Anda di halaman 1dari 36

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUMUR

PRODUKSI AIR TANAH DAN PENENTUAN DESIGN


KONTRUKSI SUMUR
Mei 2018

Oleh
SUYANTO
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Surat Undangan dari Kepala Balai Uji Coba Sistem Diklat Sumber Daya Air

dan Konstruksi no. PD 02.03-Mb/150, 27 April 2018 perihal Permohonan

sebagai Pengajar Pelatihan Teknologi Pemboran Direct Circulation Mud

Flush

Pengertian Sumur Produksi


adalah sumur air tanah yang digunakan untuk mengangkat air tanah dari
kedalaman tertentu dan digunakan untuk keperluan tertentu yang bermanfaat
untuk kehidupan manusia dengan harus mempertimbangkan berbagai aspek
lingkungan hidup.
DASAR PEMANFAATAN AIR TANAH

Perundangan & Peraturan baik kelembagaan maupun teknis

pengangkatannya

Membangun sumur produksi harus mengikuti tahapan tahapan


SIDLACOM (Survey, Investigasi, Design, Land Equitation, Construction
dan Operation & Maintenance).

Perencanaan pembangunan sumur produksi adalah merupakan

bagian dari tahapan pengembangan air tanah yang sangat penting


11 SYARAT PEMILIHAN LOKASI PENGEBORAN AIR
TANAH UNTUK SUMUR POMPA
1. Ada Potensi Air Tanah Pada lokasi yg akan di Bor
2. Tanahnya cocok untuk tanaman Padi / tanaman lain yang
punya nilai ekonomi tinggi. UNTUK MENUNJANG
KETAHANAN PANGAN NASIONAL
3. Adalah lahan tadah hujan dan atau tidak sepanjang tahun
mendapatkan irigasi air permukaan (Till end).
4. Tersedia sarana Jalan Masuk dan tidak terlalu jauh dari jalan
umum.
5. Tanpa ganti rugi tanah & tanaman untuk Rumah Pompa, Box
dan Saluran (Surat Pernyataan dibuat diatas materai dan
diketahui Kepala Desa).
6. Lahan oncoran yg akan diairi Bukan Daerah Banjir .
7. Sikap tanggap yg tinggi Petani calon pengguna Air Sumur
Pompa.
8. Respon baik Tokoh Masyarakat dan Aparat Pemerintah
yakni : Camat, Danramil, Kapolsek, Dinas Pengairan,
Pertanian, Perindustrian dll.
9. Pelaksanaan dilakukan dengan sistem sedemikian rupa
sehingga sumur pompa cepat berfungsi untuk segera
dinikmati oleh Masyarakat.
10. Adanya Lembaga Keuangan, untuk Petani memperoleh
kredit guna pembelian saprodi (-Koperasi – Bank Unit
Desa), krn pada umumnya kondisi sosial ekonomi
penduduk di daerah seperti ini adalah terbelakang dan
miskin. Sangat membutuhkan bantuan UNTUK
PENGENTASAN KEMISKINAN.
11. Pasar (market) hasil produksi hasil pertanian relatif mudah
& tidak terlalu jauh.
II. PLANNING / PERENCANAAN UMUM
II.1. Hasil Data Eksplorasi dan Sumur uji

Dari pendugaan dengan geolistrik dan tahapan eksplorasi serta

sumur uji kita dapat mengetahui kondisi geologi dan akifer air

tanah serta berbagai informasi bawah tanah, antara lain ;

1. Formasi batuan dan posisi akifer.


2. Tipe akifer bebas, semi tertekan atau tertekan
3. Potensi dan perkiraan sementara debit air tanah yang akan
kita angkat.
4. Groundwater Influence (Daerah Pengaruh).
5. Dari hasil eksplorasi dibuat peta zona potensi air tanah, zona
ini akan digunakan sebagai dasar pengembangan air tanah.
Peta zona ini memuat

5.1. Besarnya potensi cadangan air tanah dalam satu tahun


5.2. Tipe dan letak akifer.
5.3. Formasi batuan dan posisi akifer.
5.4. Besarnya safe yield dalam zona tsb.
5.5. Luas daerah pengembangan air tanah.
5.6. Debit setiap sumur produksi.
5.7. Jumlah sumur produksi yang diijinkan dibangun dalam zona pengembangan tsb.

 
Selanjutnya dari sumur uji – sumur uji yang kita buat kita
bisa mengetahui secara lebih akurat potensi dan debit air
tanah yang akan kita kembangkan di daerah tertentu.

Dari hasil pumping test (test pemompaan) kita telah


mendapatkan Save Yield sebagai dasar pengembangan
selanjutnya.
 
Safe Yield (Sustained Yield)
adalah debit pemompaan air tanah yang dapat dilakukan secara terus
menerus dari suatu cekungan air tanah tanpa akibat yang merusak
lingkungan.
 
Konsep dan definisi safe yield ini sampai sekarang masih menjadi
diskusi terus menerus diantara para pakar air tanah dunia, karena safe
yield ini banyak dipengaruhi oleh faktor kepentingan teknik, ekonomi
maupun sosial

 
II.2. Groundwater Influence ( Daerah Pengaruh)

Dalam setiap pengembangan air tanah disuatu daerah tertentu kita harus mengetahui kondisi
Groundwater Influence, kondisi ini bisa kita hitung dan ketahui dari data sumur eksplorasi dan
sumur uji.
 
Groundwater Influence ini akan menentukan berapa banyak sumur produksi yang bisa kita bangun
disamping besarnya jumlah cadangan air tanah pada suatu daerah pengembangan.

Karena setiap sumur akan mempengaruhi sumur lainnya selama pemompaan, dimana nantinya
dalam pengembangan besar2an akan terjadi pemompaan bersamaan. Kalau kepengaruhan
sumur tidak kita perhitungkan maka hasil pengembangan tidak akan seperti yang kita harapkan.

 
II.3. PENGGUNAAN SUMUR PRODUKSI
 
Penggunaan sumur produksi yang kita akan bangun ini harus diketahui lebih
dahulu untuk keperluan apa? Apakah untuk air minum atau untuk air industri
atau untuk irigasi atau bahkan untuk air keperluan industri pertambangan
Karena setiap keperluan akan memerlukan kebutuhan air yang ber beda2
 

misalnya :

untuk air minum pedesaan kebutuhan airnya adalah 1 liter/detik


untuk memenuhi kebutuhan 1000 orang penduduk pedesaan

Untuk keperluan air industri, ini juga berbeda untuk proses kering
dan proses basah , untuk proses basah diperlukan kira 0,3 l/det an
dan seterusnya untuk keperluan lain.
 
pembahasan ini kita khususkan untuk air irigasi

Untuk air irigasi kita juga harus tentukan terlebih dahulu apakah untuk sawah dengan
tanaman padi atau untuk tanaman polowijo.
 
Dalam standard umum yang telah kita gunakan dalam perencanaan air tanah adalah :

Sawah dengan tanaman padi digunakan standard 1 – 1, 2 liter/detik/ha


artinya kalau kita membangun sumur produksi dengan debit 20 l/det ini akan mampu
digunakan untuk mengairi kurang lebih 20 ha sawah dengan sistim giliran.

SAWAH DENGAN TANAMAN POLOWIJO DIGUNAKAN STANDARD 0,5 – 0,8


LITER/DETIK/HA, ARTINYA KALAU KITA MEMBANGUN SUMUR PRODUKSI DENGAN DEBIT
20 L/DET INI AKAN MAMPU DIGUNAKAN UNTUK MENGAIRI KURANG LEBIH 40 HA SAWAH
DENGAN SISTIM GILIRAN.
II.4. Perencanaan / design Sumur produksi
 
Design sumur produksi yang tepat dimaksudkan untuk menghasilkan kombinasi optimum
antara kinerja sumur dan masa pemakaiannya dengan biaya yang layak.
 
Design sumur yang tepat selain mengurangi resiko kegagalan juga memberikan jaminan
dalam memenuhi tujuan yang diinginkan.
 
Sumur yang dibangun pada formasi batuan lepas memerlukan design yang lebih rinci dan
akurat dibanding dengan design sumur yang dibangun pada batuan kompak.

Dua petimbangan utama dalam perencanaan sumur, dalam rangka mencapai tujuan yang
efisien dari segi penggunaan dan operasionalnya ;

1) Pemilihan material konstruksi yang tepat, termasuk spesifikasi


pompa yang akan digunakan.

2) Penentuan diameter lubang bor dan struktur sumur


Pertimbangan kedua faktor diatas sangat penting dan harus diperhitungkan
dengan seksama.

sebagai contoh pemilihan bahan konstruksi sumur seperti pipa casing, screEn
dll tidak hanya didasarkan pada harga material semata tetapi harus
diperhitungkan kekuatan dan umur sumur yang kita inginkan sesuai
perencanaan.
 
Pemilihan material dengan kualitas yang rendah dengan harga murah
bukanlah suatu tindakan yang bijaksana
Konstruksi sumur terdiri dari :
1) Pipa Casing : Gunanya untuk mencegah keruntuhan dinding sumur serta
menjaga lubang pemboran tetap terbuka.

2) Pipa Screen (Saringan) : Gunanya untuk mencegah material ekifer masuk


kedalam lubang bor selama pemompaan. Besarnya bukaan (open area) saringan
hanya bisa dilewati oleh air secara optimal.

3) Gravel pack (Selimut kerikil) : Untuk menjamin kelancaran aliran air


tanah kedalam sumur tanps membawa material halus dari ekifer.
 
4) Injeksi Semen : Menjamin kestabilan dan kekuatan sumur dan mengurangi
potensi pencemaran dari permukaan ke dalam sumur dan ekifer.
 

Secara umum perencanaan sumur produksi adalah mencakup pada penentuan diameter lubang bor
dan kedalamn lubang bor, penentuan diameter material sumur seperti pipa jambang (pump casing),
pipa screen dan pipa buta/naik serta panjang yang diperlukan dan metode penyelesaian akhir.
DETAIL DESIGN / PERENCANAAN DETAIL
 
Detail design sumur produksi dilakukan pada saat pemboran dilakukan karena detail design setiap
sumur biasanya ber beda2, setiap sumur mempunyai karakteristik sendiri walaupun berada dalam
satu daerah pengembangan.
 

Tahapan pemboran sumur produksi :


 
1. Pemboran Pilot Hole
Pemboran pilot hole dilaksanakan sebagai lubang dasar yang akan dipakai
sebagai acuan untuk tahapan pemboran selanjutnya.
  Pilot hole untuk sumur produksi irigasi dengan debit 20 l/det biasanya
dengan diameter lubang 5 7/8” atau 6 ¾ ” dengan kedalaman sesuai desain
umum yang telah ditentukan.
  Lubang pilot harus dijaga kelurusannya dengan menjaga kedudukan driling
rig agar berada pada posisi yang ”tetap” dan selalu mengawasi posisi
”nivo”.
 
Tahi bor / cutting harus diamati secara seksama sehingga kita tahu dengan persis posisi
kedalaman lubang dan berada pada formasi batuan apa? Ketepatan naiknya tahi bor ini
sangat ditentukan oleh viskositas / kekentalan dan berat jenis dari fluida bor. Kita harus
selalu mengawasi viskositas fluida bor dan menaikan atau menurunkan viskositasnya
jika diperlukan dan hal ini tergantung pada formasi batuan dimana drilling bit sedang
melakukan pemboran. Tahi bor di pakai sebagai sample pemboran untuk setiap meter
kedalaman lubang bor.
 
Setelah pilot hole bisa kita selesaikan, ahli pemboran / geohidrologis harus segera
mendiskripsi kan sampel dan membuat gambaran formasi geologi lubang bor dan
memperkirakan posisi ekifer.

 
Pengambilan Sample / Cutting Pengeboran
2. Test Geofisik
 
Test geofisika ini pada dasarnya digunakan untuk menentukan secara tepat posisi jenis
dan formasi batuan dalam lubang bor dan sekaligus untuk mengetahui secara pasti
lokasi dan posisi ekifer.

Hasil test geofisika ini dicocokan dengan diskripsi sample yang telah dilakukan oleh
geohirologis, kalau ada perbedaan harus didiskusikan diantara driller, drilling engineer,
geologis dan geohidrologis. Diskusi ini diperlukan untuk secara bersama memutuskan
dan menentukan design sumur.

 
Logging Geophisik
WIRELINE LOGGING
3. Airlift Test
 
Setelah lubang sumur di washing / dicuci selanjutnya dilakukan air lift test dengan
memasang conductor pipe dan pipa tiup pada kedalaman minimal 50% dari kedalaman
sumur bor, air lift test ini menggunakan peralatan kompresor sebagai sarana untuk
menaikan air dari dalam lubang bor.
 
Air lift test dilakukan selama 6 – 8 jam dengan debit air tertentu, dari hasil air lift test ini
diketahui debit jenis sementara dari sumur produksi dan ini digunakan sebagai dasar
dalam menentukan debit design sumur produksi.

Berdasarkan pengalaman debit jenis sementara ini hanya dipakai 50% untuk sebagai
dasar design sumur.

 
4. Detail Design Sumur Produksi
 
Detail design sumur dilakukan dan digambar secara detail dan meliputi :
 
1) Panjang Pipa Jambang (pump house casing)
 
2) Panjang dan posisi / letak pipa screen
 
3) Panjang dan letak pipa buta / naik
 
4) Debit Pumping Test

 
5. Pembesaran lubang (reaming)
  
Pembesaran lubang dilaksanakan setelah detail design bisa diselesaikan, pembesaran
lubang ini harus lebih besar dari diameter pipa jambang.
Diameter pipa jambang untuk sumur dengan debit 20 l/det adalah 12”, maka lubang harus
direaming dengan diameter 16 ” hal ini untuk memudahkan masuknya pipa jambang dan
gravelpack kedalam sumur serta peletakan pipa dengan tegak lurus.
 
Reaming lubang ini dilakukan dengan kedalaman sesuai panjang pipa jambang dalam
design sumur.
 
Kemudian pembesaran lubang untuk pipa screen dan pipa buta juga
disesuikan dengan design panjangnya, besarnya lubang untuk memasukan diameter pipa

screen dan pipa buta 6” adalah 12 ¾ ”.

 
6. Konstruksi Sumur
 

Setelah reaming lubang bor bisa diselesaikan, barulah konstruksi sumur dilakukan, pipa buta
dan pipa screen dimasukan secara perlahan dan hati2 yang posisinya sesuai dengan design.
 
Pipa screen atau buta yang paling bawah ditutup dengan ”plug”
 
Penyambungan pipa pada umumnya dengan welding / pengelasan .
 
Setelah pipa buta dan screen disambung dengan pipa jambang dengan menggunakan
”reducer” dari 12” ke 6” maka pipa jambang juga dimasukan sesuai design sumur.

Setelah semua konstruksi pipa masuk maka seluruh pipa diletakan dengan dengan
kedudukan yang sempurna dengan menggunakan drilling rig yang tetap pada possi tegak
lurus

 
7. Test ketegak lurusan
 
Setelah posisi rangkaian pipa sumur pada posisi stabil langsung dilakukan test ketegak lurusan, test
ini menggunakan alat yang namanya ”bobin”.
 
Bobin dimasukan kedalam lubang dan diukur gerakan ”tali sling” nya pada setiap meter penurunan
dan yang diukur adalah hanya pipa jambang, dari pengukuran ini bisa dihitung kemiringan dari pada
pipa jambang.
 
Sepanjang kemiringan yang terjadi masih pada posisi yang bisa ditoleransi maka pipa jambang
diasumikan tegak lurus.
 
Sebagai contoh untuk kedalaman pipa jambang 30 meter dengan kemiringan maksimum 5 derajat
masih dianggap tegak lurus.
 
Sumur yang tegak lurus sangat diperlukan terutama jika sumur tersebut akan dipasang pompa
turbine, karena sumur yng bengkok tidak tegak lurus akan menyebabkan line shaft pompa turbine
akan sering patah.
8. Gravel Pack

Gravel pack dimasukan setelah kita yakin bahwa sumur produksi sudah dalam posisi tegak lurus.
 
Gravel pack dimasukan dengan hati2 dan harus masuk kedalam lubang diantara pipa
jambang/screen/pipa buta dan dinding sumur secara merata. Biasanya dalam memasukan gravel
pack ini sumur dikocok dengan menggunakan tiupan udara dari kompresor.
 

9. Washing / Pencucian Sumur


 
Setelah gravel pack masuk dengan baik maka dilakukan pencucian sumur selama 8 – 12 jam.
Pencucian sumur bisa dilakukan dengan air jetting menggunakan kompresor atau dengan metode
”suction” (dikocok), untuk menghanurkan mud cake pada dinding lubang bor.
Memasukkan Gravel Pack dengan
Water Jetting

GR
AV
EL
PA
CK
10. Cementing
Selanjutnya untuk memperkuat kedudukan konstruksi sumur dan agar sumur stabil dilakukan
cementing.
Cementing ini pada umumnya dilakukan dari permukaan sampai kedalamam 5 – 7 meter, cementing
ini juga dimaksudkan untuk mengurangi potensi pencemaran dari permukaan tanah.
 

11. Pumping Test


Pumping Test dilaksanakan dengan 2 metode test :
 
1) Metode Test Step Drawdown
Metode ini dilakukan dengan pemompaan bertingkat, 3 atau 4 tingkat debit pemompaan selama 8
jam, untuk tingkat pemompaan yang terakhir diusahakan sama dengan debit sumur rencana.
Sebagai contoh diawali dengan debit 5 l/det, dilanjutkan dengan debit 10 l/det, 15 l/det dan 20 l/det
masing2 selama 2 jam.
Selanjutnya dilakukan pumping test analisis.
 
2) Metode Long Period Pumping Test
 
Metode ini diakukan dengan pemompaan selama 48 – 72 jam nonstop,diusahakan debit
pemompaan dilakukan dengan debit sumur rencana.
Selanjutnya dilakukan pumping tet analisis

3) Recovery test
 
Recovery test dilakukan untuk mengukur kecepatan air kambuh setelah long period test.
 
12. Penyelesaian Sumur / Pemasangan Tutup Sumur
 
Penyelesaian sumur dilakukan dengan membuat blok beton semen seluas 1 – 2 meter persegi dan
lubang sumur berada di tengah2 dengan ketebalan 10 cm, kemudian di buat nomor dan kode sumur
pada beton semen.
 
Terakhir tutup sumur dipasang dan di kunci dengan gembok agar aman dari kerusakan dan
kemasukan material dari luar.
 

 
VI. KESIMPULAN
 
Perencanaan Pengembangan Sumur Produksi Air Tanah harus
dilakukan sesuai SIDLACOM dan tahapan perecanaanya harus
mengikuti kaidah kaidah yang baku, baik untuk Perencanaan Umum
maupun Perencanaan Detail.
 
Tidak ada pengembangan atau pemanfaatan air tanah yang dilakukan
tanpa melalui perencanaan.
 
Perencanaan air tanah harus dilakukan sesuai dengan kaidah teknis
perencanaan yang baik dan akurat.
 
Tidak ada kegiatan pemanfaatan air tanah yang dilakukan dengan
short cut atau dengan cara ”design as you go”
 

 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai