Anda di halaman 1dari 34

ASPEK HUKUM Pertemuan ke 8

KORUPSI

PEMBANGUNAN 26 NOPEMBER 2020


UU yang terkait KORUPSI :

1. UU no 31 thn 1999 tentang PEMBERANTASAN


TINDAK PIDANA KORUPSI
2. UU no 20 thn 2001 tentang PERUBAHAN ATAS
UNDANG UDANG NO 31 TAHUN 1999
3. UU NO. 3 TAHUN 1971; SEPANJANG
PERBUATAN ITU DILAKUKAN SEBELUM
TANGAL 16 AGUSTUS TAHUN 1999;
DEFINISI KORUPSI :
Menurut Robert Klitgaard, Pengertian Korupsi adalah :

suatu tingkah laku yang meyimpang dari tugas-tugas


resmi jabatannya dalam negara, untuk memperoleh
keuntungan status atau uang yang menyangkut diri
pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok
sendiri), atau melanggar aturan pelaksanaan yang
menyangkut tingkah laku pribadi.

Pengertian korupsi yang diungkapkan oleh Robert


yaitu korupsi dilihat dari perspektif administrasi
negara.
Pengertian Korupsi menurut Fockema
Andreae,

kata "korupsi" berasal dari bahasa latin yaitu


"corruptio atau corruptus". Namun kata "corruptio"
itu berasal pula dari kata asal "corrumpere", yaitu
suatu kata dalam bahasa latin yang lebih tua. Dari
bahasa latin ini kemudian turun ke banyak bahasa
Eropa seperti Inggris yaitu corruption, Prancis
yaitu corruption, Belanda yaitu corruptie. Dari bahasa
Belanda inilah yang kemudian turun ke bahasa
Indonesia, sehingga menjadi korupsi.
Dari pengertian korupsi yang dipaparkan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa 
Korupsi adalah perbuatan yang buruk
seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok dan lain sebagainya untuk
memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau korporasi, yang mengakibatkan
kerugian keuangan pada negara.
Alatas mengatakan ada tiga tipe fenomena yang
tercakup dalam istilah korupsi yaitu :
penyuapan (bribery),
pemerasan (exortion) dan
nepotisme.
Ketiga tipe tersebut berbeda, namun dapat ditarik benang
merah yang menghubungkan ketiga tipe korupsi itu yaitu
menempatkan kepentingan publik di bawah kepentingan
pribadi dengan pelanggaran norma-norma tugas dan
kesejahteraan, yang dilakukan dengan rahasia,
pengkhianatan, penipuan dan juga pengabaian atas
kepentingan publik.
Ciri-ciri korupsi :
(1) selalu melibatkan lebih dari dari satu orang.
Inilah yang membedakan antara korupsi dengan
pencurian atau penggelapan.
(2) pada umumnya bersifat rahasia, tertutup
terutama motif yang melatarbelakangi perbuatan
korupsi tersebut.
(3) melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan
timbal balik. Kewajiban dan keuntungan tersebut
tidaklah selalu berbentuk uang.
(4) berusaha untuk berlindung dibalik
pembenaran hukum.
(5) mereka yang terlibat korupsi ialah mereka yang
memiliki kekuasaan atau wewenang dalam
mempengaruhi keputusan-keputusan.
(6) pada setiap tindakan mengandung penipuan,
biasanya pada badan publik atau pada masyarakat
umum.
(7) setiap bentuknya melibatkan fungsi ganda yang
kontradiktif dari mereka yang melakukan tindakan
tersebut.
(8) dilandaskan dengan niat kesengajaan untuk
menempatkan kepentingan umum di bawah kepentingan
pribadi.
DELIK – DELIK KORUPSI
1. Kelompok delik yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara
2. Kelompok delik penyuapan yang bersifat aktif (yang
menyuap) maupun yang bersifat pasif (yang disuap)
serta gratifikasi
3. Kelompok delik penggelapan
4. Kelompok delik pemerasan dalam jabatan
(knevelarij, extortion)
5. Kelompok delik pemalsuan
6. Kelompok delik yang berkaitan dengan
pemborongan, leveransir, rekanan
Kategori korupsi menurut UU No. 31/1999 jo.
UU No.20/2001 ialah :
merugikan keuangan negara,
suap menyuap,
penggelapan dalam jabatan,
pemerasan,
perbuatan curang,
benturan kepentingan dalam pengadaan,
dan gratifikasi.
RUMUSAN TINDAK PIDANA KORUPSI :

PASAL 2 AYAT (1) UU NO. 31 TAHUN 1999 JO. UU NO. 20 TAHUN 2001 :

“Setiap orang yang secara melawan hukum


melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, .... “
 Setiap orang adalah orang perseorangan
dan atau korporasi yang dapat
dipertanggungjawabkan menurut hukum
pidana
 Melawan hukum adalah tidak mempunyai
hak sendiri untuk menikmati keuntungan
(korupsi) tersebut
RUMUSAN TINDAK PIDANA
KORUPSI :
 MEMPERKAYA MAKSUDNYA MENJADIKAN ORANG YANG
BELUM KAYA MENJADI KAYA, ATAU ORANG YANG SUDAH
KAYA BERTAMBAH KAYA. (PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
TANGERANG TANGGAL 13 MEI 1992 NO. 18/PIT/B/ PN/TNG).

 MERUGIKAN ARTINYA MENJADI RUGI ATAU MENJADI


BERKURANG.

 KEUANGAN NEGARA MENURUT PASAL 1 UU NO. 17


TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA ARTINYA
SEMUA HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA YANG DAPAT
DINILAI DENGAN UANG, SERTA SEGALA SESUATU BAIK
BERUPA UANG MAUPUN BERUPA BARANG YANG DAPAT
DIJADIKAN MILIK NEGARA BERHUBUNG DENGAN
PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN TERSEBUT.
RUMUSAN TINDAK PIDANA
KORUPSI :

KEUANGAN NEGARA MENURUT PENJELASAN UU NO. 31 TAHUN 1999 JO. UU NO. 20 TAHUN
2001 YAITU SELURUH KEKAYAAN NEGARA DALAM BENTUK APAPUN YANG DIPISAHKAN ATAU
YANG TIDAK DIPISAHKAN TERMASUK DIDALAMNYA SEGALA BAGIAN KEKAYAAN NEGARA
DAN SEGALA HAK DAN KEWAJIBAN YANG TIMBUL KARENA :

a. BERADA DALAM PENGUASAAN, PENGURUSAN, DAN


PERTANGGUNG JAWABAN PEJABAT LEMBAGA NEGARA, BAIK
TINGKAT PUSAT MAUPUN DI DAERAH;
b. BERADA DALAM PENGUASAAN, PENGURUSAN, DAN
PERTANGGUNG JAWABAN BADAN USAHA MILIK
NEGARA/BADAN USAHA MILIK DAERAH, YAYASAN, BADAN
HUKUM DAN PERUSAHAAN YANG MENYERTAKAN MODAL
NEGARA, ATAU PERUSAHAAN YANG MENYERTAKAN MODAL
PIHAK KETIGA BERDASARKAN PERJANJIAN DENGAN NEGARA.
RUMUSAN TINDAK PIDANA
KORUPSI :

 KERUGIAN NEGARA ADALAH MENURUT PASAL 1


ANGKA 22 UU NO. 1 TAHUN 2004 TENTANG
PERBENDAHARAAN NEGARA : KERUGIAN
NEGARA/DAERAH ADALAH KEKURANGAN
UANG, SURAT BERHARGA, DAN BARANG,
YANG NYATA DAN PASTI JUMLAHNYA
SEBAGAI AKIBAT PERBUATAN MELAWAN
HUKUM BAIK SENGAJA MAUPUN LALAI.

 KERUGIAN NEGARA DALAM PRAKTEK PERADILAN :


HARUS RIIL DAN TERUKUR.
RUMUSAN TINDAK PIDANA
KORUPSI :
RUMUSAN PASAL 3 UU NO 31 TAHUN 1999 JO. UU NO. 20 TAHUN 2001 :

”SETIAP ORANG YANG DENGAN TUJUAN MENGUNTUNGKAN DIRI


SENDIRI ATAU ORANG LAIN ATAU SUATU KORPORASI,
MENYALAHGUNAKAN KEWENANGAN, KESEMPATAN ATAU SARANA
YANG ADA PADANYA KARENA JABATAN ATAU KEDUDUKAN YANG
DAPAT MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA ATAU PEREKONOMIAN
NEGARA, DIPIDANA .....”

 MENGUNTUNGKAN ADALAH SAMA ARTINYA DENGAN


MENDAPATKAN UNTUNG, YAITU PENDAPATAN YANG DIPEROLEH
LEBIH BESAR DARI PENGELUARAN, TERLEPAS DARI PENGGUNAAN
LEBIH LANJUT DARI PENDAPATAN YANG DIPEROLEHNYA.
RUMUSAN TINDAK PIDANA
KORUPSI :

 MENYALAHGUNAKAN ADALAH
MENGGUNAKAN KEWENANGAN,
KESEMPATAN ATAU SARANA YANG
MELEKAT PADA JABATAN ATAU
KEDUDUKAN YANG DIJABAT ATAU
DIDUDUKI OLEH PELAKU TINDAK PIDANA
KORUPSI UNTUK TUJUAN LAIN DARI
MAKSUD DIBERIKANNYA KEWENANGAN,
KESEMPATAN ATAU SARANA TERSEBUT.
10 (SEPULUH) AREA RAWAN KORUPSI TAHUN
2012

 Sektor Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah;


 Sektor Keuangan dan Perbankan;
 Sektor Perpajakan;
 Sektor Minyak dan Gas (Migas);
 Sektor BUMN/BUMD;
 Sektor Kepabeanan dan Cukai;
 Sektor Penggunaan APBN / APBD dan APBN-P /
APBD-P;
 Sektor Asset Negara / Daerah;
 Sektor Pertambangan;
 Sektor Pelayanan Umum.
Modus Operandi Korupsi
PENYIMPANGAN PENGADAAN BARANG / JASA INSTANSI PEMERINTAH
PROSEDUR TIDAK SESUAI KETENTUAN YANG BERLAKU.

-PERENCANAAN, -PELAKSANAAN
MARK - UP HARGA / JUMLAH
-PELAPORAN

PERBUATAN
CURANG PENGADAAN BARANG/JASA TIDAK SESUAI OWNER ESTIMATE

GRATIFIKASI PENERIMA TIDAK MELAPOR KEPADA KPK


( SUAP )

PENGGELAPAN UANG DAN SURAT BERHARGA DALAM JABATAN

PEMALSUAN BUKU/DAFTAR YG BIASA DIGUN PEMERIKSAAN ADM

PEMERASAN DALAM JABATAN

TERLIBAT PEMBORONGAN, PENGADAAN,PERSEWAAN PADAHAL IA PENGURUS/PENGAWAS


Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan
dalam 30 buah Pasal dalam UU No.31 Tahun 1999 jo UU No.20 Tahun 2001.
berdasarkan Pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam bentuk / jenis
tindak pidana korupsi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci
mengenai perbuatan yang bisa dikenakan pidana penjara karena korupsi.
Bentuk-bentuk / jenis tindak pidana korupsi tersebut sebagai berikut:
Kerugian Keuangan Negara ;
 Pasal 2
 Pasal 3
Suap – Menyuap ;
Pasal 5 Ayat (1) huruf a
Pasal 5 Ayat (1) huruf b
Pasal 13
Pasal 5 Ayat (2)
Pasal 12 huruf a
Pasal 12 huruf b
Pasal 11
Pasal 6 Ayat (1) huruf a
Pasal 6 Ayat (1) huruf b
Pasal 6 Ayat (2)
Pasal 12 huruf c
Pasal 12 huruf d
Penggelapan Dalam Jabatan ;
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10 huruf a
Pasal 10 huruf b
Pasal 10 huruf c
Pemerasan ;
Pasal 12 huruf e
Pasal 12 huruf g
Pasal 12 huruf f
Perbuatan Curang ;
Pasal 7 Ayat (1) huruf a
Pasal 7 Ayat (1) huruf b
Pasal 7 Ayat (1) huruf c
Pasal 7 Ayat (1) huruf d
Pasal 7 Ayat (2)
Pasal 12 huruf h
Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan ;
Pasal 12 huruf i
Gratifikasi ;
Pasal 12 B jo. Pasal 12 C

Selain definisi tindak pidana korupsi yang sudah


dijelaskan diatas, masih ada tindak pidana lain yang
berkaitan dengan tindak pidana korupsi. Jenis tindak
pidana itu tertuang pada Pasal 21, 22, 23 dan 24 Bab III
UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No.20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jenis
tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana
korupsi terdiri atas :
Merintangi Proses Pemeriksaan Perkara Korupsi
 Pasal 21
Tidak Memberi Keterangan atau Memberi Keterangan Yang
Tidak Benar ;
Pasal 22 jo. Pasal 28
Bank Yang Tidak Memberikan Rekening Tersangka
Pasal 22 jo. Pasal 29
Saksi atau Ahli Yang Tidak Memberi Keterangan atau Memberi
Keterangan Palsu;
Pasal 22 jo. Pasal 35
Orang Yang Memegang Rahasia Jabatan Tidak Memberikan
Keterangan atau Memberi Keterangan Palsu ;
Pasal 22 Jo Pasal 36
Saksi Yang Membuka Identitas Pelapor .
Pasal 24 jo. Pasal 31
Gratifikasi ;
Pasal 12 B
adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi
pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi,
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan Cuma-
Cuma, dan fasilitas lainnya.

Dianggap pemberian suap, apabila berhubungan


dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya.

Pembuktian:
nilai Rp 10 juta atau lebih: penerima gratifikasi.
nilai kurang dari Rp 10 juta: oleh Penuntut Umum.
Pasal 12C:

(1). Pasal 12B ayat(1) tidak berlaku, jika penerima


gratifikasi melaporkan ke KPK.
(2). Paling lambat 30 hari sejak tanggal penerimaan
gratifikasi.
(3). KPK dalam waktu 30 hari akan menetapkan gratifikasi
dapat menjadi milik penerima atau negara.
KONSTRUKSI TPK
PENGADAAN BARANG JASA

PENGGUNA TINDAK
BARANG PIDANA REKANAN
KORUPSI

KONSULTAN
PENENTUAN PELAKU
TIPIKOR
 Tipikor merupakan kejahatan bersama
/berjamaah
 Pasal 55 & 56 KUHP
- Tersangka utama
- Turut serta melakukan
- Menyuruh lakukan
- Membantu
28
Pecahan Mata Uang
Yang sering digunakan
Dalam korupsi suap
MODUS OPERANDI
 PERENCANAAN ANGGARAN
1. Rencana Kegiatan
a. Bottom Up
b. Top Down
2. RAB dibuat oleh calon pemenang
3. Usulan anggaran dikawal calon pemenang

 MARK UP
1. HPS dibuat oleh rekanan
2. Data HPS berasal dari rekanan
31
Lanjutan...

 FORMALITAS LELANG
1. Arisan pemenang
2. Rekanan pakai bendera perusahaan lain
3. Rekanan menyiapkan perusahaan penyerta
4. Administrasi semua peserta di siapkan
pemenang
5. Uang mundur bagi perusahaan penyerta
6. Pelaksana bagian dari JO
7. Panitia/Pokja ULP terima jadi.

32
Lanjutan...
 PELAKSANAAN
1. Serah terima lapangan tidak dilakukan
2. Justifikasi tekhnis tidak dilakukan
3. Adendum tidak sesuai prosedur
4. Adendum kontrak tdk dg adendum konsultan
5. Pekerjaan di subkon kan.
6. Pencairan tidak sesuai prestasi
(DP, I, II, III, PHO, FHO)
7. Pencairan PHO lewat tahun anggaran
8. Volume pekerjaan dikurangi
9. Kualitas tidak sesuai kontrak
33
Lanjutan...

 MASA PEMELIHARAAN

1. Perbaikan sebatas masa pemeliharaan

2. Perbaikan menggunakan anggaran


tahun berikutnya
3. FHO tanpa keterlibatan konsultan pengawas

34

Anda mungkin juga menyukai