PPh Pasal 22
1. Atas Impor
Impor dilengkapi dengan Laporan kelengkapan pemeriksaan
(LKP) PPh Pasal 22 disetor oleh importir ke Bank Devisa dengan
menggunakan formulir Surat Setoran Pajak yang berlaku sebagai
bukti pungutan pajak;
Impor tidak dilengkapi dengan LKP PPh Pasal 22 dipungut dan
disetor oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai wajib menerbitkan Bukti
Pemungutan PPh Pasal 22 dalam rangkap 3 yaitu :
Lembar pertama untuk pembeli;
Lembar kedua untuk disampaikan kepada Direktorat Jenderal
Pajak sebagai lampiran laporan bulanan;
Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.
Bagaimana tata cara pemungutan,
penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal
22?
1. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus menyetorkan pemungutan
PPh Pasal 22 atas impor dalam jangka waktu sehari setelah
pemungutan pajak dilakukan ke Kantor Pos dan Giro atau bank-bank
persepsi, dan harus melaporkan hasil pemungutannya tersebut ke
Kantor Pelayanan Pajak secara mingguan selambat-lambatnya tujuh
hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir.
2. Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah
Pusat/Daerah, BUMN/D, harus memungut dan menyetorkan
pemungutan PPh Pasal 22 ke Kantor Pos dan Giro atau bank-bank
persepsi, pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran,
dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah
diisi oleh dan atas nama rekanan serta ditandatangani oleh
Bendaharawan. SSP berlaku sebagai bukti pungutan pajak. Pelaporan
harus disampaikan selambat-lambatnya empat belas hari setelah
Masa Pajak berakhir.
Bagaimana tata cara
pemungutan, penyetoran,
dan pelaporan PPh Pasal 22?
3. Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas, baja dan
otomotif yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus memungut
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri dan wajib
menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 dalam rangkap tiga, yaitu :
• Lembar pertama untuk pembeli;
• Lembar kedua untuk disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak sebagai
lampiran laporan bulanan;
• Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.
Badan usaha tersebut harus menyetorkan secara kolektif pemungutan PPh Pasal
22 selambat-lambatnya tanggal lima belas bulan takwim berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir. Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT
Masa selambat-lambatnya dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir.
Bagaimana tata cara pemungutan,
penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 22?
4. PPh Pasal 22 dari penyerahan oleh Pertamina atas
hasil produksinya, dari penyerahan bahan bakar
minyak dan gas oleh badan usaha selain
Pertamina, dan dari penyerahan gula pasir dan
tepung terigu oleh Bulog, dipungut dengan cara
dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak ke bank persepsi
atau Kantor Pos dan Giro sebelum Surat Perintah
Pengeluaran Barang (Delivery Order) ditebus,
dengan menggunakan SSP yang juga merupakan
bukti pungutan pajak. Pelaporan dilakukan
dengan cara menyampaikan SPT Masa selambat-
lambatnya dua puluh hari setelah Masa Pajak
berakhir.
Sifat Pemungutan
1. Bersifat final artinya pajak yang telah dibayar
oleh wajib pajak melalui pemungutan oleh pihak
lain dalam tahun berjalan tersebut tidak dapat
dikreditkan pada total PPh yang terutang pada
akhir tahun saat pengisian SPT tahunan PPh
2. Bersifat tidak final artinya pajak yang sudah
dipungut oleh pemungut atau dibayarkan dapat
dikreditkan /diperhitungkan sebagai pembayaran
pajak penghasilan dalam tahun berjalan oleh
wajib pajak yang dipungut.
KMK 254/KMK.03/2001 stdtd KMK 236/KMK.03/2003
Tentang Penunjukan Pemungut PPh Pasal 22, Sifat, Besarnya Pungutan serta Tatacara
Penyetoran dan Pelaporan
23
Dasar Pengenaan Pajak
Jawaban :
Beban PPh 22 = 1,5% x 350.000.000
= Rp 5.250.000,00
Jurnal Koperasi Jurnal Humas Pemprov
Kas 344.750.000 Furniture 350.000.000
Pajak dibayar di muka PPh 22 5.250.000 Kas 344.750.000
Penjualan 350.000.000 Utang PPh 22 5.250.000
33
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Bendaharawan Negara)
Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/ atau
PPN.
36
Objek Dikecualikan dari
Pemungutan (2)
Pembayaran atas pengadaan barang bagi institusi pemerintah jika
berjumlah maksimal Rp 2.000.000,00 dan tidak merupakan
pembayaran terpecah-pecah; atau jika ditujukan untuk pembelian
BBM, listrik, gas, pelumas, air minum/ PDAM, dan benda pos.
37
Pengecualian PPh 22
Pengecualian memerlukan bukti berupa Surat keterangan Bebas PPh 22
yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak untuk:
• Impor barang dan/ atau penyerahan barang yang tidak terutang
PPh.
• Emas batangan yang diproses untuk menghasilkan perhiasan untuk
diimpor.
38
LATIHAN