Om Swastyastu
Om Swastyastu
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDY SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
• Dyspepsia berasal dari kata “dys” berarti buruk dan “pepse” yang berarti
pencernaan. Gejala atau keluhan dyspepsia terdiri dari nyeri atau rasa tidak
nyaman diulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang,
perut rasa penuh atau begah (Nurpadilla, 2018).
• Kasus dyspepsia di dunia mencapai (13-40%) dari total populasi setiap
tahun. Menurut WHO tahun 2010 angkaa kejadian dyspepsia di Asia
Tenggara sebesar (7-8%).
• Kebanyakan dyspepsia terjadi pada remaja baik yang menempuh pendidikan
di perguruan tinggi maupun tidak dengan berbagai macam pencetus seperti
kecemasan, stress, pola makan dan banyak factor yang lainnya.
1. Tujuan Penulisan
2. Manfaat Penulisan
3. Sistematika Penulisan
BAB II
METODE
A. Teknik Pencarian Artikel
Tahap 4
• Hubungan tingkat stress dan pola makan dengan kejadian sindroma dyspepsia
pada mahasiswa ilmu keperawatan semester delapan Universitas Aisyiyah
Yogyakarta.
• Hubungan tingkat stress dengan kejadian dyspepsia fungsional pada
mahasiswa tingkat pertama fakultas kedokteran gigi.
• Hubungan kecemasan dengan kejadian sindrom dyspepsia pada mahasiswa
program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
• Hubungan kecemasan dengan derajat keparahan dyspepsia pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara angkatan 2014.
• Hubungan tingkat stress dengan kejadian sindrom dyspepsia fungsional pada
mahasiswa semester akhir Prodi S1 Keperawatan di STIKES Yasri Sumbar Bukit
Tinggi.
B. Critical Appraisal
BAB III
HASIL
ARTIKEL HASIL
PENELITIAN
Reny Chaidir, Herfa Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan tingkat stres
Maulina/2018 dengan kejadian sindrom dispepsia fungsional pada mahasiswa semester akhir
Prodi S1 Keperawatan di STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi Tahun 2015 dapat
disimpulkan bahwa : Ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian
sindrom dispepsia fungsional pada mahasiswa semester akhir Prodi S1
Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi tahun 2015 dengan nilai p = 0,004
(p < 0,05).
Irvinia Rahmadyah, Terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian dyspepsia.
Rozalini, Mitra Diketahui pula dari hasil perhitungan statistic, bahwa nilai korelasi (r) hubungan
Handini/2015 kecemasan dengan kejadian sindrom dyspepsia adalah sebesar 0,480 yang
menunjukan bahwa pada penelitian ini terdapat hubungan yang kuat antara
tingkat kecemasan dengan kejadian sindrom dyspepsia.
ARTIKEL HASIL
ILMIAH
Nurul Afifah/2018 Tingkat stres mahasiswa ilmu keperawatan semester akhir di Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta kategori sedang (37,2%), pola makan kategori cukup (48,7%), dan angka
kejadian syndrome dispepsia sebesar 59,3%. Hasil uji chi square hubungan tingkat stres
dengan sindrom dyspepsia diperoleh p (0,000), sedangkan hasil uji pola makan dengan
sindrom dispepsia diperoleh p (0,002).
Terdapat hubungan tingkat stres dan pola makan dengan sindrom dispepsia.
Josephine Angelina Didapatkan hubungan yang bermakna antara kecemasan dengan derajat keparahan
S, Hari dispepsia (p = 0.018). Kekuatan korelasi antara kedua variabel lemah dengan arah positif
Sutanto/2019 (r = 0.355). Kecemasan mempengaruhi derajat keparahan dispepsia, dimana semakin
tinggi tingkat kecemasan maka semakin tinggi juga derajat keparahan dispepsia.
A. Kesimpulan B. Implikasi
Setelah dilakukan analisis pada • Feasible (F)
semua artikel yang dignunakan, maka • Interesting (I)
dapat disimpulkan terdapat beberapa
faktor penyebab dispepsia pada • Novelty (N)
mahasiwa fakultas kedokteran baik • Ethical (E)
program studi ilmu keperawatan • Relevant (R)
maupun program studi ilmu
kedokteran. • Cost-effectiveness
Terimakasih
OM SANTHI SANTHI SANTHI
OM