Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


KASUS ANEMIA APLASTIK
KELOMPOK 3
Ahmad Arifin
Ahmad Mutasar
Desy Meldawati
Fahmi Riduan
Masliani
Nur Alisa
Siti Nabella Elma Q
Yunita
ANATOMI FISIOLOGI
PLASMA DARAH SEL DARAH
Plasma darah merupakan Jika dalam plasma terdapat
komponen darah yang 3 jenis protein penting,
berupa cairan berwarna maka pada sel darah juga
kuning yang terdiri atas terbagi atas 3 macam yaitu
90% air, 7% protein plasma, eritrosit, trombosit dan
0,9% macam jenis garam, leukosit. Dimana jenis
dan 0,1% glukosa tersebut memiliki fungsi
masing-masing
SEL DARAH MERAH
(ERITROSIT)
Adalah sel yang paling SEL DARAH PUTIH
banyak ada pada tubuh (ERITROSIT)
kita yang membawa suplai
oksigen dan zat zat lainnya Sel darah putih berfungsi
dimana sel sel darah merah membantu tubuh melawan
merupakan sel sel berbagai penyakit infeksi
mikroskopis
DEFINISI

Anemia aplastik adalah gangguan akibat


kegagalan sumsum tulang yang menyebabkan
penipisan semua unsur sumsum.
Anemia aplastik adalah kondisi dimana semua
elemen pembentuk darah tertekan secara
bersamaan.
KLASIFIKASI
Klasifikasi Kriteria
Anemia Aplastik tidak berat Sumsum tulang hiposelular namun
sitopenia tidak memenuhi kriteria berat
Anemia Aplastik berat a. Selularitas sumsum tulang <25%
b. Sitopenia sedikitnya dua dari tiga seri
sel darah :
1. Hitung neutrophil <500/µl
2. Hitung trombosit <20.000/µl
3. Hitung Retikulosit absolute
<60.000/µl
Anemia Aplastik sangat berat a. Selularitas sumsum tulang <25%
b. Sitopenia sedikitnya dua dari tiga seri
sel darah :
1. Hitung neutrophil <200/µl
2. Hitung trombosit <20.000/µl
3. Hitung Retikulosit absolute
<60.000/µl
ETIOLOGI

1.
1. Faktor
Faktorkongenital
kongenital::
Sindrom
Sindromyang yangbiasanya
biasanya 2.
2. Faktor
Faktor di
di dapat
dapat dari
dari ::
disertai
disertaikelainan
kelainan -- Bahan
Bahan kimia
kimia
bawaan
bawaanlain lainseperti
seperti -- Obat-obatan
Obat-obatan
microsefali,
microsefali,strabismus,
strabismus, -- Radiasi
Radiasi
anomaly
anomalyjari,jari,kelainan
kelainan
ginjal
ginjal. .
MANIFESTASI KLINIS

Mual
Mual Mudah
Mudahlebam
lebam

kelelahan Hidung
Hidung
kelelahan
berdarah
berdarah

Sesak
Sesaknafas
nafas anoreksia
anoreksia

ruam
ruam Dyspnea
Dyspnea
PATOFISIOLOGI
Penyebab anemia aplastik antara lain adalah faktor
kongenital, faktor yang di dapat yaitu : bahan
kimia, obat, radiasi. Apabila pajanan dilanjutkan
setelah hypoplasia muncul, maka depresi sumsum
tulang akan berkembang sampai titik dimana
tejadi kegagalan sempurna dan ireversibel.
Disinilah pentingnya pemeriksaan angka darah
sesering mungkin pada pasien yang mendapat
pengobatan secara teratur pada bahan kimia yang
dapat beresiko anemia apalstik.
PATHWAY
KOMPLIKASI
 Sepsis
 Cangkokan (timbul setelah pencangkokan
sumsum tulang)
 Kegagalan cangkok sumsum (terjadi setelah
transplantasi sumsum tulang)
 Leukemia mielogen akut
 Hepatitis
PENATALAKSANAAN MEDIS
 Transplantasi sumsum tulang
 Imunoterapi dengan globulin antitimosit
ATG atau globulin anti limfosit (ALG).
 Tranfusi darah
 Antibiotic untuk mengatasi infeksi
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan
dengan penurunan suplai oksigen ke sel dan
jaringan
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
c. Konstipasi atau diare berhubungan dengan
penurunan masukan diet berhubungan dengan
perubahan proses pencernaan
LANJUTAN...
2. Intervensi
Diagnosa (a)
 Pantau vital sign

 Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori,

dan bingung
Kolaborasi :
 Konsultasi dengan dokter : pemberian obat analgetik

Diagnosa (b)
 Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang di sukai

 Observasi dan catat masukan makanan pasien

 Kaji keluhan mual/ muntah

Kolaborasi :
 konsul pada ahli gizi

 konsul dengan dokter : obat sesuai indikasi missal : vitamin dan suplemen makan

 berikan diet halus, rendah serat, menghindari makanan panas, pedas atau terlalu

asam sesuai indikasi


LANJUTAN...
Diagnosa (c)
 Observasi warna feses, konsistensi, jumlah
 Asukultasi bising usus
 Awasi masukan dan halauan dengan perhatian
khusus pada makanan / cairan
Kolaborasi :
 Konsultasi dengan ahli gizi untuk memberikan
diet seimbang dengan tinggi serat.
 Kosultasi dengan dokter : berikan obat anti diare
KASUS
An. M. S. (laki-laki) 18 tahun dengan ICD 10: (D61.9) Aplastic
Anemia (tertanggal 17-07-2017). MRS 03-07-2018 dengan
keluhan pucat sejak 3 hari SMRS. Pucat muncul mendadak,
keluhan gusi berdarah (-), terdapat sariawan di mukosa pipi
kiri. Pasien tidak ada mengeluh nyeri. WEEFIM level 100% .
BAB (N), BAK (N). TD : 110/70 mmHg, Nadi 110 x/menit, RR
19x/menit, Suhu 36,8˚C, BB : 54 kg, TB : 162 cm, SpO₂ : 98 %.
Hasil Laboratorium Patologi Klinis :
Hb:5,3 g/dl, Leukosit:1730/ul, Trombosit:2000/ul, SGOT : 76
U/L, SGPT : 102 U/L, Ureum : 20mg/dL, Kreatinin : 1,24
mg/dL, Asam Urat : 6,92 mg/dL, Natrium : 133,8 mmol/l,
Kalium : 3,67 mmol/l, Klorida : 100,3 mmol/l
PENGKAJIAN
a)Identitas Klien
Nama : An. M. S
Usia : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : -
Pekerjaan : -
Suku/bangsa : -
Agama : -
Status Perkawin: -
Tgl masuk RS : 03-07-2018
No.Registrasi : -
Diagnosa Medik : Anemia Aplastik
b)Keluhan utam

Pasien mengeluh pucat sejak 3 hari


c) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh pucat muncul mendadak, terdapat sariawan di mukosa pipi kiri.
d) Riwayat penyakit dahulu
Apakah dulu pasien pernah mengalami penyakit yang sama.
e)Riwayat penyakit keluarga 
Apakah keluarga ada yang pernah menderita anemia
f) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
klien   tampak   pucat, terdapat sariawan pada mukosa bibir kiri.
2. Tingkat kesadaran
composmentis
3. TTV
TD     : 110/70mmHg
Suhu  : 36,8oC
RR     : 19 x/menit
Nadi  : 110 x/menit
4. Antropometri
BB : 54 kg
TB : 162 cm
5. Head to-toe
 Kepala: kulit kepala nampak tidak kotor dan tidak  berbau.

 Rambut: hitam,penyebaran rambut merata dan bersih

 Mata (penglihatan) : Konjungtiva anemis, mukosa pucat

 Hidung (penciuman): tidak ada lesi

 Telinga (pendengaran) : Peka terhadap rangsangan

 Mulut dan gigi : gusi berdarah, terdapat sariawan di mukosa

pipi kiri
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

6. Dada, Pernafasan, Sikulasi


 Inspeksi : perkembangan dinding dada normal, tidak

menggunakan alat bantu nafas


 Palpasi : tidak ada nyeri tekan

 Perkusi: terdengar suara sonor

 Auskultasi : suara nafas versikuler


7. Abdomen
bentuk abdomen simetris, tidak ada lesi,
dan edema, tidak ada nyeri tekan,
terdengar suara timpani, otot, ataksia,
berjalan lambat.
8. Eliminasi
 BAB : Normal
 BAK : Normal
g. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium :
- Hb: 5,3 g/dl
 Lekosit: 1730 /ul

 Trombosit: 2000 /ul

 Kreatinin: 1,24 mg/Dl

 Kalium: 3,67 mmol/l

-SGOT: 76 U/L, SGPT: 102 U/L


 Ureum: 20mg/dL

 Asam Urat: 6,92mg/dL

 Natrium: 133,8 mmol/l

 Klorida: 100,3 mmol/l


h. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan Perfusi Jaringan

2. Intoleransi aktivitas
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan
integritas kulit
5. Risiko infeksi
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan
Intervensi Rasional
1. Awasi tanda vital, kaji Memberikan informasi tentang
pengisian kapiler, warna derajat/keadekuatan perfusi
kulit/membrane mukosa, jaringan dan membantu
dasar kuku. menentukan kebutuhan intervensi
Meningkatkan ekspansi paru dan
2. Tinggikan kepala tempat tidur memaksimalkan regenerasi untuk
sesuai toleransi. kebutuhan seluler.
Dispnea, gemericik menunjukkan
3. Awasi upaya pernapasan; GJK karena regangan jantung
auskultasi bunyi napas lama/peningkatan kompensasi
perhatikan bunyi adventisius curah jantung.Dispnea, gemericik
menunjukkan GJK karena
regangan jantung
lama/peningkatan kompensasi
curah jantung
2. Intoleransi aktivitas
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan pasien untuk Mempengaruhi pilihan
melakukan tugas/AKS normal, intervensi/bantuan.
catat laporan kelelahan, dan
kesulitan menyelesaikan tugas.
2. Awasi TD, nadi, pernapasan, Manifestasi kardiopulmonal dan
selama dan sesudah aktivitas. upaya jantung dan paru untuk
Catat respons terhadap tingkat membawa jumlah oksigen adekuat
aktivitas. ke jaringan.
3. Berikan bantuan dalam
aktivitas/ambulasi bila perlu, Membantu bila perlu, harga diri
memungkinkan pasien untuk ditingkatkan bila pasien
melakukannya sebanyak melakukan sesuatu sendiri.
mungkin.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Intervensi Rasional
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk Mengidentifikasi defisiensi,
makanan yang disukai. menduga kemungkinan
2. Observasi dan catat masukan intervensi.
makanan pasien. Mengawasi makanan kalori atau
kualitas kekurangan konsumsi
3. Timbang BB setiap hari. makanan.
Mengawasi penurunan BB atau
efektivitas intervensi nutrisi.
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit

Intervensi Rasional
1. Kaji integritas kulit, catat Kondisi kulit dipengaruhi oleh
perubahan pada turgor, sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi.
gangguan warna, hangat
lokal, eritema, ekskoriasi.
2. Ajarkan permukaan kulit Area lembab, terkontaminasi
kering dan bersih. Batasi memberikan media yang sangat
penggunaan sabun. baik untuk pertumbuhan
organisme patogenik. Sabun
dapat mengeringkan kulit secara
berlebihan dan meningkatkan
iritasi.
3. Bantu untuk latihan rentang Meningkatkan sirkulasi jaringan,
gerak aktif atau pasif mencegah statis.
5. Resiko infeksi
Intervensi Rasional
1. Tingkatkan cuci tangan yang Mencegah kontaminasi
baik oleh pemberi perawatan silang/kolonisasi bacterial.
dan pasien.
2. Pertahankan teknik aseptic Menurunkan risiko
ketat pada kolonisasi/infeksi bakteri
prosedur/perawatan luka. Menurunkan risiko kerusakan
3. Berikan perawatan kulit, kulit/jaringan dan infeksi.
perianal dan oral dengan Mungkin digunakan secara
cermat. propilaktik untuk menurunkan
4. Kolaborasi: kolonisasi atau untuk pengobatan
Berikan antiseptic topical; proses infeksi lokal.
antibioti sistemik.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai