Anda di halaman 1dari 27

Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar

Eliminasi Fekal

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pola dan abnormalitas eliminasi fekal meliputi riwayat
keperawatan, pengkajian fisik abdomen, inspeksi, karakteristik feses, dan informasi
hasil pemeriksaan yang relevan.Tentukan juga riwayat perawatan medis klien dan
jenis asupan cairan dan makanan, kemampuan mengunyah, medikasi, penyakit yang
baru- baru ini diderita/atau stressor.
•1) Riwayat Keperawatan
•Riwayat keperawatan memberikan informasi tentang pola dan kebiasaan eliminasi
•biasanya dilakukan oleh klien.Hal normal dan abnormal yang dideskripsikan klien
•sering berbeda dari faktor atau keadaan yang mendukung eliminiasi normal.
•Mengidentifikasi pola, kebiasaan normal dan abnormal, serta persepsi klien yang
•normal dan abnormal terhadap eliminasi fekal membantu menentukan masalah
•klien. Anda dapat mengorganisasi riwayat keperawatan melalui faktor yang
•mempengaruhi eliminasi dengan cara sebagai berikut:
•a) Tentukan pola eliminasi normal klien: sertakan frekuensi dan waktunya dalam
• sehari. Minta klien dalam pemberian perawaatn untuk melengkapi catatan
• eliminasi fekal, sehingga dapat membantu melakukan pengkajian yang akurat
• tentang pola eliminasi fekal harian klien saat ini.
B) Deskripsikan klien terhadap karaktersirik fekal yang biasanya: tentukan
• apakah feses memiliki bentuk normal, lembek arau keras, warna, dan apakah
• mengandung darah atau tidak minta klien untuk klien untuk mendeskripsikan
• bentuk feses biasanya dan jumlah feses per hari.
C) Identifikasi rutinitas yang dilakukan untuk mendukung pola eliminasi normal:
• contohnya mengonsumsi minuman hangat, memakan makanan tertentu, buang
• air besar pada waktu tertentu.
• d) Pengkajian penggunaan alat bantu artificial dirumah: kaji apakah klien
• menggunakan enema, laksatif, atau makanan tambahan yang membentuk
• bungkal sebelum buang air besar. Tanyakan seberapa sering klien
• menggunakannya.
E) Perubahan nafsu makan: termasuk perubahan pola makandan perubahan berat
• badan (jumlahberat badan yang berkurang atau meningkat). Jika terjadi
• perubahan berat badan, tanyakan apakah perubahan tersebutdirencanakan,
• seperti kehilangan berat badan disertai diet.
F) Riwayat diet: tentukan pilihan makanan klien dalam satu hari. Tentukan
• asupan buah, sayur, sereal, dan roti; dan apakah klien makan teratur atau
• tidak.
G) Deskripsikan asupan cairan per hari: meliputi jenis dan jumlah cairan
• menggunakan alat ukur yang ditemukan dirumah sakit.
H) Riwayat pembedahan dan penyakit yang mempengaruhi sistem pencernaan:
• informasi ini sering membantu untuk menjelaskan tanda dan potensi untuk
• mempertahankan dan mengembalikan pola eliminasi fekal yang normal, dan
• apakah klien memiliki riwayat keluarga dengan penyakit kanker
• gastrointestinal.
I) Riwayat medikasi: tanyakan apakah klien menggunakan medikasi (misalnya
• laksatif, antasida. Suplemen zat besi, dan analgesik) yang dapat mengganggu
• defekasi atau karakteristik fekal.
j) Keadaan emosional: keadaan emosional klien secara signifikan dapat
• menggangu frekuensi buang air besar. Selama pengkajian, observasi emosi
• klien, nada suara, dan sikap yang mempengaruhi perilaku secara signifikan
• yang mengindikasikan stress.
k) Riwayat latihan: minta klien untuk mendeskripsikan jenis dan jumlah latihan
• per hari secara spesifik.
l) Riwayat nyeriatau ketidaknyamanan: tanyakan klien apakah terdapat riwayat
• nyeri abdomen atau anal. Jenis, frekuensi, dan lokasi nyeri dapat membantu
• mengidentifikasi sumber penyakit.
M) Riwayat sosial: klien mungkin memiliki berbagai penataan pada tempat
• tinggal. Dimana pasien tinggal dapat mempengaruhi kebiasaan buang air besar
klien.
N) Mobilitas dan ketangkasan: mobilitas dan ketangkasan klien perlu dievaluasi
• sehingga dapat membantu menentukan apakah klien membutuhkan alat bantu. atau bantuan dari
orang lain (Potter & Perry, 2010).
• 2. Analisa Data
• Analisa data mencakup mengenai pola atau kecenderungan, membandingkan
• pola ini dengan pola kesehatan yang normal, menarik konkulsi tentang respon klien.
• Perawat memperhatikan pola atau kecenderungan sambil memeriksa kelompok data.
• Kelompok data terdiri dari batasan karakteristik. Batasan karakteristik adalah kriteria
• klinis yang mendukung adanya kategori diagnostik. Kategori klinis adalah tanda dan
• gejala objektif atau subjektif atau faktor resiko. Kategori diagnostik dan batasan
• karakteristik memberikan struktur untuk proses kognitif dalam mengidentifikasi
• kebutuhan klien dan penurunan aktual dari diagnosa keperawatan (Potter & Perry,
• 2005).
• 3. Rumusan Masalah
• Menurut NANDA tahun (2012). Definisi konstipasi adalah penurunan pada
• frekuensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap
• feses dan/atau pengeluaran feses yang keras, kering, dan banyak
• frekuensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap
• feses dan/atau pengeluaran feses yang keras, kering, dan banyak
• Batasan Karakteristik:
• 1. Nyeri abdomen
• 2. Nyeri tekan abdomen
• 3. Nyeri tekan pada abdomen
• denganresistansi otot yang dapat
• dipalpasi
• 4. Nyeri tekan pada abdomen tanpa
• resistansi otot yang dapat dipalpasi
• 5. Anoreksia
• 6. Penampilan tidak khas pada lansia
• (mis, perubahan pada status mental,
• inkontinensia urinarius, jatuh yang
• tidak penyebabnya, peningkatan
• suhu tubuh)
• 7. Borborigmi
• 8. Darah merah pada feses
• 9. Perubahan pada pola defekasi
• 10. Penurunan frekuensi feses
• 11. Penurunan volume feses
• 12. Distensi abdomen
• 13. Rasa rektalpenuh
• 14. Rasa tekanan rektal
• 15. Kelelahan umum
• 16. Feses keras dan berbentuk
• 17. Sakit kepala
• 18. Bising usus hiperaktif
• 19. Bising usus hipoaktif
• 20. Peningkatan tekanan abdomen
• 21. Tidak dapat makan
• 22. Mual
• 23. Rembesan feses cair
• 24. Nyeri pada saat defekasi
• 25. Massa abdomen yang dapat diraba
• 26. Adanya feses lunak, seperti pasta
• di dalam rektum
• 27. Perkusi abdomen pekak
• 28. Sering Flatus
• 29. Mengejan saat defekasi
• 30. Tidak daapt mengeluarkan feses
• 31. Muntah
• Faktor yang berhubungan
• 1. Kelemahan otot abdomen
• 2. Kebiasaan mengabaikan dorongan
• defekasi
• 3. Ketidakadekuatan toiloeting (mis,
• batasan waku, posisi untuk
• defekasi, privasi)
• 4. Kurang aktivitas fisik
• 5. Kebiasaan defekasi tidak teratur
• 6. Perubahan lingkungan saat ini
• Psikologis:
• 1. Depresi
• 2. Stress emosional
• 3. Konfusi mental
• Farmakologis:
• 1. Antasida yang mengandung
• alumunium
• 2. Antikolinergik
• 3. Antikonvulsan
• 4. Antidepresan
• 5. Agens antilipemik
• 6. Garam bismuth
• 7. Kalsium karbonat
• 8. Penyekat
• 9. Diuretik
• 10. Garam besi
• 11. Penyalahgunaan laksatif
• 12. Agens antinflamasi nonsteroid
• 13. Opiat
• 14. Fenotiazid
• 15. Sedative
• 16. Simpatomimetik
• Mekanis:
• 1. Ketidakseimbangan eletrolit
• 2. Hemoroid
• 3. Penyakit hirschsprung
• 4. Gangguan neurologis
• 5. Obesitas
• 6. Obstruksi pasca-bedah
• 7. Kehamilan pembesaran prostat
• 8. Abses rektal
• 9. Fisura anal rectal
• 10. Struktur anal rectal
• 11. Prolaps rectal
• 12. Ulkus rectal
• 13. Rektokel
• 14. Tumor
• Menurut
• Menurut Wilkinson tahun (2011). Definisi Resiko konstipasi adalah berisiko
• mengalami penurunan frekuensi normal defekasi, disertai dengan kesulitan atau
• pengeluaran feses tidak tuntas, pengeluaran feses yang sangat kerasdan kering.
• Faktor Resiko
• Fungsional :
• 1. Kelemahan otot abdomen
• 2. Kebiasaan mengabaikan dorongan
• defekasi
• 3. Ketidakadekuatan toiloeting (mis,
• batasan waku, posisi untuk
• defekasi, privasi)
• 4. Kurang aktivitas fisik
• 5. Kebiasaan defekasi tidak teratur
• 6. Perubahan lingkungan baru
• Psikologis :
• 1. Depresi
• 2. Stress emosional
• 3. Konfusi mental
• Fisiologis :
• 1. Perubahan pola makan
• 2. Perubahan makanan
• 3. Penurunan motilitas traktus
• gastrointestinal
• 4. Dehidrasi
• 5. Ketidakadekutan gigi geligi
• 6. Ketidakadekutan higiene oral
• 7. Asupan serat tidak cukup
• 8. Asupan cairan tidak cukup
• 9. Kebiasaan makan buruk
• Farmakologis:
• 1. Antasida yang mengandung
• alumunium
• 2. Antikolinergik
• 3. Antikonvulsan
• 4. Antidepresan
• 5. Agens antilipemik
• 6. Garam bismuth
• 7. Kalsium karbonat
• 8. Penyekat
• 9. Diuretik
• 10. Garam besi
• 11. Penyalahgunaan laksatif
• 12. Agens antiinflamasi
• 13. Opiat
• 14. Fenotiazid
• 15. Sedatif
• 16. Simpatomimetik
• Mekanis :
• 1. Ketidakseimbangan eletrolit
• 2. Kemoroid
• 3. Penyakit hirschsprung
• 4. Gangguan neurologi
• 5. Obesitas
• 6. Obstruksi pasca-bedah
• 7. Kehamilan
• 8. Abses rektal
• 9. Pembesaran prostat
• 10. Fisura anal rektal
• 11. Struktur anal rektal
• 12. Prolaps rektal
• 13. Ulkus rektal
• 14. Rektoke
• 15. tumor
• 4. Diagnosa Keperawatan
• Pengkajian keperawatan akan fungsi usus klien memberikan data yang dapat
• mengindikasikan masalah eliminasi yang aktula atau potensial, atau masalah yang
• disebabkan oleh perubahan eliminasi. Pada contoh yang didiskusikan pada rencana
• asuhan keperawatan. Contoh diagnosis yang diberikan pada klien dengan masalah
• eliminasi meliputi:
• a) Inkontinensia usus
• b) Konstopasi
• c) Resiko konstipasi
• d) Konstipasi dipersepsikan
• e) Diare
• f) Defisit perawatan diri akan kebutuhan untuk ke kamar mandi.
• Kemampuan untuk mengidentifikasi diagnosis yang tepat bergantung hanya
padapengkajian, tetapi juga pada kemampuan mengenal karakteristik dan faktor yang
mengganggu eliminasi. Tentukan resiko dan lakukan pemeriksaan untuk memastikan
fungsi usus yang normal dapat dipertahankan (Potter & Perry, 2010).

5. Perencanaan Keperawatan
Selama menyusun rencana asuhan keperawatan, dapatkan informasi dari
berbagai sumber.Berpikir kritis membantu memastikan bahwa rencana perawatan
mengintegrasikan semua yang Anda ketahui tentang masalah klien dan masalah
• kliTujuan dan hasil yang diharapkan. Anda danklien menyusun tujuan dan
• hasil yang diharapkan dengan menggabungkan kebiasaan eliminasi klien atau
• rutinitas sebanyak mungkin dan mendukung rutinitas yang dapat meningkatkan
• kesehatan. Pertimbangkan juga kekhawatiran pada kesehatan. Jika kebiasaan usus
• klien menyebabkan masalah eliminasi, bantu klien mempelajari hal yang baru (Potter
• & Perry, 2010).
• Tujuan secara keseluruhan dalam mengembalikan pola eliminasi normalnisnya.Lakukan standard
professional (Potter & Perry, 2010).
• kliendapat meliputi hasil yang diharapkan sebagai berikut :
• 18
• Universitas Sumatera Utara
• a. Klien mengusahakan kebiasaan defekasi teratur.
• b. Klien mampu membuat daftar asupan makanan dan cairan yang tepat untuk
• meningkatkan eliminasi feses.
• c. Klien melakukan program latihan secara reguler.
• d. Klien melaporkan bahwa feses yang dikeluarkan lembek, berbentuk, dan berwarna
• coklat.
• e. Klien tidak melaporkan ketidaknyamanan lainnya yang berhubungan dengan
• defekasi.
• Prioritas masalah. Pola buang air besar bervariasi pada masing-masing
• individu. Oleh karena itu, perawat danklien harus berkerjasama dalam menyusun
• rencana intervensi yang efektif. Klien biasanya memiliki diagnosa lebih dari satu
• (Potter & Perry, 2010)
• 6. Implementasi Keperawatan
• Kesuksesan pelaksanaan rencana intervensi keperawatan bergantung pada
• meningkatnya pemahaman klien dan anggota keluarga tentang eliminasi fekal. Di
• rumah, rumah sakit, atau fasilitas perawatan jangka panjang; klien mampu
• mempelajari kebiasaan usus yang efektif (Potter & Perry, 2010).
• Ajarkan klien dan anggota keluarga tentang diet yang tepat tentang asupan
• cairan yang adekuat, dan faktor yang menstimulasi atau memperlambat peristaltik,
• seperti stress emosional. Hal yang paling baik dilakukan pada jam makan klien.
Klien
• juga perlu memperlajari pentingnya menerapkan rutinitas usus yang reguler dan
• latihan yang reguler dan melakukan tindakan yang sesuai saat masalah eliminasi
• terjadi (Potter & Perry, 2010).
• 7. Evaluasi Keperawatan
• Keefektifan perawatan bergantung pada kesuksesan mencapai hasil yang
• diharapkan pada perawatan yang dilakukan secara mandiri. Klien mampu melakukan
• defekasi feses yang lembek secara teraturdan bebas nyeri. Untuk mengevaluasi hasil
• yang diharapkan, tanyakan pertanyaa seperti: apakah klien mampu
• mendemonstrasikan informasi yang didapatkan untuk menerapkan pola eliminasi
• normal? Apakah klien mampu mendemonstrasikan keterampilan yang dipelajari?
• Apakah klien mampu menerapakan defekasi normal dengan manipulasi alami dalam
• kehidupan sehari-hari seperti diet, asupan cairan, dan latihan? Apakah klien
• menggunakan alat bantu defekasi seperti enema dan laksatif? Klien adalah satusatunya
• orang yang menentukan apakah masalah eliminasi fekal telah teratasi dan
• terapi apa yang paling efektif (Potter & Perry, 2010).
• Jika perawat berhasil melakukan hubungan terapeutik dengan klien, klien
• akan merasa nyaman untuk mendiskusikan masalah yang lebih intim secara detail
• yang sering dihubungkan dengan masalah eliminasi fekal. Klien tidak akan malu saat
• perawat membantunya dalam memenuhi kebutuhan eliminasi. Klien akan
• menghubungkan perasaan nyaman dan bebasdari nyerisaat kebutuhan eliminasi dipenuhi dalam
batas keadaan dan terapi klien (Potter & Perry, 2010).
• D. Asuhan Keperawatan KasusPasien di Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan
• 1. Pengkajian Keperawatan
• a. Anamnese
• Berdasarkan dari Pengkajian yang di lakukan pada identitas pasien, di dapat
• data yaitu Ny. D, umur 33 tahun dengan jenis kelamin perempuan, status kawin,
• agama Islam, pekerjaan seorang Ibu Rumah Tangga, beralamat Jalan Kiwi P.
• Mandala, Kec. Percut Sei Tuan, Kota Deli. Keluhan utama, ibu mengatakan adanya
• luka sayatan pada abdomen disebabkan post Sectio Caesarea pada tanggal 29 mei
• 2016 karena kehamilan sebelumnya di lakukan operasi Sectio Saecarea dan keinginan D. Asuhan
Keperawatan KasusPasien di Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan
• 1. Pengkajian Keperawatan
• a. Anamnese
• Berdasarkan dari Pengkajian yang di lakukan pada identitas pasien, di dapat
• data yaitu Ny. D, umur 33 tahun dengan jenis kelamin perempuan, status kawin,
• agama Islam, pekerjaan seorang Ibu Rumah Tangga, beralamat Jalan Kiwi P.
• Mandala, Kec. Percut Sei Tuan, Kota Deli. Keluhan utama, ibu mengatakan adanya
• luka sayatan pada abdomen disebabkan post Sectio Caesarea pada tanggal 29 mei
• 2016 karena kehamilan sebelumnya di lakukan operasi Sectio Saecarea dan keinginan
• 2. Analisa Data
• Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 30 Mei 2016, dari
• data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data
• objektif dan data subjektif. Secara lengkap terdapat pada tabel berikut :
• No Analisa Data Penyebab Masalah
• 1. Data Subjektif :
• 1) Ibu mengatakan belum
• BAB sehari sebelum
• operasi Sectio Caesarea
• dilakukan.
• 2) Ibu mengatakan merasa
• penuh dan begah pada
• abdomen.
• 3) Ibu mengatakan selama
• Post partum SC hari ke-2
• Luka post SC + Penurunan tonus + Asupan rendah serat
• otot abdomen
• Volume feses padat
• Nyeri
• Regangan ususminimal
• Imobilisasi fisik
• Perangsangan
• defekas menurun
• Resiko
• konstipasi
• perawatan kurang
• makan makanan yang
• berserat dan minum air
• putih.
• Data Objektif :
• 1) Ibu post Sectio
• Caesarea.
• 2) Skala nyeri ibu :3.
• 3) Terjadi kelemahan otot
• abdomen post partum.
• 4) Bising usus: 4x / menit.
• 5) Kurangnya aktivitas
• fisik.
• Peristaltik usus menurun
• Resiko Konstipasi
• 2. Data Subjektif :
• Ibu mengatakan kurang
• bergerak karena luka
• jahitan diabdomennya
• masih baru dan sedikit
• nyeri tapi masih bisa
• ditahan.
• Data Objektif :
• 1) Terdapat luka post
• Sectio Caesarea ± 15
• cm.
• 2) Temperatur:37,3oC.
• 3) TD: 110/80 mmHg.
• 4) Skala nyeri ibu: 3.
• Post Sactio Caesarea hari ke-2
• Tindakan Prosedur invasif
• Luka post operasi SC
• Nyeri
• Peningkatan suhu
• Resiko
• infeksi.
3. Rumusan Masalah
a. Resiko konstipasi.
b. Resiko infeksi.
4. DiagnosaKeperawatan(Prioritas)
Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa
keperawatan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah yaitu
data subjektif dan data objektif yang telah dikaji.
Dari hasil perumusan diperoleh dua diagnosa yaitu:
a. Resiko konstipasi berhubungan dengankelemahan otot abdomen,asupan serat
tidak cukup dan kurangnya aktivitas fisikditandai dengan luka post Sectio
Caesarea dan bising usus hipoaktif.
b. Resiko infeksi berhubungan dengantindakan prosedur invasif ditandai dengan
luka post Sectio Caesarea dan peningkatan suhu.
5. Perencanaandan Rasional Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh
dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian
• Intervensi Keperawatan

• 2. Tujuan dan Kriteria Hasil :


• NOC : Faktor resiko infeksi, setelah dilakukan perawatan selama dua hari
• nyeri pasien berkurang.
• Rasional/ Indikator :
• 1. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi.
• 2. Memperlihatkan higiene personal yang adekuat.
• 3. Tanda-tanda vital normal (36oC– 37oC).
• Intervensi ( NIC) Rasional
• 1. Kaji tanda-tanda vital.
• 2. Kaji luka dan balutan pada
• abdomen.
• 3. Menjaga kebersihan sekitar
• luka dan lingkungan klien,
• teknik rawat luka dengan
• antiseptik.
• 1. Suhu yang meningkat dapat
• menunjukkan terjadinya infeksi.
• 2. Mengidentifikasi apakah ada
• tanda-tanda infeksi adanya pus.
• 3. Mencegah kontaminasi silang
• atau penyebaran organisme
• 6. Implementasi Keperawatan
• Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
• Selasa/31
• Mei 2016
• 09.00 Wib
• 09.05 Wib
• 09.10 Wib
• 09.20 Wib
• 09.30 Wib
• 1. Membina hubungan saling
• percaya.
• 2. Mengkaji kebiasaan defekasi
• ibu.
• 3. Memantau gerakan usus,
• frekuensi, bentuk, volume,
• warna dan konsistensi feses.
• 4. Memantau factor penyebab
• konstipasi (obat, imobilisasi,
• diet).
• 5. Menganjurkan ibu
• meningkatkan cairan yang
• S:
• a) Ibu mengatakan belum
• BAB sehari sebelum
• operasi Sectio CaesareaPerawat telah menyusun tindakan keperawatan yang akan di implementasikan
7. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukantindakan keperawatan, maka hasil evaluasi untuk diagnosa
keperawatan pertama Resiko konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot
abdomen,asupan serat tidak cukup dan kurangnya aktivitas fisik ditandai dengan ibu
post Sectio Caesarea dan bising usus hipoaktif. Ibu mampu melakukan defekasi, feses
keras dan belum lancar, masih nyeri ringan, ibu dan keluargapaham dan mampu
menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan perawat.
Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan selama perawatan, untuk diagnosa
kedua, Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan prosedur invasif ditandai dengan
peningkatan suhu,dihari kedua selama perawatan, masalah sebagian teratasi. Ibu
mengatakan bahwa nyeri luka Sectio Caesarea mulai berkurang, luka tampak bersih
dan mulai kering, suhu tubuh 36,8oC.
Oleh karena itu, perawat menganjurkan supaya ibu dapat mempertahankan
dan melakukan kembali setelah pulang untuk setiap intervensi yang telah diajarkan
pada klien dan keluarga pada kedua diagnosa.

Anda mungkin juga menyukai