Anda di halaman 1dari 40

Perpajakan

PPh Pasal 22

Nancy M.Siregar SE, M.Si, Ak,CA


Merupakan pajak yang
dipungut atas:
 Aktivitas pembayaran atas
penyerahan barang bagi
institusi pemerintah.
 Aktivitas impor barang.
 Aktivitaspenjualan atau
pembelian barang di industri
tertentu.
 Aktivitas penjualan barang
sangat mewah.
Definisi PPh Pasal 22

• Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi


atau lembaga pemerintah dan lembaga-
lembaga negara lainnya, berkenaan dengan
pembayaran atas penyerahan barang
• Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah
maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di
bidang impor atau kegiatan usaha di bidang
lain
• Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan
barang yang tergolong sangat mewah.
Pemungut Obyek
Bank Devisa dan Direktorat atas impor barang
Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)

Direktorat Jenderal melakukan pembayaran atas


Perbendaharaan (DJPb), pembelian barang;
Bendahara Pemerintah
Pusat/Daerah, kuasa pengguna
anggaran (kpa)
BUMN/BUMD pembelian barang dengan dana
APBN/APBD

BI, Perusahaan Pengelola Aset melakukan pembelian barang


(PPA), BULOG, PT. Telkom, PT. yang dananya bersumber baik
PLN, PT. Garuda Indonesia, PT. dari APBN maupun dari non
Indosat, PT. Krakatau Steel, APBN
Pertamina dan bank-bank BUMN
Pemungut Obyek
Badan usaha bidang industri atas penjualan hasil
semen, industri rokok, industri produksinya di dalam negeri
kertas, industri baja dan
industri otomotif
Produsen atau importir bahan atas penjualan bahan bakar
bakar minyak, gas, dan minyak, gas, dan pelumas
pelumas

Industri dan eksportir yang atas pembelian bahan-bahan


bergerak dalam sektor untuk keperluan industri atau
perhutanan, perkebunan, ekspor mereka dari pedagang
pertanian, dan perikanan pengumpul
Wajib Pajak Badan Penjual Atas penjualan barang yang
barang mewah tergolong sangat mewah
Import Barang di Bebaskan PPN
dan Bea Masuk
a. Impor barang dan atau penyerahan barang yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
tidak terutang Pajak Penghasilan;
b.Imporbarang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk
dan atau PPN:
barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya
yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
barang untuk keperluan badan internasional beserta
pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak memegang
paspor Indonesia yang diakui dan terdaftar dalam peraturan
menteri keuangan yang mengatur tentang tata cara
pemberian pembebasan bea masuk dan cukai atas impor
barang untuk keperluan badan internasional beserta para
pejabatnya yang bertugas di Indonesia;
Import Barang di Bebaskan PPN
dan Bea Masuk
 Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial,
kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana;
 Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam dan
tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum;
 Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
 Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat
lainnya;
 Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
 Barang pindahan;
 Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan
barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan kepabeanan;
 Barang yang diimpor oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang
ditujukan untuk kepentingan umum;
Import Barang di Bebaskan PPN
dan Bea Masuk
Persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku
cadang yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan
negara;
Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi
keperluan pertahanan dan keamanan negara;
Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program pekan imunisasi
nasional (PIN);
Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran
agama;
Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, kapal
angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap
ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan
pelayaran atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan
oleh perusahaan pelayaran niaga nasional atau perusahaan
penangkapan ikan nasional;
Import Barang di Bebaskan
PPN dan Bea Masuk
 Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan
penerbangan atau alat keselamatan manusia, peralatan
untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan
digunakan oleh perusahaan angkutan udara niaga nasional;
 Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk
perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang diimpor
dan digunakan oleh PT kereta api indonesia;
 Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas
dan foto udara wilayah NKRI yang dilakukan oleh TNI;
dan/atau
 Barang untuk kegiatan hulu minyak dan gas bumi yang
importasinya dilakukan oleh kontraktor kontrak kerja sama
Saat Terutang dan
Pelunasan/Pemungutan PPh Pasal
22
 Atas impor barang terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda
atau dibebaskan, maka PPh Pasal 22 terutang dan dilunasi pada
saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB);
 Atas pembelian barang terutang dan dipungut pada saat
pembayaran;
 Atas penjualan hasil produksi terutang dan dipungut pada saat
penjualan;
 Atas penjualan hasil produksi dipungut pada saat penerbitan Surat
Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order);
 Atas pembelian bahan-bahan terutang dan dipungut pada saat
pembelian.
Obyek Pungut Setor Lapor
Impor Barang •Terutang Dan •Disetor oleh 7 hari setelah
Dilunasi Saat importir penyetoran
Pembayaran Bea •Surat Setoran
Masuk Pajak, Cukai dan
•oleh DJBC atau Pabean (SSPCP)
Bank Devisa •ke bank devisa.
bank persepsi,
bendahara DJBC
•1 hari setelah
Pemungutan

Penundaan atau •saat penyelesaian Tgl 20 setelah


Pembebasan Bea dokumen PIB masa pajak
Masuk
Obyek Pungut Setor Lapor

Penjualan Oleh •Penjual •Saat Penebusan Tgl 20 setelah


Produsen/ •Saat Penerbitan DO masa pajak
Importir Bahan Surat Perintah
Bakar Minyak, Pengeluaran
Gas Dan Pelumas Barang (Delivery
Order)

Pembelian Barang •Bendaharawan •Pada Hari Saat Tgl 14 setelah


Oleh Pemerintah Pemerintah Pemungutan masa pajak
•Terutang dan
Dipungut Saat
Pembayaran
Penjualan
Obyek Pungut Setor Lapor

Pembelian Bahan •Pembeli Industri Tanggal 10 Tgl 20 setelah


Oleh •Terutang Dan Bulan Berikutnya masa pajak
Industri dan Dipungut Saat
Eksportir Sektor Pembelian
Kehutanan,
Perkebunan,
Pertanian dan
Perikanan

Penjualan Hasil •Penjual Industri Tanggal 10 Tgl 20 setelah


Produksi •Terutang Dan Bulan Berikutnya masa pajak
Industri Semen, Dipungut
Kertas, Saat Penjualan
Baja Dan Otomotif
Bagaimana tata cara pemungutan,
penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 22?

1. Atas Impor
 Impor dilengkapi dengan Laporan kelengkapan pemeriksaan
(LKP) PPh Pasal 22 disetor oleh importir ke Bank Devisa dengan
menggunakan formulir Surat Setoran Pajak yang berlaku sebagai
bukti pungutan pajak;
 Impor tidak dilengkapi dengan LKP PPh Pasal 22 dipungut dan
disetor oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai wajib menerbitkan Bukti
Pemungutan PPh Pasal 22 dalam rangkap 3 yaitu :
 Lembar pertama untuk pembeli;
 Lembar kedua untuk disampaikan kepada Direktorat Jenderal
Pajak sebagai lampiran laporan bulanan;
 Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.
Bagaimana tata cara pemungutan,
penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal
22?
1. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus menyetorkan pemungutan
PPh Pasal 22 atas impor dalam jangka waktu sehari setelah
pemungutan pajak dilakukan ke Kantor Pos dan Giro atau bank-bank
persepsi, dan harus melaporkan hasil pemungutannya tersebut ke
Kantor Pelayanan Pajak secara mingguan selambat-lambatnya tujuh
hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir.
2. Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah
Pusat/Daerah, BUMN/D, harus memungut dan menyetorkan
pemungutan PPh Pasal 22 ke Kantor Pos dan Giro atau bank-bank
persepsi, pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran,
dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah
diisi oleh dan atas nama rekanan serta ditandatangani oleh
Bendaharawan. SSP berlaku sebagai bukti pungutan pajak. Pelaporan
harus disampaikan selambat-lambatnya empat belas hari setelah
Masa Pajak berakhir.
Bagaimana tata cara
pemungutan, penyetoran,
dan pelaporan PPh Pasal 22?
3. Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas, baja dan
otomotif yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus memungut
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri dan wajib
menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 dalam rangkap tiga, yaitu :
• Lembar pertama untuk pembeli;
• Lembar kedua untuk disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak sebagai
lampiran laporan bulanan;
• Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.

Badan usaha tersebut harus menyetorkan secara kolektif pemungutan PPh Pasal
22 selambat-lambatnya tanggal lima belas bulan takwim berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir. Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT
Masa selambat-lambatnya dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir.
Bagaimana tata cara pemungutan,
penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 22?
4. PPh Pasal 22 dari penyerahan oleh Pertamina atas
hasil produksinya, dari penyerahan bahan bakar
minyak dan gas oleh badan usaha selain
Pertamina, dan dari penyerahan gula pasir dan
tepung terigu oleh Bulog, dipungut dengan cara
dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak ke bank persepsi
atau Kantor Pos dan Giro sebelum Surat Perintah
Pengeluaran Barang (Delivery Order) ditebus,
dengan menggunakan SSP yang juga merupakan
bukti pungutan pajak. Pelaporan dilakukan
dengan cara menyampaikan SPT Masa selambat-
lambatnya dua puluh hari setelah Masa Pajak
berakhir.
Sifat Pemungutan
1. Bersifat final artinya pajak yang telah dibayar
oleh wajib pajak melalui pemungutan oleh pihak
lain dalam tahun berjalan tersebut tidak dapat
dikreditkan pada total PPh yang terutang pada
akhir tahun saat pengisian SPT tahunan PPh
2. Bersifat tidak final artinya pajak yang sudah
dipungut oleh pemungut atau dibayarkan dapat
dikreditkan /diperhitungkan sebagai pembayaran
pajak penghasilan dalam tahun berjalan oleh
wajib pajak yang dipungut.
KMK 254/KMK.03/2001 stdtd KMK 236/KMK.03/2003
Tentang Penunjukan Pemungut PPh Pasal 22, Sifat, Besarnya Pungutan serta Tatacara
Penyetoran dan Pelaporan

Pemungut PPh Pasal 22


Aktivitas/Kegiatan
Bank Devisa dan DJBC Impor barang
Pembayaran atas pembelian
DJA dan Bend. Pemerintah
barang
BUMN dan BUMD Pembelian barang yang
dananya dari APBN/APBD
BI, BPPN, BULOG, PT Telkom, PT
PLN, PT Garuda Indonesia, PT
Pembelian barang yang
Indosat, Krakatau Steel,
dananya dari APBN/D atau
Pertamina, dan Bank BUMN
non APBN/D
Industri semen, rokok, Penjualan hasil produksi
kertas, baja dan otomotif dalam negeri

Pertamina dan Badan Usaha Penjualan hasil produksi


lain yang bergerak dalam
bidang BBM dan gas
Pembelian bahan untuk
Industri dan eksportir yg
keperluan industri atau
bergerak dlm sektor
ekspor dari pedagang
perhutanan, perkebunan,
pengumpul
pertanian, dan perikanan
Tarif dan Sifat PPh Pasal 22
Kegiatan Tarif Sifat
Impor Barang
- Importir - API 2,5% Tidak Final
- Importir - non API 7,5%
Pembayaran atas pembelian barang 1,5% Tidak Final
Penjualan barang produksi
-Industri Semen 0,25% Final hanya
-Industri Rokok 0,15% untuk
-Industri Kertas 0,10% Penjualan oleh
-Industri Baja 0,30% Industri rokok
-Industri Otomotif 0,45%
-Penjualan semua jenis obat 0,30%
Penjualan barang produksi oleh Pertamina PTM/SWST Khusus
dan Badan Usaha lain yang bergerak dalam Premium 0,25% -0,3% penyerahan
bidang BBM dan Gas 0,25% - 0,3% kepada
Solar
0,25% - 0,3% penyalur/ agen
Premix/Super TT bersifat final
Minyak Tanah 0,3% - 0
Gas LPG 0,3% - 0
Pelumas 0,3% - 0
Pembelian bahan untuk keperluan industri Tidak Final
atau ekspor dari pedagang pengumpul 0,25%
Tarif PPh Pasal 22
 Atas impor Barang:
a) Barang tertentu (Lamp.I PMK no.107 thn 2015) sebesar 10% dari nilai impor
b) Barang tertentu lainnya (Lamp.II PMK no.107 thn 2015) sebesar 7,5% dari nilai
impor
c) Selain huruf a dan b sebesar 2,5% dari nilai impor
d) Kedelai , gandum , tepung terigu sebesar 0,5% dari nilai impor
e) Selain huruf a,b,c dan tidak mempunyai API sebesar 7,5% dari nilai impor
f) Menggunakan Angka Pengenal Importir (API), sebesar 2,5% dari nilai impor;
g) Tidak dikuasai, sebesar 7,5% dari harga jual lelang.

 Penjualan hasil produksi:


 Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
 Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
 Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
 Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)
 Rokok = 0,15 % x Harga Bandrol (Final)
 Pembelian barang oleh DJPB, Bendahara Pemerintah,
BUMN/BUMD, 1,5% dari harga pembelian tidak termasuk
PPN dan tidak final.
 Ekspor komoditas Tambang batubara, mineral logam
dan mineral bukan logam yang dilakukan oleh eksportir,
kecuali yang dilakukan oleh wajib pajak yang terkait
dalam perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan
dan kontrak karya sebesar 1,5% dari nilai ekspor
 Penjualan emas batangan oleh produsen emas batangan
termasuk yang melalui pihak ketiga sebesar 0,45% dari
harga pembelian tidak termasuk PPN
Pencatatan Transaksi PPh 22
Bendaharawan Negara dan Impor
 PPh 22 Dipungut Bendaharawan Negara
 Jumlah pajak yang dipungut oleh bendaharawan merupakan pengurang kas
yang diterima dicatat sebagai pembayaran pajak dimuka.
 PPN dan PPnBM tidak dicatat, namun bukti potongnya dimintakan untuk
memperoleh restitusi pajak.

 PPh 22 Atas Impor


 Jumlah PPh 22 yang dibayarkan dicatat sebagai pajak dibayar dimuka.
 Untuk Bea Masuk dan PPnBM menjadi penambah nilai persediaan.

23
Dasar Pengenaan Pajak

 Jika harga pembelian/penjualan tidak termasuk


PPN,dan atau pajak penjualan atas barang
mewah, maka besarnya DPP PPN sama dengan
harga pembelian atau penjualan
 Jika harga pembelian/penjualan termasuk PPN ,
maka besarnya DPP PPN = (100/110) x harga
pembelian/ harga penjualan
 Jika harga pembelian/penjualan tidak termasuk
PPN,atau pajak penjualan atas barang mewah DPP
PPN = (100/ (110 + tarif PPnBM) x harga
pembelian/ harga penjualan
Tarif PPh 22 PRODUSEN/IMPORTIR ATAS PENJUALAN
BAHAN BAKAR MINYAK, GAS DAN PELUMAS
Kepada Penyalur/agen bersifat FINAL
Kepada selain Penyalur/agen bersifat TIDAK FINAL

SPBU SWASTA PERTAMINA

PREMIUM 0,3 % 0,25 %


SOLAR 0,3 % 0,25 %
PREMIX/SUPER TT 0,3 % 0,25 %
MINYAK TANAH 0,3 %
GAS LPG 0,3 %
PELUMAS 0,3 %
Harga Jual
Tarif PPh Pasal 22
 Atas pembelian bahan-bahan untuk
keperluan industri atau ekspor dari
pedagang pengumpul, sebesar 2,5 %
dari harga pembelian tidak termasuk
PPN.
 Atas impor kedelai, gandum, dan
tepung terigu oleh importir:
 Menggunakan API sebesar 0,5% dari
nilai impor
 Tidak menggunakan API, 7,5% dari nilai
impor
Tarif PPh Pasal 22

Penjualan Barang Sangat Mewah, sebesar 5%


 Pesawat udara pribadi > Rp20.000.000.000
 Kapal pesiar dan sejenisnya > Rp10.000.000.000
 Rumah beserta tanahnya > Rp10.000.000.000, syarat luas bangunan >
500 m2.
 Apartemen, kondominium,dan sejenisnya > Rp10.000.000.000 dan/atau
luas bangunan lebih dari 400 m2.
 Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10
orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi purpose
vehicle (mpv), minibus > Rp5.000.000.000 dan kapasitas silinder > 3.000
cc
NOTE: Tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi
PPh 22 Import

 Pajak terutang PPh 22 = Tarif x NI


 NI = CIF + Bea masuk + Bea Masuk
Tambahan

 Tarif Memilik API = 2,5%


 Tarif Non API = 7,5%
PPh 22
Impor
A. PT Perdana adalah importer barang-barang
elektronika.Perusahaan sudah memiliki API.
Pada Mei 2018, PT Perdana melakukan
impor barang dari Jepang dengan harga
faktur USD 100.000. Biaya Asuransi dan
biaya angkut pengapalan barang dari Jepang
ke dalam daerah Pabean (Indonesia) masing-
masing sebesar 0,5% dan 10% dari harga
faktur. Biaya tersebut dibayar oleh PT
Perdana . Tarif Bea masuk 10% dari CIF. Kurs
yang di Tetapkan oleh Menkeu pada saat itu
adalah USD1=Rp11.500.Hitung PPh pasal 22
yang harus dibayar PT Perdana.
* (barang yg diimpor termasuk dalam kelompok barang
pada lampiran II PMK nO.107 tahun 2015)
 PT Semen Indonesia menjual semen hasil
produksi semen kepada PT Bangunan
Nusantara. Total harga termasuk PPN
sbesar Rp1.650.000.000

 PPh 22 PT Semen Indonesia adalah


sebagai berikut:
DPP =(100/110) x Rp 1.650.000.000
= Rp.1.500.000.0000
PPh Pasal 22 = 0,25% x Rp 1.500.000.000
= Rp 375.000.000
 Pada Juni 2018, BNI melakukan
pembayaran kepada PT. Bahtera Motor
atas pengadaan barang sebanyak 20 unit
dengan harga Rp 198.000.000 per unit.
Harga ini termasuk PPN 10%.

 PPh 22 BNI adalah sebagai berikut:


DPP =(100/110) x 20xRp 198.000.000
= Rp.3.600.000.0000
PPh Pasal 22 = 1,5% x Rp 3.600.000.000
= Rp 54.000.000
 Pada Juni 2018, PT. Pertamina melakukan penyerahan
hasil produksi sebagai berikut.
a) Penyerahan bahan bakar minyak senilai Rp825.000.000
kepada SPBU pertamina
b) Penyerahan bahan bakar gas senilaiRp192.500.000 kepada
Blue Gas Distributor

 Penyerahan bahan bakar minyak kpd SPBU


DPP=(100/110) xRp825.000.000= Rp.750.000.000
PPh Pasal 22 = 0,25% x Rp.750.000.000= Rp1.875.000

 Penyerahan bahan bakar gas kepada Blue Gas Distributor


DPP=(100/110) xRp192.500.000= Rp.175.000.000
PPh Pasal 22 = 0,3% x Rp.175.000.000= Rp525.000
Ilustrasi
Koperasi Medang Kamulan menerima pembayaran dari Kantor Humas
Pemprov atas penyediaan furniture berbahan kayu jati senilai Rp
350.000.000,00. Berapakah beban PPh 22 dan bagaimana
pernjurnalannya (metode periodik)?

Jawaban :
Beban PPh 22 = 1,5% x 350.000.000
= Rp 5.250.000,00
Jurnal Koperasi Jurnal Humas Pemprov
Kas 344.750.000 Furniture 350.000.000
Pajak dibayar di muka PPh 22 5.250.000 Kas 344.750.000
Penjualan 350.000.000 Utang PPh 22 5.250.000
33
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Bendaharawan Negara)

CV. Pancala mengirimkan tagihan ke Pemprov Aceh atas pengadaan barang


sebesar Rp 220.000.000,00 termasuk PPN. Pengadaan barang tersebut
dikenai pemungutan PPh 22 sebesar 1,5%. Harga pokok penjualan atas
barang tersebut adalah Rp 115.000.000,00. Bagaimanakah CV. Pancala
melakukan penjurnalan?
Jawaban :
Piutang dagang 170,000,000
Pajak dibayar di muka PPh 22 30,000,000
Penjualan 200,000,000
Harga pokok penjualan 115,000,000
Persediaan 115,000,000
34
Saat Terutang dan Pelunasan
Pemungutan pajak terutang dilakukan saat pembayaran kecuali
ditetapkan berlainan oleh Menkeu. Pengecualian tersebut antara lain:

Saat pembayaran bea masuk.


Kecuali jika pembayaran bea masuk ditunda/
Kegiatan Impor dibebaskan, pemungutan dilakukan saat
penyelesaian Pemberitahuan Impor Barang
(PIB).

Kegiatan Pembelian Barang Saat pembayaran.

Pembelian Hasil Produksi Saat penjualan.

Penjualan Hasil Produksi/


Saat penerbitan delivery order.
Pengolahan Barang

Penyetoran hasil pungutan dilakukan ke Bank Persepsi atau Kantor Pos. 35


Objek Dikecualikan dari
Pemungutan (1)
Impor barang dan/ atau penyerahan barang yang berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh.

Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/ atau
PPN.

Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata – nyata


dimaksudkan untuk diekspor kembali.

Impor kembali, yang meliputi barang – barang yang diimpor kembali


dalam kualitas yang sama atau barang yang telah diekspor untuk
perbaikan, pengerjaan dan pengujian yang memenuhi syarat yang
ditentutakn Ditjen Bea dan Cukai.

36
Objek Dikecualikan dari
Pemungutan (2)
Pembayaran atas pengadaan barang bagi institusi pemerintah jika
berjumlah maksimal Rp 2.000.000,00 dan tidak merupakan
pembayaran terpecah-pecah; atau jika ditujukan untuk pembelian
BBM, listrik, gas, pelumas, air minum/ PDAM, dan benda pos.

Pembayaran untuk pembelian gabah dan/ atau beras oleh Perum


Bulog.

Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang


perhiasan dari emas yang ditujukan untuk ekspor.

Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan


dana BOS.

37
Pengecualian PPh 22
Pengecualian memerlukan bukti berupa Surat keterangan Bebas PPh 22
yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak untuk:
• Impor barang dan/ atau penyerahan barang yang tidak terutang
PPh.
• Emas batangan yang diproses untuk menghasilkan perhiasan untuk
diimpor.

Pelaksanaan pengecualian dari pemungutan PPh 22 dilakukan oleh


Ditjen Bea dan Cukai, dengan tata cara yang diatur oleh Dirjen Bea dan
Cukai dan/ atau Ditjen Pajak.

38
LATIHAN

1.Pada Juni 2018, PT Ananda (termasuk perusahaan


API) melakukan impor kedelai dari Amerika Serikat
Senilai USD30.000. Biaya Asuransi dan angkut
barang dari Amerika ke Indonesia masing-masing
sebesar 0,5% dan 15% dari harga faktur. Tarif bea
masuk sebesar 15% dari CIF . Kurs yang ditetapkan
oleh Menkeu saat itu adalah USD1=11.000.
Hitunglah PPh pasal 22 yang harus dibayar oleh PT
Ananda.
2.Pada Juni 2018, PT. Pertamina melakukan
penyerahan hasil produksi sebagai berikut:
a.Penyerahan bahan bakar minyak senilai
Rp588.500.000 kepada SPBU bukan pertamina
b.Penyerahan Pelumas senilai Rp308.000.000
kepada PT Oli

Anda mungkin juga menyukai