Reseptor ini
mempunyai
karakteristik domain
yang sama dan dapat
bertukar tempat
11
RESEPTOR ESTROGEN
Dua reseptor estrogen telah diidentifikasi, dan
disebut sebagai reseptor estrogen-alfa (ER-) dan
reseptor estrogen- (ER-)
Reseptor estrogen-alfa ditemukan sekitar tahun
1960, dan sekuens asam aminonya dilaporkan pada
tahun 1986
Ditranslasi dari mRNA berukuran 6,8-kilobase yang
mengandung 8 ekson, dan merupakan turunan dari
gen di lengan panjang kromosom 6
Berat molekul sekitar 66.000 dengan 595 asam
amino dg waktu paruh sekitar 4-7 jam
Reseptor estrogen-beta ditemukan setelahnya &
dikode oleh gen yang terletak di kromosom 14,
q22-q24
Reseptor estrogen ketiga (reseptor estrogen-
gamma) yg muncul akibat duplikasi gen reseptor
estrogen-beta telah berhasil diklon dari ikan
teleost
Karena reseptor estrogen-gamma tidak diketahui
secara total & hubungannya dengan reseptor alfa
& beta juga belum diketahui seluruhnya, maka
pada jaringan manusia disebut sebagai “reseptor-
gamma terkait-estrogen”
Reseptor estrogen
Reseptor estrogen β
Gen di kromosom 14, q22 – q24
Nasib kompleks reseptor-hormon pasca aktivasi
gen disebut sebagai pemrosesan hormon-
reseptor
Pada reseptor estrogen, pemrosesan mencakup
degradasi cepat pada reseptor yang sudah tidak
berikatan dengan estrogen, dan degradasi yang
lebih lambat, pada reseptor yg masih berikatan
setelah transkripsi gen terjadi
Reseptor estrogen terbagi menjadi 6 regio dalam
5 domain, mulai dari A sampai F
Regio A/B domain regulator : asam amino terminal,
merupakan tempat paling variatif dalam suatu reseptor
Regio C domain pengikat DNA : domain tengah yg
berikatan dg DNA, penting untuk aktivasi transkripsi
Regio D hinge : mengandung sebuah area sinyal yg
sangat pentung untuk pergerakan reseptor menuju
nukleus
Regio E domain pengikat hormon : pengikat hormon dan
kofaktor
Regio F : segmen terminal, memodulasi transkripsi gen
oleh estrogen & antiestrogen
Kesamaan asam amino antara ER-α dan ER-β
ER α dan ER β Homology
The regulatory domain 18 %
The DNA-binding domain 96 %
The hinge 30 %
The hormone-binding domain 53 %
The F-region 18 %
18
A/B region, the regulatory domain
Mengandung asam amino yang sangat bervariasi
jumlahnya mis; pd reseptor vit D 20 asam amino,
pd reseptor mineralokortikoid 600 asam amino
19
C-region, the DNA binding domain
23
E region, the hormone-binding domain
Mengandung 2 site :
Cofactor binding ; bertanggung
jawab utk proses dimerisasi,
dan pengaktifan transcriptional
activation-2 (TAF-2)
Heat shock protein (hsp 90)
binding ; ikatan ini mencegah
terjadinya dimerisasi dan DNA
binding (inactive state) 24
F region
Pada reseptor estrogen α merupakan segmen C-
terminal dengan 42 asam amino
25
Reseptor Estrogen
ER terbagi 2 :
ER–
Ditemukan thn 1960
Rangkaian Asam amino thn 1986.
Diubah dari 6.8 kilobase mRNA
Berat molekul : 66,000; 595 amino acids.
Half – life : 4 - 7 jam.
ER–
Baru ditemukan
Berlokasi di kromosom 14
Reseptor estrogen terbagi atas 6 regio
yang terdapat pada 5 domain:
Domain Pengatur
Domain pengikat DNA
Engsel
Domain pengikat Hormon
Region F
Region A/B
ER– mengandung situs phosphorylasi &
TAF–1.
Domain pengikat DNA
Mengikat DNA
Terdiri dari 100 a amino dgn 9 cystein
Penting utk aktivasi transcripsi.
Mengatur gen yg akan diregulasi
Engsel
Penting utk pergerakan reseptor kedlm
nucleus.
Tempat rotasi utk pembentukan
konformational .
Domain pengikat hormon
Terdiri atas 251 asam amino .
Bertanggung jawab atas dimerisasi.
Mengandung TAF–2.
Situs dr heat shock protein – binding (hsp90).
Mekanisme kerja Reseptor Estrogen
30
LIGAND DEPENDENT NUCLEAR
ACTIVITY
Reseptor estrogen dan progesteron terletak di dalam
nukleus dalam keadaan tidak terikat dengan ligand
Mempunyai 2 bentuk;
reseptor A ; berat molekul 94.000, 769 asam amino
reseptor B ; berat molekul 114.000, 933 asam amino
63
Reseptor progesteron
Mekanisme kerjanya sama dengan
mekanisme reseptor estrogen yaitu;
unbound complex dg hsp, hormone
binding, dimerization, DNA binding to a
progesteron response element, modulasi
transkripsi oleh phosphorylasi dan protein.
73
Mekanisme DHT merupakan mekanisme untuk
meningkatkan aksi androgen, karena reseptor
androgen lebih akan mengikat DHT (afinitas lebih
kuat). Antiandrogen, termasuk cyproterone acetate
dan spironolactone, mengikat reseptor androgen
dengan sekitar 20% afinitas dari testosteron.
Reseptor androgen, seperti reseptor progesteron,
muncul sebagai bentuk B yang memiliki panjang
penuh dan bentuk A yang lebih pendek.
Tampaknya bentuk A dan B dari reseptor androgen
memiliki perbedaan fungsional.
DEFINITION PHYSIOLOGY
T DHT
5a-Reductase Type 2
HYPERANDROGENISM
TESTOSTERONE (T) INSULIN, IGF
5a-Reductase Type 1
T DHT
5a-Reductase Type 2
Sebaceous
gland Archer JS, Chang RJ. Best Pract Res Clin Obstet Gynecol. 2004;18
Reseptor androgen
Pemberian androgen dan progestin dapat bereaksi
silang antar reseptornya, tergantung konsentrasi
farmakologik
Progestin dapat bekerja sebagai antiandrogen dan
antiestrogen
Progestin tdk hanya berkompetisi dengan reseptor
androgen tetapi juga mempengaruhi metabolisme dari
enzim 5α-reduktase.
Dihydroprogesteron yang dihasilkan dari metabolisme
juga berkompetisi dengan testosteron dan DHT pada
reseptor androgen
Androgen-estrogen dapat mengkounter aksi respon
biologik masing-masing. Reaksi target jaringan dibedakan
oleh gen yang berikatan dengan hormon-receptor
complex
Reseptor androgen
Syndrome androgen insensitivity (CAIS)
disebabkan oleh kelainan pada reseptor
androgen (reseptor androgen terletak pada
kromosom Xq11-12) delesi pada aa dari
steroid binding domain
reseptor kalsium
intraselular,
ikut memodifikasi transport
kalsium dan aktivitas enzim;
meregulasi nukleotida siklik
dan metabolisme glikogen
yang berhubungan dengan
kalsium;
serta ikut mempengaruhi
beberapa proses seperti
sekresi dan motilitas sel.
Kalmodulin memiliki fungsi yang beranalog
dengan troponin C, yaitu menjadi perantara
aktivitas kalsium dalam jaringan non-
kontraktil.
Disamping itu, AMP siklik juga turut bekerja
sama dengan kalsium dan kalmodulin dalam
mengatur aktivitas metabolik intraselular.
Reseptor Kinase
Tirosin kinase adalah reseptor membran sel bagi
insulin, insuline-like growth factor (IGF),
epidermal growth factor, platelet-derived growth
factor, dan fibroblast growth factor.
Aktivasi kinase membutuhkan susunan yg khas.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya homolog
antara reseptor-reseptor kinase pada domain
sitoplasmik.
Substrat yang berikatan dengan kinase banyak
yang merupakan enzim dan protein bagi sistem
messenger lain, sebagai contoh: sistem
messenger kalsium.
Dengan begitu, reseptor kinase dapat
berinteraksi dengan reseptor sistem regulasi lain
dengan melibatkan protein G.
Semua reseptor
tirosin kinase
memiliki struktur
yang serupa, yaitu:
domain ekstraselular
untuk tempat berikatan
ligan,
domain transmembran
tunggal, dan
domain sitoplasmik.
Regulasi Hormon Tropik
Pengaturan Hormon Tropik
Pengaturan aktivitas dibagi jadi empat
komponen utama:
Faktor regulasi autocrine dan paracrine.
Heterogenitas hormon reseptor.
Regulasi naik-turun nya reseptor.
Regulasi adenylate cyclase.
Regulasi Hormon Tropik
Significance:
Mutasi Kelainan