Anda di halaman 1dari 48

PELAYANAN TEKNIS STRATEGIS

DIBIDANG URUSAN AGAMA KATOLIK


TAHUN 2020
Oleh:
Fransiskus Kariyanto
Pembimbing Masyarakat Katolik
Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah
Disampaikan pada Kegiatan Pembinaan Keluarga
Bahagia
Se-Jawa Tengah
Hotel Beringin Salatiga, 13-16 Oktober 2020
1
INDONESIA MENURUT INDONESIA:
KONSTITUSI NEGARA R.I: PANCASILA DAN UUD 1945

1. PANCASILA : “Ketuhanan Yang Maha Esa” (Sila 1).


“Negara menjadikan agama-agama sebagai bagian integral
bagi kehidupan bernegara dan berbangsa. Negara
mengharapkan dan menuntut kontribusi komunitas agama-
agama dalam pembangunan bangsa dan negara.
2. Undang-Undang Dasar 1945, Bab XI: Agama: Pasal 28E
menyatakan bahwa: “Setiap orang bebas memeluk agama
dan beribadat menurut agamanya…”. Kemudian dalam Pasal
29: 1-2, sbb:
a) Negara berdasar atas KeTuhanan Yang Maha Esa;
b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.
INDONESIA MENURUT INDONESIA:
KONSTITUSI UUNRI: PANCASILA DAN UUD 1945

1. PANCASILA : “Ketuhanan Yang Maha Esa” (Sila 1).


“Negara menjadikan agama-agama sebagai bagian integral
bagi kehidupan bernegara dan berbangsa. Negara
mengharapkan dan menuntut kontribusi komunitas agama-
agama dalam pembangunan bangsa dan negara.
2. Undang-Undang Dasar 1945, Bab XI: Agama: Pasal 28E
menyatakan bahwa: “Setiap orang bebas memeluk agama
dan beribadat menurut agamanya…”. Kemudian dalam Pasal
29: 1-2, sbb:
a) Negara berdasar atas KeTuhanan Yang Maha Esa;
b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.
PANCASILA

KETUHANAN YANG MAHA ESA


Abstrac

Empiric
TIAN/XIAN
SANG YANG SANG
YAHWEH TRITUNGGAL ALLAH SWT YOU YIDE
WIDI WASA BHAGAVA
SHANDI

YAHUDI KRISTEN ISLAM HINDU BUDHA KONGHUCU

BANGSA INDONESIA
3. Bab XA: Hak Asasi Manusia, pasal 28E,
berbicara tentang kebebasan beragama:

1) Setiap orang bebas memeluk agama dan


beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal diwilayah negara, dan meninggalkan-
nya, serta berhak kembali;(ISIS?)
2) Setiap orang atas kebebasan meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya;(pengakuan
kembali aliran kepercayaan: MK)
3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
TUJUAN INDONESIA MERDEKA:
UUD 1945

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia


dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2. Memajukan kesejahteraan Umum;
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamian abadi, keadilan sosial.
KONSEKUENSI BAGI AGAMA-AGAMA:
1. Negara RI : meletakkan dasar hubungan yang positif
dan kreatif kepada agama-agama, tetapi negara tidak
mendasarkan dirinya kepada agama tertentu (teokrasi),
bukan pula negara sekuler, tetapi Negara hukum.
2. Agama-agama mendapat perhatian secara khusus dari
negara. Agama mendapat tempat yang sama, equal
dengan agama-agama yang lainnya.
3. Negara /pemerintah mengharapkan tanggungjawab dan
kewajiban agama-agama sebagai bagian dari warga
bangsa terlibat aktif membangun bangsa, masyarakat
dan negara Indonesia menuju cita-cita negara yaitu
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur;
sejahtera (lahir dan batin) yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
4. Agama-agama dapat menjadi mitra yang
dinamis, kritis, dan kreatif dari negara
dalam rangka pembaharuan,
pembangunan dan kemajuan
masyarakat, bangsa-negara dan dunia.
5. Agama-agama wajib berperan aktif
bekerjasama dengan negara untuk
membaharui, membangun dan
memajukan serta menjamin masa depan
negaranya, sebagai:“Sacramentum
Mundi” karena, “Nostra mundi nula
sallus”.
LANDASAN TUSI PEMBIMAS KATOLIK
KANWIL KEMENAG PROVINSI JAWA TENGAH

PMA 19 Tahun 2019 Tentang Organisasi dan Tata Kerja


Instansi Vertikal Kementerian Agama, Struktur Kanwil
Kemenag Prov. Jawa Tengah, Bab II, pasal 39:
Pembimbing Masyarakat Katolik dengan tugas:
1. Melaksanakan penyusunan bahan;
2. Pelaksanaan kebijakan teknis, pelayanan, bimbingan,
pembinaan, pengelolaan sistem informasi;
3. Penyusunan rencana serta pelaporan di bidang Urusan
Agama, pendidikan agama dan penidikan keagamaan Katolik
berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala
Kantor Wilayan Kementerian Agama Provinsi.

9
DUKUNGAN SDM BIMAS KATOLIK
KANWIL PROVINSI

JABATAN JABATAN PRAMU DRIVER


Pembimas Fungsional BAKTI

ADMINISTRATOR PELAKSANA
(Eselon IIIb) (JFU/JFT)

1 2 1 1
DUKUNGAN SDM BIMAS KATOLIK
KAB/KOTA

JABATAN Penyelenggara JABATAN Fungsional

Pengawas Pelaksana
(Eselon IVb) (JFU/JFT)

17 2
DUKUNGAN SDM BIMAS KATOLIK
KAB/KOTA

JABATAN JABATAN JABATAN


Fungsional Guru Fungsional PAK Fungsional
PAK PNS NON PNS Pengawas PAK
PNS

507 219 10
DUKUNGAN SDM BIMAS KATOLIK
KAB/KOTA

JABATAN JABATAN
Fungsional Penyuluh Fungsional Penyuluh
Agama Katolik PNS Agama Katolik NON PNS

7 108
PLURALITAS KEINDONESIAAN
PENDAHULUAN

SUKU, BAHASA, RAS AGAMA DAN AGAMA NEGARA


DAN BUDAYA ASLI/KEPERCAYAAN KEPULAUAN
PLURALITA KEBANGKI RADIKALI
6 AGAMA MONDIAL;
1.128 SUKU; 17.504
S
748 BAHASA;
TAN ME
644 AGAMA ASLI
(187 Kepercayaan)
KEINDONE AGAMA- KEAGAMA
SIAAN AGAMA AN
PETA KEHIDUPAN KEBERAGAMAAN

EKSKLUSIVISME, PRIMORDIALISM RADIKALISME,


FANATISME DAN E DAN FUNDAMENTALISME
FORMALISME SEKTARIANISME DAN TERORISME
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA

Kristen
16528513
6.96%
Katolik
6907873
Hindu
2.91%
Buddha
4012116
1703254
1.69%
Khonghucu
Lainnya
Tidak
0.72%Terjawab
Ditanyakan
117091
299617
139582
757118
0.05%
0.13%
0.06%
0.32%

BERDASARKAN sensus
Islam penduduk tahun 2010 oleh BPS
207176162 Indonesia (sensus terakhir)
87.18%

16
KEBANGKITAN SENTIMEN KEAGAMAAN
PLURALITAS
PENDAHULUAN
KEINDONESIAAN

RADIKALISME
FORMALISME
SUKU,
AGAMADAN
PLURALITA KEBANGKI RADIKALI
BERAGAMA
RAS,
S DAN
TAN
NEGARA
ME
BAHASA TERORISME
KEPULAU
KEINDONE KEPERCAY
AGAMA- KEAGAMA
DAN N
SIAAN AGAMA
AAN AN
BUDAYA
ISU GANGGUAN KERUKUNAN DI INDONESIA

Isu SARA 01
02 Penodaan Agama

Keterlibatan tokoh Agama dan tokoh


masyarakat dalam memberikan 03
dukungan kepada tokoh politik tertentu
04 Terjadinya sekat-sekat dalam masyarakat
berbasis agama
Kesenjangan Sosial
05
Paham-paham radikal dan tindak kekerasan
06 dengan mengatasnamakan agama
Teknologi Informasi dan Media Sosial
07
Transparansi Informasi Keagamaan
08

18
DATA INTOLERANSI BERAGAMA AGAMA

I. EKSKLUSIVISME, RADIKALISME, FUNDAMENTALISME

TAHUN 2014 27,9 %


TAHUN 2015 32,3 %
TAHUN 2016 29,57 %
TAHUN 2017 35,47 %
Sumber: Tirto Id

19
II. PELANGGARAN KEBEBASAN BERAGAMA

TAHUN 2016 208 Pelanggaran kebebasan beragama;


270 Tindakan intoleransi; 123 Intoleransi
oleh aktor negara dan 17 peristiwa
dibiarkan; 130 Tindakan oleh aktor non
negara

TAHUN 2017 155 Peristiwa pelanggaran kebebasan


peragama; 201 Tindakan intoleransi; 75
Intoleransi oleh aktor negara dan 71 berbentuk
tindakan aktif, 3 tindakan by rule, dan 1
tindakan pembiaran
Sumber: Tirto Id

20
III. KELOMPOK YANG TIDAK DISUKAI

TAHUN 2016 (diadakan 1.520 responden dari 34 Provinsi)

Tidak ada masalah 38.7 %


LGBT 26.1 %
Komunis 16.7
Yahudi 18.6 %
Kristen 2.2 %
Syiah 1.3 %
Wahabi 0.5 %
Budhis 0.4 %
Tionghoa 0.4 %
Sumber: Wahid Institut

21
IV. SUMBER INFORMASI INTOLERANSI

Facebook dan Youtube 1.05 %


Organisasi dan Kelompok Keagamaan 1.34 %
Dari Orang Tua 2.76 %
Dari Madrasah 3.50 %
Dari Pesantren 3.87 %
Dari Sekolah 6.78 %
Dari Pemuka Agama 18.03 %
Ceramah Tokoh Agama 24.59 %
Ceramah di TV 28.61 %
Sumber: Wahid Institut

22
IV. KASUS INTOLERANSI AGAMA (PERUSAKAN, PENUTUPAN
PEMBATASAN DAN PENYEGELAN)

Tahun 1998-2003 428 MISRAWI


1998-2000 297 UNSFIR, 2003
2008 367 SETARA INSTITUT
2009 59 MODERAT MUSLIM
SOCIETY
2010 81 MODERAT MUSLIM
SOCIETY
2011 183 THE WAHID INSTITUT
2013 245 THE WAHID INSTITUT
2014 119 THE WAHID INSTITUT
2015 433 THE WAHID INSTITUT
2017 265 THE WAHID FOUNDATION
2018 276 THE WAHID FOUNDATION

23
Visi Ditjen Bimas Katolik:
“terwujudnya umat Katolik 100% Katolik dan 100% warga
negara yang Pancasilais” :

 Masyarakat Katolik yang kualitas iman dan takwanya


tinggi;
 Masyarakat Katolik yang hidup rukun dalam bingkai
persatuan dan kesatuan;
 Pranata-pranata keagamaan Katolik tertata dengan
baik;
 Masyarakat Katolik dengan semangat kemandirian dan
kesetiakawanan sosial atas dasar persaudaraan sejati
yang terkristal;
 Masyarakat Katolik dengan pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan agama yang dewasa. 24
Misi:
“Mengajak masyarakat Katolik untuk berperan serta secara
aktif dan dinamis dalam mencapai tujuan bangsanya”

1. Masyarakat Katolik yang mengetahui, memahami,


menghargai dan menghormati keanekaan dan
kemajemukan hidup dalam masyarakat;
2. Masyarakat Katolik yang berkiprah di tengah
pembangunan bangsanya dengan semangat
persaudaran sejati;
3. Masyarakat Katolik menggenggam paham kita dalam
berfikir dan berperilaku. Karena semua harus dijaga
dan dipelihara.

25
POLA KERJA:
KEMITRAAN, SINERGIS-MUTUALISTIS
1. Menghargai Otonomitas: pahami tugas
dan fungsi institusi;
2. Memahami dinamika hubungan Gereja -
Pemerintah  Agama – Negara;
3. Tujuan yang “satu dan sama”  sharing
informasi & program-kegiatan;
4. Efektif - efisien - akuntabel - transparan;
5. Afirmasi, proteksi dan empowering.
26
PROFIL LAYANAN MASYARAKAT KATOLIK
PROVINSI JAWA TENGAH
Deskripsi Umat Katolik:
1. Jumlah penduduk Jawa Tengah: 36,919,008 Juta;
2. Jumlah Umat Katolik: 431,208 jiwa (1,17%);
3. Sebaran tidak merata (umat diaspora);
4. Secara fisik mengalami pertumbuhan dan perkembangan (Umat:
Laporan dari Gara Solo, setiap tahun terdapat kurang lebih 170-
180 Non Katolik meminta rekomendasi untuk melakukan
pernikahan Katolik ((meskipun mereka belum tentu masuk
Katolik));
5. Tenaga Kader kurang?;
6. Tenaga Pastoral Awam purnawaktu tidak ada?;
7. Masa lalu kebanggaan, kini permasalahan, masa depan? Qou
Vadis?
JUMLAH PEMELUK AGAMA KATOLIK
PROVINSI JAWA TENGAH
No. Region/City Number of Catholic
Catholic Organizer
1. Kab. Cilacap 15,628 Ada
2. Kab. Banyumas 11,293 Ada
3. Kab. Purbalingga 2,337
4. Kab. Banjarnegara 1,565
5. Kab. Kebumen 3,818
6. Kab. Purworejo 11,562 Ada
7. Kab. Wonosobo 3,816 Ada
8. Kab. Magelang 37,186 Ada
9. Kab. Boyolali 7,889 Ada
10. Kab. Klaten 43,492 Ada
JUMLAH PEMELUK AGAMA KATOLIK
PROVINSI JAWA TENGAH
No. Region/City Number of Catholic
Catholic Organizer
11. Kab. Sukoharjo 12,890 Ada
12. Kab. Wonogiri 9,439 Ada
13. Kab. Karanganyar 4,236 Ada
14. Kab. Sragen 5,700
15. Kab. Grobogan 3,625
16. Kab. Blora 3,971
17. Kab. Rembang 2,582 Ada
18. Kab. Pati 2,693 Ada
19. Kab. Kudus 4,265 Ada
20. Kab. Jepara 916
JUMLAH PEMELUK AGAMA KATOLIK
PROVINSI JAWA TENGAH
No. Region/City Number of Catholic
Catholic Organizer
21. Kab. Demak 585
22. Kab. Semarang 23,329
23. Kab. Temanggung 7,860 Ada
24. Kab. Kendal 6,728
25. Kab. Batang 1,801
26. Kab. Pekalongan 837 Ada
27. Kab. Pemalang 1,680
28. Kab. Tegal 2,981
29. Kab. Brebes 1,851
30. Kota Magelang 9,165
JUMLAH PEMELUK AGAMA KATOLIK
PROVINSI JAWA TENGAH
No. Region/City Number of Catholic
Catholic Organizer
31. Kota Surakarta 36,846 Ada
32. Kota Salatiga 10,231
33. Kota Semarang 130,886 Ada
34. Kota Pekalongan 4,077
35. Kota Tegal 3,448
Grand Total 431,208 (1,17%) 17
Jumlah Penduduk 36,919,008
TIPE-TIPE HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA

(Banawiratma, 1994:59)
1. Agama Menolak Dunia
2. Agama Ingin Menguasai Dunia
3. Dunia Ingin Menguasai Agama
4. Dunia Menolak Agama
5. Agama dan Dunia Bereksistensi
6. Agama dan Dunia Berhubungan secara
Dialektis
TIPE-TIPE HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA

J. Philip Wogaman:
1. Teokratik.
2. Erastianisme.
3. Pemisahan Gereja-Negara yang
Rusuh.
4. Pemisahan Gereja-Negara yang
Ramah.
EKSISTENSI Gereja Katolik di Indonesia ?
Pertama, Gereja Katolik di Indonesia, Gereja Kolonial?
Masih dianggap asing atau “Barat” oleh sebagian Katolik
(Non Katolik). Gereja Katolik datang ke Indonesia bersama-
sama dengan kolonialisme Barat dan tradisi Gereja Barat
masa lampau (Rome);
Kedua, ada kesan banyak orang (intern dan ekstern) -
Gereja Katolik Indonesia belum sepenuhnya terlibat dalam
perjuangan bangsanya. Gereja Katolik di Indonesia belum
menjadi warga negara indonesia 100%. Gereja Katolik di
Indonesia belum memiliki nasionalisme bagi bangsa dan
negaranya;
Ketiga, Gereja Katolik di Indonesia adalah Gereja
Barat/Roma. Di Indonesia belum ada Gereja Katolik 100%
Indonesia (Gereja Katolik di Indonesia, dan bukan Gereja
Katolik Indonesia).
LANDASAN KERJASAMA PEMERINTAH
(BIMAS KATOLIK) DAN GEREJA KATOLIK
Dokumen KWI yang berjudul: “Umat Katolik Indonesia
dalam Masyarakat Pancasila” :
“Agama Katolik tidak dapat mengidentifikasikan diri dengan
salah satu ideologi atau pola pemerintahan tertentu.
Namun demikian, Umat Katolik Indonesia bersyukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa Negara kita memilih
Pancasila sebagai Filsafat dan Dasarnya...Umat Katolik
menerima landasan yang sungguh-sungguh dapat menjadi
wadah pemersatu pelbagai golongan di dalam masyarakat,
yakni Pancasila. Maka dalam kehidupa berbangsa dan
bernegara, umat Katolik menerima Pancasila sebagaimana
tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945.
Umat Katolik mendukung Pancasila bukan hanya sebagai
sarana pemersatu, melainkan juga sebagai ungkapan nilai-
nilai dasar hidup bernegara, yang berakar di dalam budaya
dan sejarah suku-suku bangsa kita. Pancasila, baik secara
keseluruhan maupun ditinjau sila demi sila, mencanangkan
nilai-nilai dasar hidup manusiawi, sejalan dengan nilai yang
dikemukakan oleh ajara dan pandangan Gereja Katolik”.
Jadi: “Gereja Katolik memandang Pancasila sebagai
wadah kesatuan dan persatuan Nasional dan
menerima Pancasila sebagai landasan yang sungguh-
sungguh dapat menjadi wadah pemersatu pelbagai
golongan di dalam masyarakat Indonesia”
Umat Katolik Indonesia :
100 % Katolik 100 % Indonesia
Keputusan Mgr. Soegiyopranoto SJ memindahkan
pusat Gereja Katolik dari Semarang ke Yogyakarta,
tidak hanya bersifat politis, tetapi secara eksistensial
ingin menyatukan denyut jantung Gereja
Katolik dengan jiwa Republik Indonesia.
Sejak awal mula berdirinya Republik Indonesia,
Gereja Katolik Indonesia telah memberikan baktinya
kepada ibu pertiwi: ikut berjuang di medan
pertempuran, menyediakan fasilitas umum,
perlindungan, hingga terlibat aktif diplomasi
internasional bagi tegaknya NKRI.
Tokoh: Pater Van Lith (Pendidikan), IJ Kasimo
(Politilus dan Menteri Kemakmuran Rakyat),
Brigjen Ignatius Slamet Riyadi, Marsekal Muda
Agustinus Adisucipto, Laksamana Madya TNI
Yosaphat Sudarso, Mgr. Soegiyopranoto SJ
peloby internasional handal yang berhasil
meyakinkan Vatikan menjadi negara Eropa
pertama yang mengakui kemerdekaan
Indonesia dan mendesak pemerintah kerajaan
Belanda mengakui kemerdekaan RI lewat KMB.
Peran Indonesian Press Photo Services (IPPHOS)
atau Kantor Berita Foto Indonesia yang dipimpin
oleh dua bersaudara Alex Mandoer dan Frans
Mandoer sebagai pusat dokumentasi perjuangan
diera revolusi fisik. Tidak akan ada foto Proklamasi
tanpa peran mereka. Cornel Simanjuntak dan R.A.J
Sudjasmin rajin mencipta lagu-lagu perjuangan. Cilik
Riwut bapak penyatu bumi Kalimantan ke RI.
Ignatius Dewanto keberhasilannya menjatuhkan
pesawat tempur AS yang dipiloti oleh Allen
Lawrence Pope mengatasi pemberontakan
PRRI/Permesta. Juga guru-guru relawan pendidikan
dan rohaniwan yang selama puuhan tahun mendidik
di tanah Papua dan daerah-daerah terdepan
Indonesia.
Jauh sebelum merdeka Gereja Katolik juga sudah
memberikan dukungan bagi berdirinya RI, melalui
Pendidikan Misi dan melahirkan pimpinan bagi
pergerakan nasional. Sumpah Pemuda 1928
berlangsung di gedung Mahasiswa Katolik Batavia
dan para imam di Ende menjadi sahabat Soekarno
dalam peziarahan batinnya merumuskan Pancasila.
Radio Republik Indonesia dan Kementerian
Penerangan Republik Indonesia meminjam gedung
Seminari Code Yogyakarta. Kepolisian RI berdiri di
Seminari Menengah Mertoyudan bahkan Oeang
Indonesia dicetak di percetakan Kanisius
Yogyakarta.
“KONFERENSI NASIONAL UMAT KATOLIK
INDONESIA TAHUN 2017 MEMPERTEGAS KEMBALI
BAHWA PARA PENDIRI BANGSA (FOUNDING
FATHERS) DENGAN SANGAT TEPAT DAN BENAR
TELAH MEWARISKAN PANCASILA KEPADA BANGSA
INDONESIA. HANYA PANCASILA YANG DAPAT
MENJADI DASAR NEGARA DAN FALSAFAH
KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA YANG SANGAT
MULTIKULTURAL, KARENA DIGALI DARI NILAI-
NILAI LUHUR NUSANTARA”
KEKUATAN KITA KATOLIK
 Lembaga Agama/Gereja: Struktur
Organisasi, Kesatuan, Tradisi,
Magisterium yang kuat dan mantap;
 Komunitas Basis Kristiani, Kelompok
Kategorial: Kesatuan;
 Tenaga Teknis “Spesialis”: Guru
Agama dan Penyuluh Agama Katolik.
KONSEP KERJASAMA
SWOT ANALISIS
Strenght Oportunity:
Hierarki, Trust, kualitas
Strenght : Oppurt
struktur,
Pemerintah;
organisasi,
Regulasi;
regulasi,
Dana
Pegawai
Weakness: Treath:
eksklusif;
Weakness: Treath
kebenaran;
Politik agama
Dana kurang
Pesan Sidang Tahunan KWI 2017 dengan Tema: Gereja yang
Relevan dan Signifikan: Panggilan Gereja Menyucikan Dunia.
Gereja Katolik menyampaikan suara identitas dan
kenabiannya sbb:
1. Gereja Katolik sebagai bagian dari bangsa Indonesia ikut
merawat dan terlibat menentukan masa depan bangsa.
Peran utama Gereja dalam menata dan membangun
bangsa yang Pancasilais terletak di pundak kaum awam,
sementara para gembala umat diundang untuk
mendampingi, meneguhkan dan memberi teladan;
2. Gereja menyayangkan situasi bangsa di mana Pancasila
dirongrong oleh radikalisme dan terorisme. Kesatuan
bangsa dicederai oleh sikap intolerna terhadap mereka
yang berbeda keyakinan, serta diperparah oleh sikap
politik yang menggunakan SARA untuk mencapai
kepentingan tertentu dan mengambaikan kepentingan
masyarakat bnyak dan keluhuran martabat manusia.
3. Gereja Katolik terus membuka diri untuk membangun
dialog bersama dengan agama-agama lain yang didasari
ketulusan untuk lebih saling mengenal, meruntuhkan
kecurigaan dan mengikis fanatisme agama. Dengan
dialog ini diharapkan mampu meruntuhkan tembok
pemisah dan membangun jembatan persahabatan dan
persaudaraan melalui berbagai kegiatan kekeluargaan
dan kemanusiaan juga dengan memanfaatkan media
sosial;
4. Dalam agenda politik Pilkada 2018 dan Pileg dan Pilpres
2019, Gereja dalam hal ini Gembala umat diharapkan
hadir dalam membimbing umat agar tidak terpecah belah
oleh pilihan politik yang berbeda, berdaya tahan terhadap
serbuan kampanye berbau SARA dan mendorong kaum
awam yang potensial untuk ikut serta dalam kontestasi
politik tersebut;
5. Akhirnya, Gereja mengajak seluruh umat
beriman untuk semakin memahami Pancasila
sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
sehingga mampu mengembangkan dan
melaksanakan berbagai persaudaraan, dan
kemanusiaan untuk menciptakan perubahan
yang baik bagi bangsa Indonesia. Degan
demikian, kita dapat membangun Indonesia
semakin sesuai dengan kehendak Allah.
PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS URUSAN AGAMA
TAHUN 2020
1. Pembinaan Keluarga Bahagia Katolik
2. Pembinaan Dialog Intern Umat Katolik
3. Pembinaan Penyuluh Agama Katolik Non PNS
4. Bantuan Sosial Keagamaan (Lembaga
Gereja/Keuskupan/Komisi/Kevikepan/Paroki/Asra
ma Katolik)
KALAM HIDUP

“Menjadi Indonesia BUKANLAH


PILIHAN, melainkan KODRAT HAKIKI
segenap warga Gereja Katolik
Indonesia sejak kelahirannya”.

Anda mungkin juga menyukai