Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

FARMAKOTERAPI TERAPAN

INFEKSI COVID-19

Kelompok 2
Dessy Cristin Widayanti 242010515U
Devi Yulia Fitri 242010516U
Novy Dwirianty Janed 242010523U
Nurul Huda 242010524U
Infeksi Covid-19
Seorang pasien laki-laki berusia 60 tahun, tiba-tiba merasa sering batuk
(batuk kering), sesak nafas, perasaan tidak enak badan, pusing, hilang nafsu
makan, dan demam. Saat diperiksa dokter diduga pasien mengalami infeksi
saluran nafas dan diberi antibiotik amoksisilin untuk 3 hari. Namun dalam
beberapa hari berselang kondisi pasien makin menurun, akhirnya dilakukan
rapid tes dan hasilnya reaktif sehingga dilakukan swab. Hasil swab ternyata
positif menderita Covid 19. Pasien dirawat di RS.

Selama perawatan di RS, pasien diberi beberapa obat antara lain kombinasi
lopinavir/ritonavir dosis 400 mg/100 mg selama 14 hari. Beberapa obat
simptomatik untuk pereda demam, multivitamin, kurkuma dan obat
imunostimulansia. Bantuan oksigen masih terus dilakukan.

Keadaan imunitas dalam minggu pertama perawatan belum menunjukkan


adanya peningkatan titer antibodi, kondisi pasien belum stabil, sesak nafas
masih sering terjadi.
Infeksi Covid-19
Terapi apa yang anda sarankan untuk memperbaiki terapi yang sudah
berjalan?

Apa pertimbangan anda?

Pasien pada minggu ke 2 mengalami infeksi saluran nafas (infeksi sekunder),


apa yang anda sarankan untuk pasien? Jelaskan pertimbangan pada
pemilihan antibiotik.

Pada beberapa kasus infeksi yang sudah sampai di paru, pasien diberi
antituberkulosis. Bagaimana pertimbangan anda dg terapi ini?

Kapan seorang pasien covid memerlukan terapi plasma convalescent?


Terapi apa yang anda sarankan untuk memperbaiki
terapi yang sudah berjalan?
Antivirus :
Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5- 7 hari (terutama bila
diduga ada infeksi influenza) ATAU
Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari
ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)

Pengobatan simtomatis seperti parasetamol bila demam.

Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern


Asli Indonesia (OMAI) yang terdaftar di BPOM dengan tetap
mempertimbangkan kondisi pasien
Apa pertimbangan anda?
Lopinavir-ritonavir bekerja dengan menghambat proses pembelahan virus,
sehingga virus tidak dapat menginfeksi tubuh, dan digunakan sebagai obat
pendukung untuk menangani infeksi HIV.
Selain untuk membantu menangani infeksi HIV, lopinavir-ritonavir juga
sedang diteliti untuk mengatasi infeksi COVID-19, namun sampai saat ini
belum ada hasil yang memuaskan, sehingga perlu diberikan terapi dengan
obat jenis lain
Pasien pada minggu ke 2 mengalami infeksi saluran
nafas (infeksi sekunder), apa yang anda sarankan
untuk pasien? Jelaskan pertimbangan pada
pemilihan antibiotik.
Pertimbangan pemilihan antibiotik berdasarkan kemampuan menghambat
atau membunuh bakteri, antibiotik digolongkan menjadi 2 kelompok yakni
bakteriostatik dan bakterisidal. Secara sederhana, bakterisidal adalah obat
yang membunuh bakteri sedangkan bakteriostatik adalah obat yang
mencegah pertumbuhan bakteri. Pembagian ini pada dasarnya di aplikasikan
pada pemeriksaan laboratorium saja, tidak dapat sepenuhnya di aplikasikan
pada kondisi klinis pasien. Pada kenyataannya tidak ada antimikroba yang
benar – benar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok tersebut.
Antibiotik golongan bakterisidal tidak benar – benar dapat membunuh
semua bakteri (terutama pada koloni bakteri yang besar) setelah 18 – 24 jam
pasca pemberian. Sebaliknya, golongan antibiotik bakteriostatik memiliki
kemampuan membunuh bakteri setelah 18 – 24 pasca pemberian obat.
Pada beberapa kasus infeksi yang sudah sampai di
paru, pasien diberi antituberkulosis. Bagaimana
pertimbangan anda dg terapi ini?
Obat tbc disebabkan oleh bakteri, kalau pasien
corona terinfeksi bagian paru sebaiknya pakai obat
antibiotik dulu, jika pasien memiliki riwayat
penyakit tbc akan diberikan penggunaan obat anti
tbc. Antibiotik yang digunakan adalah golongan
azitromicin 500 mg.
Kapan seorang pasien covid memerlukan terapi
plasma convalescent?
Terapi plasma konvalesen diberikan kepada pasien COVID-19 yang
berat atau potensial mengancam nyawa, merupakan terapi antibodi
yang bersifat pasif, yaitu memberikan antibodi terhadap penyakit
infeksi tertentu kepada sesorang yang bertujuan untuk mengobati
atau mencegah orang tersebut terhadap penyakit itu dengan cara
memberikan imunitas yang bersifat cepat. Plasma konvalesen
diperoleh dari pasien COVID-19 yang telah sembuh, diambil melalui
metoda plasmaferesis dan Terapi plasma konvalesen diberikan
bersama-sama dengan terapi standar COVID-19 (anti virus dan
berbagai terapi suportif lainnya) dan bertujuan untuk menurunkan
angka kematian dengan memberikan antibodi yang spesifik.
Referensi
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Tatalaksana COVID-19
edisi 3. Jakarta, Desember 2020.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai