Anda di halaman 1dari 37

PENELITIAN

KERJASAMA

ANALISIS STANDAR SATUAN BELANJA


DI KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2020

Ketua tim
Prof. Dr. Nurwati, SE., M.Si

Anggota :
Nitri Mirosae, SE., M.Si., MAAC., CFE.,Ph.D
Iskandar Pattih, SE., ME
Putu Sumarniwati, SE., ME
LATAR BELAKANG ANALISIS Instrumen dalam menyusun Anggaran Daerah dengan
STANDAR SATUAN BELANJA pendekatan kinerja adalah Standar Satuan Belanja (SSB).
Pengeluaran anggaran daerah harus didasarkan pada kewajaran
ekonomi, efisien, dan efektif dengan menggunakan kinerja yang
akan dicapai oleh daerah, sehingga lebih transparan, adil dan
dapat dipertanggungjawabkan

Kualitas perencanaan anggaran yang digunakan masih relatif lemah

PERMASALAHAN Ketidak mampuan pemerintah dalam meningkatkan penerimaan daerah secara


berkesinambungan
YANG ADA

Pengeluaran secara dinamis terus meningkat, tetapi tidak disertai penentuan skala
prioritas dan besarnya plafon anggaran, sehingga memungkinkan underfinancing atau
overfinancing
Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah, Pasal 20 ayat 2 : Untuk mengukur kinerja keuangan Pemerintah Daerah, dikembangkan
standar analisa belanja, tolok ukur kinerja dan standar biaya.

UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah pasal 167 ayat 3 : Belanja daerah
mempertimbangkan beberapa instrumen pendukung, berupa : analisis standar belanja, standar
Dasar Hukum harga satuan, tolak ukur kinerja, dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
ASSB
Penjelasan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 167
ayat 3: Yang dimaksud dengan Analisa Standar Belanja (ASB) adalah penilaian kewajaran
atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.

PP 58 Tahun 2005 Pasal 39 ayat 2 : Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan
berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga,
dan standar pelayanan minimal.

Permendagri 13 Tahun 2006 Pasal 89 Huruf e : Dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode
rekening APBD, format RKA-SKPD, analisis standar belanja, dan standar satuan harga.
PP No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 41 ayat 3 : Pembahasan
oleh tim anggaran pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk
menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan kebijakan umum APBD, prioritas dan plafon
anggaran sementara, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan
dokumen perencanaan lainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja,
standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.

Dasar Hukum
ASSB Permendagri No 13 Tahun 2006 pasal 93 ayat 1 disebutkan bahwa
penyusunan RKA SKPD berdasarkan prestasi kerja, indikator kinerja, capaian
atau target kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar
pelayanan minimal

Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 100
ayat 2 : Pembahasan oleh TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan KUA, PPA (Prioritas dan Plafon Anggaran),
prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan dokumen perencanaan
lainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, standar analisis
belanja, standar satuan harga, standar pelayanan minimal, serta sinkronisasi program dan
kegiatan antar SK
ASB adalah standar yang digunakan untuk
menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya
setiap program atau kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh suatu OPD

ASB berisikan analisis beban kerja dan


PEGERTIAN analisis belanja.
ASB

PENGERTIAN ASB mendorong penetapan biaya dan


pengalokasian anggaran kepada setiap aktivitas
ASB unit kerja menjadi lebih logis dan mendorong
dicapainya efisiensi secara terus-menerus
Dalam melakukan perhitungan ASB, unit kerja terkait perlu terlebih
FORMULASI dahulu mengidentifikasi belanja yang terdiri dari Belanja Langsung dan
ASB Belanja Tidak Langsung.
TOTAL BELANJA = BELANJA LANGSUNG + BELANJA TIDAK
LANGSUNG
Belanja langsung adalah bahwa input (alokasi belanja) yang
ditetapkan dapat diukur dan diperbandingkan dengan output
KARAKTERISTIK yang dihasilkan.
Belanja tidak langsung, pada dasarya merupakan belanja
yang digunakan secara bersama-sama (common cost)
untuk melaksanakan seluruh program atau kegiatan unit
kerja.
Oleh karena itu dalam penghitungan ASB, anggaran belanja tidak langsung dalam satu
tahun anggaran harus dialokasikan ke setiap program atau kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Dilakukan dengan cara :

1. Alokasi rata-rata sederhana yaitu metode alokasi 2. Alokasi bobot belanja langsung yaitu metode alokasi
anggaran belanja tidak langsung ke setiap kegiatan anggaran belanja tidak langsung ke setiap kegiatan non
non investasi dengan cara membagi jumlah anggaran investasi berdasarkan besarnya bobot (nilai relatif)
yang dialokasikan dengan jumlah kegiatan non belanja langsung dari kegiatan non investasi yang
investasi. bersangkutan.
KONSEP PENYUSUNAN ANALISIS
STANDAR BELANJA
2.

Pendekatan Metode Diskusi


1. (focused group discussion).
digunakan untuk
memperoleh masukan dari
OPD tentang aktivitas dan
output dari suatu kegiatan,
Pendekatan ABC merupakan dan juga masukan-masukan
suatu teknik untuk tentang cost driver dari
mengukur secara kuantitatif suatu kegiatan. Hasil yang
biaya dan kinerja dari satu diharapkan kesepahaman
kegiatan tentang aktivitas, output dan
cost driver dari suatu
kegiatan antara penyusun
dan OPD dalam penyusunan
ASB
MANFAAT ANALISIS STANDAR BELANJA

Dapat menentukan kewajaran belanja untuk Memiliki argumen yang kuat jika “dituduh” melakukan
melaksanakan suatu kegiatan. pemborosan.

Meminimalisir terjadinya pengeluaran yang Menjembatani kesenjangan antara praktek yang


kurang jelas yang menyebabkan inefisiensi berlangsung dengan kondisi ideal yang diamanatkan
anggaran. oleh regulasi.

Penyusunan anggaran menjadi lebih tepat waktu dan


Penentuan anggaran berdasarkan pada tolok Menjamin kewajaran beban kerja dan biaya yang
ukur kinerja yang jelas. digunakan antar OPD dalam melakukan kegiatan
sejenis.

Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam Penetapan plafon anggaran pada saat Prioritas dan
pengelolaan Keuangan Daerah. Plafon Anggaran Sementara (PPAS) menjadi obyektif
tidak lagi berdasarkan “intuisi”.

Memudahkan OPD dan TAPD dalam menghitung


Unit kerja mendapat keleluasaan yang lebih besarnya anggaran total belanja untuk setiap jenis
besar untuk menentukan anggarannya sendiri. kegiatan berdasarkan target output yang ditetapkan
dalam RKA OPD.
ASUMSI PENYUSUNAN
ANALISIS STANDAR BELANJA

Besar kecilnya anggaran


dipengaruhi oleh beban kerja 1.

instrumen yang diciptakan agar


2. terdapat keseragaman praktek di
masa yang akan datang

pendekatan demokrasi “semua aspirasi


3.
OPD ‘didengar’ dan ‘dipertimbangkan”

Data DPA OPD dianggap benar dan valid,


karena (Dokumen Pengguna Anggaran)
4. DPA merupakan kesepakatan antara
eksekutif dan legislatif
TAHAPAN PENYUSUNAN ANALISIS STANDAR BELANJA

1. Tahap Pengumpulan Data.


Pada Tahap ini, kegiatan dari semua satuan kerja perangkat daerah dikumpulkan
untuk memperoleh gambaran awal atas berbagai jenis kegiatan yang terjadi di
Pemerintah Daerah.

TA H A P P EN G U MP U LA N D ATA IN I D A PAT D I G A M B A R K A N
SBB:
OPD A

OPD B
DATA BASE
SEMUA
OPD C KEGIATAN

OPD D
2. Tahap Penyetaraan Kegiatan
Penyetaraan kegiatan dilakukan untuk menggolongkan daftar berbagai kegiatan yang
diperoleh dari tahap pengumpulan data ke dalam jenis atau kategori kegiatan yang
memiliki kemiripan pola kegiatan dan bobot kerja yang sepadan.

3. Tahap Pembentukan Model


Model dibentuk untuk memperoleh gambaran nilai belanja dan alokasinya yang terjadi di
Pemerintah Daerah. Tahap ini mencakup tiga langkah utama yaitu:
1. Pencarian Pengendali Belanja (cost driver) dari tiap-tiap jenis kegiatan.
2. Pencarian Nilai Belanja Tetap (fixed cost) dan Belanja Variabel (variable cost) untuk setiap
jenis kegiatan.
3. Menghitung besarnya total belanja untuk kegiatan dengan menggunakan formula yaitu
penjumlahan belanja tetap dan belanja variabel.
Setelah diperoleh besarnya total belanja untuk suatu
kegiatan,selanjutnya total belanja dialokasikan menurut proporsi
belanja yang telah ditentukan pada masing-masing ASB. Perhitungan
alokasi proporsi belanja dapat menggunakaan proporsi rata-rata atau
angka di antara batas bawah dan batas atas.
PENYESUAIAN ANALISIS STANDAR BELANJA

1. Penyesuaian Inflasi/Deflasi 2. Kebijakan Pimpinan Daerah


Inflasi/deflasi menyebabkan Seringkali Kepala Daerah dan atau Dewan
perubahan pada harga barang dan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menetapkan
jasa yang berlaku di pasar secara kebijakan yang mengakibatkan terjadinya
bersama-sama. Inflasi mengakibatkan penyesuaian tarif belanja. Misalnya kebijakan
harga barang dan jasa naik secara menaikkan standar honor, standar perjalanan
bersama-sama, sedangkan deflasi dinas, dan lain sebagainya. Kebijakan-kebijakan
mengakibatkan harga barang dan jasa tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap
turun secara bersama-sama. Tentunya ASB. ASB yang lama tentunya perlu untuk
dengan adanya inflasi/deflasi akan disesuaikan. Contoh lain kebijakan Kepala
mengakibatkan ASB yang sudah Daerah adalah ketika Kepala Daerah meyakini
disusun sebelumnya menjadi tidak bahwa telah terjadi pemborosan pada tahun-
relevan lagi. tahun lalu. Akibatnya, ASB perlu untuk
disesuaikan.
3.

Penyesuaian Gabungan Antara Inflasi/Deflasi dan Kebijakan


Pimpinan Daerah

Penyesuaian ASB juga dapat diakibatkan karena gabungan


antara kebijakan Kepala daerah dan inflasi/deflasi .
Misalnya inflasi yang terjadi adalah sebesar 15 % dan
kebijakan Kepala Daerah menaikkan standar harga honor
dan standar harga perjalanan dinas sebesar 10 %. Maka,
langkah-langkah penyesuai adalah melakukan penyesuaian
terhadap inflasi, deflasi/pemborosan terlebih dahulu,
kemudian hasilnya disesuaikan dengan perubahan
kebijakan;
Seperti apakah Bentuk dan Format ASB sesuai Regulasi ?

Bentuk dan Format ASB ternyata Tidak


dijelaskan seperti apa dalam semua
Regulasi

Akademisi mencoba ke teori dasar


“Performance Budgeting”

FORMULA ASB
Formula ASB
1. Activity Based Costing (ABC)
 berfungsi untuk menilai kewajaran atas beban kerja dan biaya sehingga menghasilakan suatu pagu kegiatan.

2. Alokasi Proporsi Belanja


 berfungsi untuk menghasilkan alokasi proporsional belanja per kegiatan

No Keterangan Batas Atas Rata-Rata Batas Bawah


1 Honorarium PNS   30,12  
2 Honorarium Non PNS   20,08  
3 Bahan Habis Pakai   5,02  
4 Alat Tulis Kantor   7,53  
5 Cetak Dan Penggandaan   5,02  
6 Makan Dan Minum   6,02  
7 Sewa   15,06  
8 Honorarium TA/Instruktur/Narasumber   10,04  
9 Perjalanan Dinas   1,01  
Jumlah   100,00  
Kedudukan ASB Normatif
PERMENDAGRI
PP Nomor 58 Nomor 13
Tahun 2005 Tahun 2006
Pembahasan oleh Pedoman
tim anggaran Pengelolaan
pemerintah Keuangan Daerah
daerah pasal 89 ayat (2)

Menelaah
kesesuaian antara Tentang pedoman
RKA-OPD dengan penyusunan RKA-
kebijakan umum OPD
APBD

Jadi kedudukan ASB adalah untuk penyusunan RKA-OPD pada


proses penyusunan RAPBD
Kedudukan ASB (Normatif atau Efektif)

RPJMD RPJM
5 th
Renstra OPD
5 th
1 th
Renja OPD RKPD RKP

1 th

ASB digunakan utk menentukan


KUA PPAS pagu OPD berdasark usulan
kegiatan prioritas daerah yg
disepakati

Nota Kesepahaman (MoU) antara


Pimpinan DPRD & Gubernur/Bupati/Walikota

Standar Satuan Harga


RKA- OPD Pedoman Penyusunan RKA- Analisa Standar Belanja
OPD Standar Pelayanan Minimun

Tim Anggaran Pemda

1 th
RAPERDA APBD
Kenapa memilih itu?
Setelah diberlakukannya ASB 100%
Pada Umumnya Sebelum KUA-PPAS

RKPD KUA PPAS RKPD KUA PPAS

PAGU SKPD PAGU SKPD

1. Ditentukan berdasarkan prioritas yang sudah disepakati


1. Ditentukan berdasarkan prioritas semata dalam Desk RKPD dan Desk KUA PPAS yg diharapkan
sesuai target kinerja daerah
2. Biasanya belum menggunakan ukuran
anggaran/pagu yang proporsional 2. Pagu SKPD ditentukan dari rasionalisasi anggaran
dengan ASB (pra ASB) untuk kegiatan prioritas yang
3. Kewenangan TAPD menentukan disepakati
4. Pada saat Pembahasan dg DPRD 3. TAPD membahas hasil untuk finalisasi
kewenangan Banggar menentukan
Perhatikan Perbandingannya
Pada Umumnya (normatif) Keg Prior (desain)
Setelah ASB 100% (penggunaan
optimal)
ASB,
Pagu Standar Harga
RKA/DPA Pra ASB

dijabarkan
ASB,
Function follow Money Pagu Standar Harga
RKA/DPA

SKPD-A dijabarkan
1. Keg 1 = Rp. 100jt Money follow Function
2. Keg 2 = Rp. 250jt
SKPD-A
3. Dst
1. Keg Prioritas 1 = Rp. 78jt (hasil ASB)
Total SKPD-A = Rp. 23 M
2. Keg Prioritas 2 = Rp. 231jt (hasil ASB)
3. Dst
Atau terkadang langsung:
Total SKPD-A = Rp. 20 M
SKPD-A = Rp. 23 M
SKPD-B = Rp. 10 M
Dst Pagu SKPD ditentukan dari rasionalisasi anggaran dengan ASB (pra
ASB) untuk kegiatan prioritas yang disepakati
Dimana biasanya masih incremental dan
dipengaruhi banyak faktor dan kepentingan
Bagaimana Teknisnya? 20
Konsep Pendekatan ASB

implementasi
KEGIATAN OUTPUT

Pendekatan ABC

BIAYA TETAP

INPUT BARANG/JASA
(Anggaran Biaya) /MODAL

BIAYA VARIABEL
Biaya Tetap
• Biaya Tetap adalah biaya yang tidak mengalami perubahan (tidak naik dan tidak
turun) pada skala tertentu, sekalipun output yang dihasilkan mengalami
perubahan (naik/turun).

Jumlah Peserta
Sewa Mesin
Sewa GedungPhotokopi Biaya Per Unit
Pelatihan
Rp. 5.000.000,- 25 orang Rp. 200.000,-

Rp. 5.000.000,- 50 orang Rp. 100.000,-

Rp. 5.000.000,- 75 orang Rp. 66.667,-

Rp. 5.000.000,- 100 orang Rp. 50.000,-

Rp. 5.000.000,- 200 orang Rp. 25.000,-


Biaya Variabel
• Sebuah biaya disebut sebagai biaya variabel jika jumlah total output yang
dihasilkan berubah, maka jumlah biaya yang dialokasikan untuk menghasilkan
barang/jasa tersebut juga berubah.

Jumlah Peserta
Biaya Seminar Kits Biaya Per Unit
Pelatihan
Rp. 625.000,- 25 orang Rp. 25.000,-

Rp. 1.250.000,- 50 orang Rp. 25.000,-

Rp. 1.875.000,- 75 orang Rp. 25.000,-

Rp. 2.500.000,- 100 orang Rp. 25.000,-

Rp. 5.000.000,- 200 orang Rp. 25.000,-


Syarat ASB Efektif

1
1 Adanya komitmen stakeholder terhadap prinsip-
prinsip pengelolaan anggaran

2
2
Adanya Standar Kebijakan Anggaran yang jelas

3 Adanya Tolok Ukur Kinerja Output yang spesifik


3
dan terukur utk setiap kegiatan

4
4
Adanya Standar Harga terkini
Pendekatan Activity Based Costing

Pendekatan Activity Based Costing


(ABC) merupakan suatu teknik
untuk mengukur secara kuantitatif
biaya dan kinerja suatu kegiatan

Pendekatan ABC bertujuan untuk


meningkatan akurasi biaya penyediaan
barang dan jasa yang dihasilkan dg
menghitung biaya tetap (fixed cost)
dan biaya variabel (variabel cost)

Biaya Total = Biaya Variabel + Biaya Tetap


Langkah2 :
2 Identifikasi
• Data Keg. dari DPA • Pengelompokan Keg yang memiliki
• Menghasilkan data output dan cost driver yg sama
per kegiatan dan • Pemisahan obyek • Telaah terhadap variabel yang
output kegiatan belanja kegiatan mempengaruhi tiap kelompok
• Identifikasi jenis jenis kegiatan
kegiatan sebagi
bahan penentuan
1Inventarisasi cost driver
3 Klasifikasi

Due Deligent 6 Klarifikasi 4


Analisisi Activity Based Costing
• Simulasi formula terhadap sebuah (ABC) • Klarifikasi Kegiatan ke OPD terkait
kegiatan Sub Kegiatan yang merupakan
• Evaluasi kewajaran terhadap biaya kelompok jenis kegiatan tersendiri
yang dihasilkan di dalam obyek belanja

Formulasi 5
PERBUP KAB. BOMBANA TAHUN 2018

KEGIATAN
PENGEMBANGAN SDM

• ASB 001 Pelatihan/Bimbingan Teknis Pegawai


• ASB 002 Pelatihan/Bimbingan Teknis Non-Pegawai
• ASB 003 Sosialisasi/Diseminasi – Tatap Muka
• Asb 004 Administrasi Pemeliharaan Bangunan Gedung
• ASB 005 Penyediaan Makanan Dan Minuman Harian Kerja
• ASB 006 Penyediaan Alat Tulis Kantor
• ASB 007 Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas Jabatan
HASIL ANALSISI YANG DILAKUKAN
MENGHASILKAN KELOMPOK BELANJA

• ASB 001 Pelatihan/Bimbingan Teknis Pegawai Dan Non Pegawai


• ASB 002 Sosialisasi/Diseminasi Tatap Muk
• ASB 003 Penyediaan Makanan Dan Minuman Harian Pegawai
• ASB 004 Penyediaan Alat Tulis Kantor
• ASB 005 Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor
• ASB 006 Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas Jabatan
• ASB 007 Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas Operasional
PERHITUNGAN KELOMPOK ASB 01
PELATIHAN/ BIMBINGAN TEKNIS PEGAWAI & NON PEGAWAI

Pengendali Belanja (Cost Driver):


No Objek Belanja Rata-Rata (%)
Jumlah Peserta, Jumlah Hari
  1 Honorarium 33,67
Satuan Pengendali Belanja Tetap (Fixed Cost):
= Rp15.293.354,00 Per Kegiatan 2 Sewa Gedung/Hotel 49,04
  3 Alat Tulis Kantor (ATK) 10,09
Satuan Pengendali Belanja Variabel (Variable Cost):
= Rp 210.000,00 Per Peserta, Per Hari 4 Penggandaan 3,27
  5 Makan Dan Minum 0,98
Rumus Perhitungan Belanja Total:
Belanja Tetap + Belanja Variabel 6 Transport 2,94
= Rp Rp15. 293.354,00 + (Rp 210.000,00 x Jumlah Peserta x Jumlah 100,00
Jumlah Hari)
PERHITUNGAN KELOMPOK ASB 02
SOSIALISASI/DISEMINASI – TATAP MUKA

Pengendali Belanja (Cost Driver):


Jumlah Peserta, Jumlah Hari No Objek Belanja Rata-Rata (%)
 
1 Honorarium 33.67
Satuan Pengendali Belanja Tetap (Fixed Cost):
= Rp15.083.354,00 Per Kegiatan 2 Sewa Gedung/Hotel 49.04
  3 Alat Tulis Kantor (ATK) 10.09
Satuan Pengendali Belanja Variabel (Variable Cost): 4 Penggandaan 3.27
= Rp 210.000,00 Per Peserta, Per Hari
  5 Makan Dan Minum 0.98
Rumus Perhitungan Belanja Total: 6 Transport 1.96
Belanja Tetap + Belanja Variabel 7 Uang Saku 0.98
= Rp15.083.354,00 + (Rp 210.000,00 x Jumlah Peserta x Jumlah Jumlah 100,00
Hari)
PERHITUNGAN KELOMPOK ASB 03
SOSIALISASI/DISEMINASI – TATAP MUKA

Pengendali Belanja (Cost Driver):


Jumlah Peserta, Jumlah Hari No Objek Belanja Rata-Rata (%)
 
Satuan Pengendali Belanja Tetap (Fixed Cost): 1 Makan dan Minum 100
= Rp 0,00 Per Kegiatan
 
Satuan Pengendali Belanja Variabel (Variable Cost):
= Rp 45.000,00 Per Peserta, Per Hari
 
Rumus Perhitungan Belanja Total:
Belanja Tetap + Belanja Variabel
= Rp0,00 + (Rp 45.000,00 x jumlah peserta x jumlah hari)
PERHITUNGAN KELOMPOK ASB 04
PENYEDIAAN ALAT TULIS KANTOR (ATK)

Pengendali Belanja (Cost Driver):


Besaran Organisasi No Objek Belanja Rata-Rata (%)
  1 Honorarium 45,00
Satuan Pengendali Belanja Tetap (Fixed Cost):
= Rp0,00 Per Kegiatan 2 Barang Habis Pakai 55,00
  Jumlah 100,00
Satuan Pengendali Belanja Variabel (Variable Cost):
= Rp 6.581.502,00 Per Besaran Organisasi
 
Rumus Perhitungan Belanja Total:
Belanja Tetap + Belanja Variabel
= Rp0,00 + (Rp 6.581.502,00 x Besaran Organisasi)
PERHITUNGAN KELOMPOK ASB 06
PEMELIHARAAN RUTIN/BERKALA GEDUNG KANTOR

Pengendali Belanja (Cost Driver):


Luas gedung
  No Objek Belanja Rata-Rata (%)
Satuan Pengendali Belanja Tetap (Fixed Cost): 1 Peralatan 59.06
= Rp. 2.500.000,00 per kegiatan
2 Bahan Material 39.37
 
Satuan Pengendali Belanja Variabel (Variable Cost): 3 Ongos Kerja 1.57
= Rp 40.000,00 Per meter persegi Jumlah 100,00
 
Rumus Perhitungan Belanja Total:
Belanja Tetap + Belanja Variabel
= Rp 2.500.000,00 + (Rp 40.000,00 x Luas Gedung)
PERHITUNGAN KELOMPOK ASB 06
PEMELIHARAAN RUTIN/BERKALA KENDARAAN DINAS JABATAN
Pengendali Belanja (Cost Driver):
Jumlah mobil jabatan
 
Satuan Pengendali Belanja Tetap (Fixed Cost): No Objek Belanja Rata-Rata (%)
= Rp0,00 Per Kegiatan
1 Belanja Perawatan Kendaraan Dinas 100 %
 
Satuan Pengendali Belanja Variabel (Variable Cost):
= Rp 25.000.000,00 Per Jumlah Mobil Bupati
= Rp 20.000.000,00 Per Jumlah Mobil Wakil Bupati
= Rp 15.000.000,00 Per Jumlah Mobil Ketua DPR
= Rp 15.000.000,00 Per Jumlah Mobil Wakil Ketua DPRD/Sekretaris DPRD
= Rp 10.000.000,00 Per Jumlah Mobil Asisten Kepala Badan /Dinas /Staf Ahli
= Rp 7.500.000,00 Per Jumlah Mobil Eselon III
 
Rumus Perhitungan Belanja Total:
Belanja Tetap + Belanja Variabel
= Rp0,00 + (Rp 25.000.000,00 x jumlah mobil Bupati) + (Rp 20.000.000,00 x jumlah mobil Wakil
Bupati) + (Rp 15.000.000,00 x jumlah mobil Ketua DPRD) + (Rp 15,000,000,00 x jumlah mobil wakil
Ketua DPRD/Sekretaris DPRD + (Rp 10,000,000,00 x jumlah mobil Asisten Kepala Badan /Dinas
/Staf Ahli + (Rp 7,500,000,00 x jumlah mobil Eselon III).
PERHITUNGAN KELOMPOK ASB 07
PEMELIHARAAN RUTIN/BERKALA KENDARAAN DINAS OPERASIONAL
Pengendali Belanja (Cost Driver):
Jumlah mobil jabatan
 
Satuan Pengendali Belanja Tetap (Fixed Cost):
= Rp0,00 Per Kegiatan Rata-Rata
  No Objek Belanja
(%)
Satuan Pengendali Belanja Variabel (Variable Cost):
= Rp 50.000.000,00 Per Jumlah Mobil Operasional Roda Enam 1 Belanja Perawatan Kendaraan Dinas 100 %
= Rp 27.500.000,00 Per Jumlah Mobil Operasional Roda Empat
= Rp 37.500.000,00 Per Jumlah Mobil Operasional Roda Empat Doble Gardan
= Rp 5.500.000,00 Per Jumlah Mobil Operasional Roda Tiga
= Rp 3.250.000,00 Per Jumlah Mobil Operasional Roda Dua
= Rp 25.000.000,00 Per Jumlah Mobil Operasional Buldoser
= Rp 45.000.000,00 Per Jumlah Mobil Operasional Exavator
 
Rumus Perhitungan Belanja Total:
Belanja Tetap + Belanja Variabel
= Rp0,00 + (Rp 50.000.000,00 x jumlah Mobil Operasional Roda Enam) + (Rp 27.500.000,00 x jumlah Mobil Operasional
Roda Empat) + (Rp 37.500.000,00 x jumlah mobil Operasional Roda Empat Doble Gardan) + (Rp 5.500.000,00 x jumlah
mobil Operasional Roda Tiga) + (Rp 3.250.000,00 x jumlah mobil Operasional Roda Dua) + (Rp 25.000.000,00 x ju mlah
Mobil Operasional Buldoser) + (Rp 45.000.000,00 x jumlah Mobil Operasional Exavator)
CONTOH PERHITUNGAN PADA KELOMPOK BELANJA

Simulasi
TERIMA KASIH

SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai