
Fe (besi) 248,3
ASPEK KUANTITATIF
Jumlah unit sinar ( tertentu) yang diabsorpsi (A) berbanding lurus
dengan koefisien absorptifitas (), jarak tempuh sinar di dalam
daerah populasi atom (b), dan jumlah atom (konsentrasi, C).

p0 p

Transmitan (T) = P/P0 x 100%

A = log 1/T = -log T


A = .b.C (Lambert-Beer)
Analisa Kuantitatif
• Transmittance

• Persen Transmittance

• Absorbance
Teknik Analisa kuantitatif dengan AAS
Menguji beberapa larutan standard yang mengandung unsur
yang ingin diuji dengan variasi konsentrasi yang telah diketahui
ke dalam alat AAS untuk mendapatkan nilai absorbansinya.
Memplotkan variasi C (konsentrasi unsur yang ingin diuji pada
beberapa larutan standard) dengan nilai absorbansinya.
y= mx + b
dimana absorbansi (A) : sumbu y dan konsentrasi (C) : sumbu x.
Menguji larutan sampel ke dalam alat AAS untuk mendapatkan
nilai absorbansinya.
Setelah itu masukan nilai A sebagai y ke dalam persamaan
garis linear yang telah didapat pada langkah sebelumnya.
Dari persamaan itu kita akan mendapatkan nilai x yaitu
nilai konsentrasi unsur yang ingin diuji dalam sampel.
Langkah-langkah analisa kuantitatif
Menguji beberapa larutan standard yang mengandung unsur yang
ingin diuji dengan variasi konsentrasi yang telah diketahui ke dalam
alat AAS untuk mendapatkan nilai absorbansinya.
Memplotkan variasi C (konsentrasi unsur yang ingin diuji pada
beberapa larutan standard) dengan nilai absorbansinya.
y= mx + b
dimana absorbansi (A) : sumbu y dan konsentrasi (C) : sumbu x.
Menguji larutan sampel ke dalam alat AAS untuk mendapatkan nilai
absorbansinya.
Setelah itu masukan nilai A sebagai y ke dalam persamaan
garis linear yang telah didapat pada langkah sebelumnya.
Dari persamaan itu kita akan mendapatkan nilai x yaitu
nilai konsentrasi unsur yang ingin diuji dalam sampel.
ATOMISASI DAN EKSITASI

Penentuan atom pada spektroskopi atom


hanya dapat dilakukan di dalam fasa gas.

Semua elemen di dalam sampel harus diubah


dahulu menjadi bentuk garam/senyawaan
yang mudah diubah menjadi fasa gas.
Spesi elemen dalam fasa gas ini kemudian
diubah menjadi atom-atom bebasnya
(atomisasi).
NYALA DAN KEADAAN TEREKSITASI
 3 tahapan percobaan memakai AAS: 1. penguapan 2. pereduksian menjadi atom 3. paparan pada nyala.
 2 tahap pertama terjadi di dalam nyala.
 Pengaruh suhu nyala: nyala memiliki suhu yang tinggi mempengaruhi jumlah fraksi atom dalam keadaan
tereksitasi.
 Persamaan Boltzmann menggambarkan pengaruh suhu di dalam nyala:

Nu gu  Eex
 N = # populasi atom pada masing-masing level =  e kt
go
No energi;
 g = faktor statistik pada setiap level dan merupakan ukuran jumlah elektron yang mungkin di setiap level
energi;
 g = 2J + 1 dimana J = Russel-Saunders coupling constant dan nilainya J = L + S or L  S dimana L = bilangan
kuantum momentum sudut orbital # (=0,1,2,3 untuk s, p, d, f ) dan S = spin = ±½.
 Misalnya untuk transisi pada atom Na
 3s½ 3p3/2 gu = 2(L+S) + 1 = 2(1 + ½) + 1 = 4 and
go = 2(0 + ½) + 1 = 2.
 3s½  3p½ go = 2 and gu = 2(1½) + 1 = 2.
 Populasi keseluruhan dari dua keadaan ini: karena terpisah hanya sebesar 5Å, maka dapat dipakai rata-
rata panjang gelombangnya dan ditambahkan populasinya untuk dua keadaan tereksitasi:
 g = 4 + 2 = 6 and go = 2; lamda 5892Å.

hc 6.626x 10 27 erg  sec 2.998x 1010 cm / sec


E  = 3.37  10 12 erg
8
 5892X10 cm
Nyala dan Keadaan Tereksitasi
• Anggap nyala udara-asetilen (2400°C):
T = (2400 + 273)K = 2673K;
• Substitusi ke dalam persamaan Boltzmann:

Nu 6

 3.37x10 12erg 

  e  1.38x 16erg 1  2673K  = 3.23x104
No 2  10 K 

• Sejumlah kecil fraksi atom di dalam nyala tereksitasi


ke keadaan eksitasi ini
Populasi Relatif dari Transisi Energi Lebih
Tinggi
• Transisi 3p  5s juga dimungkinkan dan memiliki  = 6161Å (E = 3.22x1012 erg.
• Fraksi elektron 3p yang tereksitasi ke orbitasl 5 s dihitung:

 3.22x10 12erg  = 5.34x10-5


Nu 2   
  e  1.38x 16 erg 12673K 
No 6  10 K 
• Jumlah fraksi yang terlibat pada transisi ini lebih sedikit.
• Selanjutnya, dapat diestimasi fraksi elektron pada keadaan 5s relatif terhadap
level energi 3s :

N5s N3p N5s = 5.34x105×3.23x104 = 1.72x108 QED


 
N3s N3s N3p
• Menunjukkan hanya sejumlah kecil spesies pengabsorpsi berada dalam keadaan
tereksitasi oleh eksitasi nyala; transisi energi yang lebih tinggi probabilitasnya lebih
kecil daripada transisi dengan energi yang lebih rendah.
MENGUKUR SERAPAN ATOM
 Hukum Beer (A = log =PbC
o ) dipatuhi jika garis spektra lebih kecil dari pita
absorpsi P

 Atom-atom dan molekul mengabsorpsi radiasi pada panjang gelombang diskrit.

 Radiasi dengan pita yang lebar mengandung foton dengan beberapa panjang
gelombang, beberapa mungkin berguna namun kebanyakan tidak. Sehingga nilai
Po (= Pusable + Puseless) lebih besar dan absorbensinya lebih kecil dari yang diharapkan,
hanya sejumlah sinar tersedia yang bisa dipakai untuk absorpsi.
 Disamping itu sinar Pusable bisa terdiri dari panjang gelombang dengan absorftifitas
yang berbeda. sampel tidak menyerap semua radiasi dengan tingkat yang sama.

 Perilaku non-linear teramati jika range  sumber pengeksitasi lebih besar daripada
range  penyerapnya; bandwidth dari sumber pengeksitasi harus lebih sempit
daripada bandwidth penyerap.
Lebar Garis Transisi Atomik
• Lebar garis dari suatu spektrum absorpsi sangat kecil (104Å)
tetapi bisa diperlebar oleh karena
– Doppler broadening: gerakan termal acak dari atom-atom relatif
terhadap detektor
– Pressure broadening: dalam percobaaan serapan atom tekanan cukup
tinggi sehingga atom-atom dapat mengalami sejumlah tumbukan
antar atom yang berakibat pada perubahan kecil dalam level energi
yang lebih rendah.
• Lebar garis normal dari garis-garis eksitasi jauh lebih besar
dari garis ini
• Monokromator tak bisa digunakan untuk memilah rentang
panjang gelombang  dalam Spektro Serapan Atom
(bandwidth  few tenths of a nm).
SUMBER NYALA
 Solusi terhadap masalah lebar garis yang sempit ini: dipakai sumber sinar dari atom
yang sama dengan analit yang diperiksa.
 misal analisis Na analysis uap Na yang dipakai.
 Atom-atom dieksitasi oleh energi listrik; atom-atom tereksitasi mengemisikan
karakteristik. Lebarpita dari sumber << lebar garis sampelkarena dihasilkan dari
kondisi dimana tidak terdapat pelebaran atau kecil
 Hollow Cathode Tube : Hollow cathode yang terbuat dari material yang sama dengan
yang dianalisis, diuapkan dan mengemisikan radiasi dengan panjang gelombang
karakteristik.
 Arus ion ke katoda ini mengontrol intensitas foton yang dihasilkan; Penambahan
tegangan antara katoda dan anoda akan mengontrol arus dan fluks foton totalnya.
 Arus optimum untuk setiap lampu (1-20ma).
Flame Atomizer
• Definisi:
Flame Atomizer merupakan perangkat s.
Atomik yang proses pengatomannya
dilakukan melalui pemanasan media api.

Flame atomizer dapat digunakan untuk AES,


AFS, dan AAS
Flame Atomizer
• Bentuk umumnya dari Atomizer flame
adalah sebuah pipa konsentrik, dimana
sampel larutan dihisap ke dalam pipa
kapilernya  Aspiration
Skema Atomisasi Flame
FLAME ATOMIZATION

Nebulization - Pengubahan sampel cairan


menjadi fine spray / aerosol
Desolvation - Padatan atom dicampur dengan
gaseous fuel
Volatilization - Padatan atom dirubah menjadi
uap di dalam flame.
Flame yang digunakan
Fuel and Oxidant Temperature, oC
Gas / Udara 1700-1900
Gas / O2 2700-2800
H2/udara 2000-2100
H2/O2 2550-2700
C2H2/udara 2100-2400
C2H2/O2 3050-3150
C2H2/N2O 2600-2800
Pengaruh suhu terhadap Atomizer
Flame
• Suhu semakin tinggi  meningkatkan
jumlah populasi atom di dalam flame, dan
meningkatkan sensitivitasnya.
• Suhu Flame menentukan  jumlah relatif
dari atom yang tereksitasi ataupun yang
tidak tereksitasi di dalam sebuah flame.
Perbandingan beberapa elemen untuk
metode flame yang emisi dan absorpsi

Lebih sensitif Sensitivitasya sama Lebih sensitif


terhadap Flame antara emisi dan terhadap Flame
emission absorpsi Absortion
Al, Ba, Ca, Eu, Ga, Cr, Cu, Dy, Er,Gd, Ag, As, Au,B, Be, Bi,
Ho, In, K, La, Li, Lu, Ge, Mn, Mo, Nb, Cd, Co, Fe, Hg, Ir,
Na, Nd,Pr, Rb, Re, Pd, V , Y, , Rh, Sc, Mg, Ni, Pb, Pt, Sb,
Ru, Sm, Sr, Tb, Tl, Ta, Ti, Zr Se, Si, Sn, Te, Zn
Tm, W, Yb
PEMBENTUKAN UAP ATOM
Empat metode yang digunakan untuk menguapkan sampel dari
larutan:
• Oven: Sampel ditempatkan di oven; setelah pelarutnya ,
sampel diuapkan ke dalam daerah iradiasi dengan cara
menaikkan suhunya secara cepat.
• Electric arc or spark: Sampel dikenakan arus yang tinggi atau
tegangan A.C. yang tinggi. spark.
• Ion bombardment: Sampel ditempatkan di katoda dan
ditembaki oleh + ions (Ar+).
• Flame atomization: Sampel dispray ke dalam nyala lalu
mengalami atomisasi dan iradiasi oleh sinar elektromagnetik.
ATOMISASI NYALA
• Total consumption burner: Sejumlah
saluran berbeda membawa sampel,
bahan bakar, dan oksidan ke area
pembakaran. Semua sampel yang
dibawa ke daerah pembakaran ini
dibakar;
• Sensitifitas lebih tinggi pada daerah
dalam nyala dibanding daerah dimana
sampel tidak terbakar sempurna.
• Terdapat gangguan (turbulence) di
Undergraduate Instrumental Analysis,
dalam nyala dari variasi ukuran Robinson, p. 267.

droplet dapat meningkatkan noise.


Total comsumption nebulizer burner
Premix (laminar Flow) burner
• Sampel, bahan bakar, dan oksidan dicampur sebelum memasuki nyala
• Turbulence secara signifikan dapat dikurangi dengan menghilangkan
ukuran droplet yang lebih besar.
• Mixing baffles dapat menjamin hanya kabut yang halus saja yang
dilewatkan masuk ke daerah pembakar.

Instrumental Methods of Chemical Analysis, Ewing, p. 110.


Slot burner and expansion chamber
Premix or laminar-flow burner
Outer cone
Secondary reaction
(combustion zone) Interconal layer (faint)
Region D

Light path Blue cone


Primary reaction zone
Region C

Preheating
Region B

Premixed C2H2 + O2
Fine droplets of solution
Region A
ATOMISASI ELEKTROTERMAL
 Semua sampel yang digunakan diatomisasi
pada tungku pengatoman (electrothermal).
 Batas deteksinya 100-1000x lebih rendah dari
metode aspirasi/penga
 kabutan.
 Hanya beberapa mL larutan sampel yang
digunakan.
 Prinsip Dasar:
 Wadah sampel dipanaskan untuk
menguapkan atom logam.
 Sampel dikeringkan (pelarut diuapkan)
pada 110°C;
 diAbukan sampel "burn off" ( pada 200-
300°C);
 diatomisasi.(2000-3000°C)
 Jika dibandingkan dengan atomisasi nyala:
 Ada interaksi dengan sampel matriks dan
elektroda
 Reprodusibilitasnya rendah
 Batas deteksinya 1010-1012g (atau 1ppb)
dimungkinkan.
Instrumental Methods of Analysis, Willard,Merritt, Dean and Settle, p.
147
Electrothermal Atomizer
Definisi:
Electrothermal atomizer adalah metode S.
Atomik yang proses atomisasinya
menggunakan pemanasan oleh arus listrik.
Electrothermal Atomizer umumnya digunakan
untuk AAS dan AFS
Keuntungan: sampel dibutuhkan hanya sedikit
dan dalam konsentrasi sangat rendah
BAHAN BAKAR/OKSIDAN
 Nyala bersuhu rendah : unsur-unsur mudah
tereduksi (Cu, Pb, Zn, Cd)
 Nyala bersuhu tinggi: unsur yang sulit
direduksi (e.g. logam-logam alkali).
 Bahan bakar: natural gas, propana, butana,
H2, and asetien;
 Pengoksidasi - Udara and O2 (nyala suhu
rendah). N2O (nyala suhu tinggi).
 Karakteristik nyala:
 Sampel yang memasuki nyala diuapkan,
direduksi dan akhirnya dioksidasi.
 Daerah-daerah di dalam nyala bergantung
pada:
1. Laju aliran,
2. Ukuran tetesan/kabut
3. Kemudahan dioksidasi dari sampel.
4. Posisi optimum nyala.
Return to Slide 10
SIFAT-SIFAT NYALA
 Saat sampel yang dinebulasikan & diumpankan ke
nyala, pelarutnya akan menguap di dalam daerah
pembakaran utama (primary combustion zone,
yang terletak di daerah ujung nyala.)
 Proses diatas menghasilkan partikel padatan yang
halus (aerosol padat) dan akan masuk kedalam
daerah interzonal (daerah yang terdapat di tengah
nyala). Di dalam daerah nyala paling panas ini,
partikel padat akan berubah menjadi atom gas dan
ion elementer.
Karakteristik Nyala Pada Umumnya

no Fuel-oxidant T MaximunBurning
(0K) velocity (cm s-1)
1 C2H8 - air 2267 39-43

2 H2 – air 2380 300-440

3 C2H2 – air 2540 158-266

4 H2-O2 3080 900-1400

5 C2H8-O2 3094 370-390

6 C2H2-N2O 3150 285

7 C2H2-O2 3342 1100-2480


Elemen  (nm) Flame type

Al 309,3 Nitrous oxide-Acetylene (28000 C)

Pb 217,0 Air-Acetylene (24000 c)

Ag 328,1 Air-acetylene (24000 c)

Sn 235,5 Nitrous oxide –acetylene (28000 C)


N*
N* /N0 = [g(e)/g(d)]exp(-E/kT) A E
N0
Nilai N*/N0 pada beberapa unsur

Atom  gd/ge 20000 K 30000 K


N*/N0 N*/N0
Cs 852,1 2 4,44 x 10-4 7,24 x 10-3

Na 589,0 2 9,86 x 10-6 5,88 x 10-4

Ca 422,7 3 1,21 x 10-7 3,69 x 10-5

Fe 372,0 2,29 x 10-9 1,31 x 10-6

Cu 324,8 2 4,82 x 10-10 6,65 x 10-7

Mg 285,2 3 3,35 x 10-11 1,5 x 10-7

Zn 213,9 3 7,45 x 10-15 5,5 x 10-10


Profil Nyala dalam AAS
PRINSIP PENGUKURAN
 Idealnya, jumlah cahaya yang sampai ke detektor menurut Hukum Beers Law:
P = Po×10bC .
 Sejumlah interference bisa merubah nilainya menjadi:
 P = Po×10bC + Pemission  Pbackground  Pscattering.

 P emisi disebabkan emisi analite di dalam nyala

 Dihilangkan dari penyerapan dengan modulasi dari sumber sinarnya: measures only AC levels;
emission DC level.
 Pbackground, Pscattering: disebabkan absorpsi oleh nyala atau oleh matrik sampel namun independen
terhadap analit.
 Interferensi cahaya dinolkan dengan membandingkan blanko dengan sampel
 Problem bisa dari matrik sampel. Misalnya bisa disebabkan oleh kandungan garam yang tinggi
(dari garam-garam NaCl or KI). Garam-garam ini mempunyai spektrum absorpsi yang lebar di
dalam nyala karena tidak tereduksi. Pada umumnya dipakai sumber sekunder yang kontinyu
seperti lampu D2
 Setiap lampu (D2 and HCT) termodulasi tetapi 180° ditempatkan satu sama lain.
 Sistem deteksi mengukur perbedaan antara dua sinyal absorbanasi: A HCT = Asample + Abrdband
sedangkan Acontinuum source = Abrd band. Merupakan absorbensi dari sampel
Sumber lampu D2
Eliminasi Gangguan Latar Belakang
MONOKROMATOR
• Diperlukan untuk memilih satu
dari beberapa garis emisi
(emitted) dikenal sebagai HCT.
• Karena biasanya terpisah
dengan baik dari garis spektra
yang diinginkan, maka dengan
mudah bisa dipakai suatu
monokromator untuk
mengeliminasi gangguan
interferensi ini.
TEKNIK-TEKNIK ANALISIS
• Hukum Beer, A = k×C, tidak selalu terpenuhi dalam membuat
kurva kalibrasi
• Methode standar adisi digunakan untuk meminimalkan
pengaruh matriks.
• Anion- tinggi puncak serapan dipengaruhi oleh jenis dan
konsentrasi anion. Masalahnya bisa mengurangi jumlah atom
yang terbentuk. Matrik yang tidak diketahui akan sulit untuk
dilakukan koreksinya.
• Kation: Keberadaan kation-kation lain dapat membentuk
senyawa stabil dengan kation yang sedang dianalisis.
Misalnya Al + Mg memberikan hasil yang lebih rendah untuk
analisis Mg karena terbentuknya oksida Al/Mg.
Contoh Analisis
• Kandungan nikel dalam air sungai Determination of Nickel
ditentukan dengan cara Spektro Content by AA
Serapan Atom setelah 120
sebelumnya 5.00 L sampel di
lewatkan suatu penukar ion. Lalu y = 5.6x + 20
kolom dibilas dengan 25.0 mL

Absorbance Units
larutan garam melepaskan semua 80
nikel, setelah dibilas volume
ditepatkan menjadi 75.00 mL;
10.00 mL aliquot larutan ini 40
dianalisis setelah penambahan
volume larutan 0.0700 g Ni/mL
ke masing-masing larutan. Plot
grafik hasil analisis. Lalu tentukan 0
konsentrasi Ni dalam air sungai 0 5 10 15
tersebut. Volum e of Nickel Added(m L)
GANGGUAN-GANGGUAN ANALISIS

a) Gangguan kimiawi – Atomisasi yang tidak sempurna


karena terbentuknya ikatan ionik dalam sampel.

Contoh:
CaSO4 and Ca3(PO4)2 memiliki ikatan ionik yang sangat kuat;
akibatnya proses atomisasi tidak dapat berjalan sempurna
Pemecahan :
Tambahkan La, yang mempunyai ikatan ionik lebih kuat terhadap
sulfat dan fosfat, sehingga dapat membebaskan ion Ca.
b) Gangguan spektral (Spectral Interference)
Garis spektra yang akan dianalisis overlap dengan garis
spektra unsur lainnya di dalam sampel.

Problem:
Sinar dari lampu katoda diserap oleh oleh atom pengganggu
Pemecahan:
Gunakan lebar celah sesempit mungkin untuk memilahkan garis spektra
tertentu
Gunakan garis spektra sekunder selain garis spektra primer.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
•Violet:   400 - 420 nm
•Indigo:   420 - 440 nm
•Blue:   440 - 490 nm
•Green:   490 - 570 nm
•Yellow:   570 - 585 nm
    •Orange:   585 - 620 nm
•Red:   620 - 780 nm

 
 
 
 

Anda mungkin juga menyukai