Anda di halaman 1dari 124

Case

Case Report
Report Session
Session

Preseptor
Preseptor ::
dr.
dr. Jatu
Jatu Sulistyowati,
Sulistyowati, SpOG
SpOG

Presentan
Presentan ::
Putri
Putri Hervianti
Hervianti
Naufal
Naufal Kautsar
Kautsar

Program Pendidikan Profesi Dokter FK Unisba


Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi
RSUD Al-Ihsan Bandung
Identitas
Istri Suami
• Nama : Ny. M
• Usia : 34 tahun
• Nama : Tn. S
• Alamat : Bandung • Usia : 37 tahun
• Pekerjaan : IRT • Alamat : Bandung
• Pendidikan : SMA • Pekerjaan : karyawan
• Status : Menikah • Pendidikan : SMA
• Agama : Islam • Status : Menikah
• Tanggal masuk : 29/01/2020
• Agama : Islam
• Tanggal pemeriksaan: 30/01/2020
Keluhan Utama

mulas-mulas
Anamnesis Khusus
G2P1A0 merasa hamil 9 bulan datang ke IGD
kebidanan RSUD Al-Ihsan dengan keluhan mulas-mulas
yang sering dan bertambah kuat keluhan tersebut
dirasakan sejak 6 jam sebelum pasien datang ke rumah
sakit. Pasien merasakan adanya lendir bercampur darah
tetapi tidak di sertai keluar air-air di daerah jalan lahir.
pasien juga merasakan panas dan pegal di pinggang dan
menjalar ke punggung belakang. Pasien mengaku
gerakan janin masih di rasakan aktif.
Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi
sebelum maupun selama hamil ini. Pasien menyangkal adanya sakit
kepala hebat, pandangan kabur, dan nyeri ulu hati selama hamil. Pasien
tidak memiliki riwayat penyakit kencing manis. Pasien tidak memiliki
riwayat penyakit kelainan darah maupun riwayat perdarahan yang sulit
berhenti. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hepatitis sebelumnya.
Pasien hanya mengonsumsi obat yang diberikan oleh bidan, tidak
mengonsumsi obat-obatan lain dan jamu-jamuan selama hamil. (obat di
riwayat ANC). Pasien tidak pernah menjalani tindakan operasi apapun
sebelumnya.
Riwayat Pernikahan Riwayat menstruasi
• Pernikahan ke : 1 • Menarche 13 tahun,
• Usia istri : 27 tahun • Siklus teratur,
• • Lama haid 6-7 hari,
Usia suami : 30 tahun
• Nyeri haid tidak ada,
• Lama pernikahan : 7 tahun
• Jumlah darah biasa 1-2 pembalut
perhari
Riwayat Obstetri
• HPHT : 27 April 2019 1. Spontan,di bidan, ditolong
• HPL : 4 Februari 2020 bidan, BBL : 3,7 kg, tahun
2013, hidup, laki-laki
2. Saat ini
Riwayat Kontrasepsi Riwayat PNC
• Pasien sebelumnya menggunakan • Setiap bulan dilakukan kontrol
pil KB kehamilan ke bidan, diberikan obat
penambah darah dan vitamin yang
diminum rutin 1 kali sehari.
• Dilakukan USG 1 kali oleh bidan,
dikatakan hasilnya letak janin baik
(kepala), kunjungan ke bidan 7 kali, ke
dokter SpOG 2 kali
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
GCS : 15
TB / BB / IMT : 162 cm / 58 kg / 21,8  N
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Respirasi : 20 kali/menit
Nadi : 98 kali/menit
Suhu : 36,8 C
• Kepala : normocephal
• Mata :
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)

• Leher
KGB : tidak teraba pembesaran
JVP : tidak meningkat
Tiroid: tidak membesar

• Thoraks : Bentuk dan pergerakan simetris


Paru-paru : sonor, VBS kiri=kanan, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : S1S2 murni reguler, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen : telampir pada status obstetri

• Ekstremitas : capillary refill < 2 detik, akral hangat, edema (-),


varises (-)
Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar

• Abdomen : linea alba (-), linea nigra (+) striae gravidarum (+), bekas luka
operasi (-)
• TFU : 33 cm
• LP : 104 cm
• HIS : Frekuensi : 3-4kali/10 menit, 20-40”
• Leopold 1 : Teraba bagian lunak, kurang bundar, tidak melenting (Kesan
Bokong)
• Leopold 2 : teraba bagian terbesar, keras, datar, memanjang di sebelah kiri
ibu (Kesan Punggung kiri)
• Leopold 3 : Teraba bagian keras, bundar, melenting, bagian terendah
terfiksasi (Kesan Kepala)
• Leopold 4 : sejajar
• Per 5 an : 2/5
• DJJ : 138 x/menit
Pemeriksaan Dalam
- Vulva/Vagina : Tidak ada kelainan
- Portio : Tebal, Lunak
- Pembukaan : 4 cm
- Ketuban : (+) utuh
- Bagian Terendah : Kepala, uuk; kanan belakang
- Station : 0
USULAN PEMERIKSAAN

Hematologi rutin (Hb, eritrosit, trombosit, leukosit)


golongan darah dan rhesus
NST
HASIL PEMERIKSAAN

Darah Rutin

Hemoglobin : 11,6 g/dl


Hematokrit : 34,8 %
Lekosit : 12000 /mm3
Trombosit : 260.000/mm3
Eritrosit : 3,77 juta/mm3
Golongan Darah : B
Rhesus factor : positif
Diagnosis

G2P1A0 PARTURIENT ATERM KAL A 1 FASE AKTIF,


JANIN HIDUP TUNGGAL, INTRAUTERIN, PRESENTASI
BELAKANG KEPALA
TATALAKSANA
• Informed consent
• Observasi VK
• Observasi kemajuan persalinan dan DJJ
Diagnosis post partum

P2A0 partus maturus


spontan

30-01-2020 , 12.20 WIB


Bayi lahir hidup , langsung
menangis laki-laki
BB 3530 gram, PB 50 cm
APGAR 1’ = 6
APGAR 5’ = 8
Diagnosis Akhir

P 2 A0 PAR T U S M AT U R U S S P O N TAN
Prognosis

Quouo ad vitam : ad bonam


Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Follow Up
IGD
Tanggal S O A P
30/01/2020 G2P1A0 merasa KU baik, CM G2P1A0 parturient Lapor dr, sp.OG:
(07 00) hamil 9 bulan 110/86 mmHg aterm kala I fase aktif Observasi VK
mengeluhkan mulas- N = 108x/mnt Observasi , DJJ
mulas yang sering R = 20x/mnt
dan semakin kuat S = 36,6
sejak 6 jam SMRS. TFU :34
Keluhan disertai LP : 144 cm
keluar lendir yang His : +
disertai sedikit darah LII : Puki
dari jalan lahir dan DJJ : 140 x/m
keluar air – air (-), PD
Gerak janin dirasakan V/V tak
aktif oleh ibu Portio : tebal – lunak
Pembukaan : 4 cm
Ketuban : +
Bagian Terendah:
Kepala, uuk; kanan
belakang
Penurunan kepala
HII,
VK
Tanggal S O A P
30/01/2020 G2P1A0 merasa hamil 9 KU baik, CM G2P1A0 parturient Lapor ulang dr.
Pukul 09.00 bulan mengeluhkan TD: 110/80 mmHg aterm kala I fase ,Sp.OG:
mules-mules yang sering N = 96x/mnt aktif • Ambacim 1gr
dan semakin kuat. R = 20x/mnt
Keluhan tidak disertai S = 36,6
keluar lendir yang disertai TFU : 34 cm
sedikit darah dari jalan LP : 144 cm
lahir dan keluar air – air His : Frekuensi : 3-4
(-), Gerak janin dirasakan kali/10 menit, 40 ”,
aktif oleh ibu DJJ : 140 x/m

PD
V/V tak
Portio : tebal – lunak
Pembukaan : 6cm
Ketuban : - jernih
Bagian Terendah:
Kepala, uuk; kanan
belakang
Penurunan kepala HII,
VK
Tanggal S O A P
30/01/2020 G2P1A0 merasa KU baik, CM G2P1A0 parturient Persalinan dipimpin
12:10 hamil 9 bulan TD: 12/80 mmHg aterm kala I fase oleh bidan
mengeluhkan N = 80x/mnt aktif
mules-mules R = 20x/mnt
yang sering dan S = 36,6
semakin kuat
seperti ingin His : Frekuensi : 4-5
BAB. Keluhan kali/10 menit, 50”,kuat
disertai keluar DJJ : 140 x/m
lendir yang
disertai sedikit
darah dari jalan PD :
lahir dan keluar V/V tak
air – air, keluar Portio : tipis lunak
air-air berwarna Pembukaan : 10 cm
jernih Ketuban : -
Gerak janin
dirasakan aktif
oleh ibu
Tanggal S O A P
30/1/202 Lahir bayi Laki-laki, KU baik, CM P2A0 partus Dilakukan APN
0 BBL: 3530gram TD: 120/80 mmHg maturus spontan
12:35 PBL: 50cm N = 80x/mnt
Apgar: 6/8 R = 20x/mnt
S = 36,6
Nifas
Tanggal S O A P
31/01/2020 Darah dari KU baik, CM P2A0 partus Cefixime
jalan lahir (+), 110/80 maturus 2x200mg tab
BAK (+), BAB mmHg spontan Nonemi 1x1
(+), flatus (+), N = 90x/mnt tab
ASI -/- R = 20x/mnt Keren 3x1 tab
S = 36,6
TFU 2 jari
bawah pusat,
kontraksi kuat
PERSALINAN
DEFINISI
• Merupakan serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput dari tubuh ibu (OBSTETRI FISIOLOGI
FK UNPAD)
Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri dan melalui jalan lahir disebut

Persalinan spontan

Sebaliknya, jika persalinan dibantu dengan alat dan/ atau


tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan forceps atau
dilakukan operasi seksio sesarea, disebut

Persalinan buatan
Pada umumnya persalinan terjadi jika bayi sudah cukup besar untuk
hidup di luar. Terkadang persalinan tidak dimulai dengan sendirinya.
Tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian
pitosin atau prostaglandin. Keadaan tersebut disebut

Persalinan Anjuran
PERSALINAN BERDASARKAN
MASA GESTASI DAN BERAT
BAYI

Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu atau bayi


dengan berat badan kurang dari 500 gr.

Partus
Imaturus

Pengeluaran buah kehamilan antara 20 sampai 28 minggu atau bayi


dengan berat badan antara 500 gram sampai 1000 gr.
Partus
Prematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 sampai 37 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 1000 gram sampai 2500 gr.

Partus Maturus atatu partus a`terme

Pengeluaran buah kehamilan antara 37 sampai 42 minggu atau bayi


dengan berat badan 2500 gram atau lebih.

Partus Maturus atatu partus a`terme

Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.


FAKTOR PENYEBAB
TERJADINYA PERSALINAN

Penurunan Kadar
Progesteron Teori Prostaglandin
Oxytocin

Keregangan otot-
Pengaruh janin
otot
PENURUNAN KADAR
PROGESTERON

 Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim


 Estrogen meninggikan keregangan otot-otot rahim
(kerentanan otot rahim)
 Saat kehamilan, terdapat keseimbangan antara kadar
progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada
akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga
timbul his.
OXYTOCIN

Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, sehingga timbul


kontraksi otot rahim
KEREGANGAN OTOT-
OTOT

 Apabila dinding kandung kencing / lambung teregang karena


isinya bertambah, timbul kontraksi untuk mengeluarkan
isinya.
 Demikian pula dengan rahim, seiring dengan majunya
kehamilan  otot-otot makin teregang  kerentanan otot-
otot.
PENGARUH JANIN

 Hypofise dan kelenjar suprarenal janin


 Tampak pada anenchepalus dan hypoplasia adrenal sehingga
kehamilan sering lebih lama dari biasa
TEORI PROSTAGLANDIN

 Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, disangka menjadi


salah satu sebab permulaan persalinan.
 *penelitian: Hasil percobaan menunjukkan : prostaglandin E atau
F yang diberikan secara intravena, intra, dan ekstraamnial
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur
kehamilan
 Disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi, baik
dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil
sebelum melahirkan atau selama persalinan.
3P
FAKTOR PERSALINAN

POWER (Tenaga yang mendorong anak


keluar) : HIS dan tenaga mengejan

PASSAGE (Perubahan pada uterus dan


jalan lahir dalam persalinan)

PASSANGER (Gerakan anak pada


persalinan)
POWER
(Tenaga yang mendorong anak keluar)

HIS
His ialah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan

 HIS persalinan : Merupakan kontraksi fisiologis otot-otot rahim yang bersifat nyeri.
 Nyeri disebabkan oleh : anoksia dari sel-sel otot sewaktu kontraksi, tekanan oleh serabut
otot rahim yang berkontraksi pada ganglion saraf di dalam cervix dan segmen bawah
rahim, regangan cervix, atau regangan dan tarikan pada peritoneum sewaktu kontraksi
 Perasaan nyeri bergantung pada ambang nyeri pasien yang ditentukan oleh keadaan
jiwanya
 Kontraksi rahim bersifat autonom, tidak dipengaruhi oleh kemauan, tetapi dapat
dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, misalnya rangsangan oleh jar-jari tangan.
 Seperti kontraksi jantung, pada his juga terdapat pacemaker yang memulai
kontraksi dan mengontrol frekuensinya. Pacemaker itu terletak pada kedua pangkal
tuba.
 Kontraksi rahim bersifat berkala :
 Lamanya kontraksi ; berlangsung 45 sampai 75 detik
 Kekuatan kontraksi ; menimbulkan naiknya tekanan intrauterin sampai 35 mmHg.
 Interval antara dua kontraksi ; pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam
10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.

Kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan cara


mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke
dalam.
Menurut faalnya, his persalinan dapat dibagi menjadi :
 His pembukaan ; yaitu his yang menimbulkan pembukaan cervix,
 His pengeluaran ; yaitu his yang mendorong anak keluar. His
pengeluaran biasanya disertai dengan keinginan mengejan.
 His pelepasan urine ; yaitu his yang melepaskan uri
Peningkatan Braxton Hicks His persalinan
Sebelum persalinan muncul his Kontraksi fisiologis, tapi bersifat
pendahuluan/palsu nyeri.
-Bersifat autonom
•Tidak teratur “Berkala”
•Nyeri perut bawah dan lipat paha •Lama: 45-75 detik
•Tidak nyeri memancar dari •Kekuatan: 35 mmHg (klinis:
pinggang ke perut bawah apakah jari kita dapat menekan ke
•Kontraksi pendek dan tidak dalam dinding Rahim)
tambah kuat (bila berjalan) •Interval:
•Tidak ada pengaruh terhadap -Awal persalinan : 1x10 menit
cervix -Kala II : 1x2 menit
TENAGA MENGEJAN
Tenaga yang mendorong anak keluar selain his terutama
disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang
menyebabkan peninggian tekanan intraabdominal.
Kepala sampai pada dasar panggul  reflex : menutup glottis,
kontraksi otot-otot perut.
*hanya dapat berhasil kalau pembukaan lengkap dan paling
efektif sewaktu kontraksi rahim.
PASSAGE
(Perubahan pada uterus dan jalan lahir)

Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan


Uterus saat hamil:
Segmen atas rahim dibentuk oleh corpus uteri
Segmen bawah rahim dibentuk oleh isthmus uteri

Saat persalinan:
Segmen atas rahim: aktif (kontraksi, dinding bertambah tebal, mendorong
anak keluar)
Segmen bawah rahim: pasif (meregang; relaksasi dilatasi, dinding semakin
tipis dan teregang yang akan dilalui bayi)
Sifat kontraksi otot rahim
 Setelah kontraksi, otot tersebut tidak
berelaksasi kembali ke keadaan sebelum
kontraksi, tetapi menjadi sedikit lebih
pendek walaupun tonusnya seperti
sebelum kontraksi (retraksi) (rongga rahim
mengecil dan anak berangsur didorong ke
bawah dan tidak naik lagi ke atas)
 Kontraksi tidak sama kuatnya. Paling kuat
di fundus uteri, paling lemah di segmen Segmen bawah Rahim
bawah rahim. pada:
A. Permulaan persalinan
B. Pembukaan lengkap
Karena pada permulaan persalinan cervix masih tertutup, isi rahim tentu tidak
dapat didorong ke dalam vagina

 Jadi, pengecilan segmen atas rahim harus diimbangi ooleh relaksasi segmen
bawah rahim.
 Akibat hal tersebut, segmen atas makin lama makin mengecil, sedangkan
segmen bawah semakin diregang semakin tipis ; isi rahim sedikit demi
sedikit terdorong ke luar dan pindah ke segmen bawah.
Karena segmen atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis,
batas antara segmen atas dan segmen bawah menjadi jeas. Batas ini
disebut

Lingkaran retraksi fisiologis

Jika segmen bawah sangat diregang, lingkaran retraksi lebih jelas lagi
dan naik mendekati pusat. Lingkaran ini disebut

Lingkaran retraksi patologis atau lingkaran Bandl

Lingkaran Bandl adalah tanda ancaman robekan rahim dan muncul


jika bagian depan tidak dapat maju, misalnya karena panggul sempit.
Perubahan bentuk rahim
Pada setiap kontraksi sumbu panjang rahim
bertambah panjang, sedangkan ukuran
melintang berkurang
Kontraksi otot ligament rotundum
Ligamen rotundum mengandung otot polos.
Jika uterus kontraksi, otot-otot ligament
rotundum ikut kontraksi sehingga ligament
rotundum menjadi pendek.
Dengan adanya kontraksi dari ligament
rotundum fundus uteri tertambat. Sehingga
waktu kontraksi fundus tak dapat naik ke atas.
Perubahan pada cervix (biasanya didahului oleh pendataran
cervix)

 Pendataran cervix
 Pemendekan dari canalis cervicis uteri, yang semula
berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2cm,
menjadi 1 lubang saja dengan pinggir yang tipis.
 Bagi pemeriksa : tampak pada porsio yang makin
pendek dan akhirnya menjadi rata. Pendataran dan
 Cervix yang pendek (lebih dari setengahnya telah pembukaan cervix pada
merata) merupakan tanda cervix yang matang. primigravida
 Pembukaan cervix
Pembesaran dari os.externeum yang tadinya berupa suatu lubang
dengan diameter beberapa millimeter menjadi lubang yang dapat
dilalui anak (10 cm).
Perubahan pada vagina dan dasar panggul
 Pada kala I, ketuban ikut meragangkan bagan
atas vagina yang sejak kehamilan mengalami
perubahan-perubahan sedemikian rupa sehingga
dapat dilalui oleh anak
 Sewaktu kepala sampai di vulva, lubang vulva
menghadap ke depan atas.
 Dari luar, peregangan oleh bagian bagian depan
tampak pada perineum yang menonjol dan
menjadi tipis, sedangkan anus menjadi terbuka
PASSANGER
(Gerakan anak pada persalinan)

Yang paling umum dijumpai:


Presentasi belakang kepala, masuk pintu atas panggul
dengan sutura sagittalis melintang (posisi UUK kiri
melintang)
Toucher:
Sutura sagittalis teraba melintang kira-kira di tengah jalan
lahir.
UUK terdapat kiri melintang,
UUB teraba kanan melintang.
CARDINAL MOVEMENT

Anak dan terutama bagian depan anak akan


melakukan gerakan-gerakan tertentu:
1. Majunya kepala
2. Turunnya kepala
3. Fleksi
4. Putaran paksi dalam
5. Ekstensi
6. Putaran paksi luar
7. ekspulsi
Turunnya Kepala

Majunya kepala:
Masuknya kepala ke dalam pintu atas Disebabkan,
panggul: Tekanan cairan intrauterine
Sutura sagittalis melintang dan fleksi yang Tekanan langsung oleh fundus pada
ringan bokong
Pada pintu atas panggul biasanya kepala Kekuatan mengejan
dalam asynclitismus posterior yang ringan Melurusnya badan anak oleh
perubahan bentuk rahim
Majunya Kepala

 Majunya kepala terjadi bersamaan dengan gerakan-


gerakan yang lain, yaitu fleksi, putaran paksi-dalam, dan
ekstensi.
 Hal yang menyebabkan majunya kepala, sebagai berikut :
 Tekanan cairan ketuban
 Tekanan langsung oleh fundus pada bokong
 Kontraksi otot-otot perut
 Melurusnya badan anak akibat perubahan bentuk
rahim
Fleksi

 Disebabkan karena anak didorong maju dan mendapat


tahanan dari pintu atas panggul, cervix, dinding panggul
atau dasar panggul.
 Dengan majunya kepala, biasanya fleksi bertambah
sehingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-
ubun besar.
 Keuntungan: ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan
lahir; d suboccipito bregmatica (9,5 cm) menggantikan d
suboccipito frontalis (11cm)
Putaran paksi
dalam

 Pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga


bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan bawah
symphysis.
 UUK yang memutar kedepan ke bawah symphysis.
Extensi / defleksi
kepala

 Disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah


panggul mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala harus
mengadakan extensi untuk melaluinya
Putaran paksi luar

 Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke


arah punggung anak untuk menghilangkann torsi pada leher
yang terjadi karena putaran paksi dalam. “putaran restitusi =
balasan”
Ekspulsi

 Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah


symphysis dan menjadi hypomochlion untuk kelahiran bahu
belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
JALANNYA
PERSALINAN
Tanda-tanda persalinan sudah
dekat

Peningkatan Braxton Hicks


 Ibu merasa keadaannya lebih enteng Sebelum persalinan muncul his
(lightening), sesak berkurang pendahuluan/palsu
 Berjalan lebih sukar, perasaan nyeri pada
• Tidak teratur
anggota gerak bawah • Nyeri perut bawah dan lipat paha
 Beser kencing (pollakisuria) • Tidak nyeri memancar dari
pinggang ke perut bawah
 Turunnya rahim karena masuknya kepala • Kontraksi pendek dan tidak tambah
kedalam rongga panggul. kuat (bila berjalan)
• Tidak ada pengaruh terhadap
cervix
Tanda-tanda persalinan

His Lendir berdarah


dari jalan lahir
Persalinan ( bloody show)

Keluarnya cairan
banyak dengan
sekonyong-
konyong dari jalan
lahir
1. His Persalinan
Kontraksi fisiologis, tapi bersifat nyeri.
-Bersifat autonom
“Berkala”
•Lama: 45-75 detik
•Kekuatan: 35 mmHg (klinis: apakah
jari kita dapat menekan ke dalam
dinding rahim)
•Interval:
-Awal persalinan : 1x10 menit
-Kala II : 1x2 menit
HIS ADEKUAT
(PPK Obgin, RSHS, FK Unpad)
Kontraksi 3 kali dalam 10 menit
Lamanya 40-60 detik
Tekanan intrauterine 40-60mg
2. Keluarnya Lendir Berdarah dari
Jalan Lahir ( bloody show)

Dengan pendataran dan pembukaan,


lendir dari canalis cervicalis keluar
disertai sedikit darah.
Perdarahan yang sedikit ini disebabkan
karena lepasnya selaput janin pada
bagian bawah Rahim sehingga
beberapa capiller terputus.
3. Keluarnya cairan banyak dengan
sekonyong-konyong dari jalan lahir

Terjadi jika ketuban pecah atau selaput janin


robek.

Biasanya pecah kalau


Tetapi kadang ketuban pecah
pembukaan lengkap atau
pada pembukaan kecil, malahan
hampir lengkap dan dalam hal
terkadang selaput janin robek
ini keluarnya cairan merupakan
sebelum persalinan
tanda yang lambat sekali
KALA PERSALINAN

Kala I /Pembukaan
Kala II /Pengeluaran Kala III / Uri
• Dimulaidarihispersalinanpertamasampaipembu • Dimulaidaripembukaanlengkapsampailahirnyab
kaancervixmenjadilengkap ayi

• Dimulai
darilahir
nyabayis
ampaila
hirnyapl
asenta

*Setelah plasenta lahir mulailah masa nifas (puerpureum)

*Dalam klinik, diakui adanya kala IV ialah masa 1 jam setelah plasenta lahir.
Merupakan 1 jam pertama dari masa nifas, tetapi dari segi praktis sebaiknya
dimasukan dalam persalinan karena pada masa ini sering timbul perdarahan.
KALA I

 Lambat laun his bertambah kuat:


 Interval lebih pendek, kontraksi lebih kuat dan lama. Lendir
berdarah bertambah banyak.
 Lamanya kala I untuk primigravida adalah 12 jam dan untuk
multigravida 8 jam.
 Untuk menilai lancarnya persalinan, kemajuan yang normal
ialah:
“Penambahan pembukaan 1 cm sejam bagi primigravida dan 2 cm
bagi multigravida”
Tapi sesungguhnya kemajuan pembukaan tidak sama rata tetapi kita mengenal 2 fase:

a. Fase latent

Pembukaan sangat lambat ialah dari 0 sampai 3 cm mengambil waktu +- 8 jam

b. Fase aktif

Pembukaan lebih cepat:

1. Fase akselerasi (percepatan) dari pembukaan 3-4 cm ; 2 jam

2. Fase kemajuan maksimal dari pembukaan 4-9 cm; 2 jam

3. Fase decelerasi dari pembukaan 9-10 cm; 2 jam


KALA II

 Gejala-gejala kala II : his menjadi lebih kuat: kontraksi selama 50-100 detik,
datangnya tiap 2-3 menit
 Pasien mulai mengejan
 Tanda bahwa kepala sudah sampai dasar panggul: perineum menonjol, vulva
menganga, rectum terbuka
 Saat his kepala nampak/keluar vulva, surut jika his berhenti.
 Dengan extensi lahirlah UUB, dahi, dan mulut. Terjadi putaran paksi luar. Pada his
berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian bahu depan, disusul seluruh
badan anak dengan fleksi lateral, sesuai paksi jalan lahir
 Lamanya kala II pada primi +- 50 menit, pada multi +- 20menit
Perineum
menonjol, vulva
menganga, rectum
terbuka
KALA III

 Setelah anak lahir his berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa


menit timbul lagi. (disebut his pelepasan uri)
 Setelah anak lahir: uterus teraba keras, segmen atas lebar karena
mengandung plasenta, fundus uteri teraba sedikit di bawah pusat.
 Tanda-tanda pelepasan plasenta:
 Uterus menjadi bundar (globular)
 Perdarahan (sekonyong-konyong dan agak banyak)
 Memanjangnya tali pusat yang lahir
Lamanya kala uri +- 8,5 menit,
dan pelepasan plasenta hanya
memakan waktu 2-3 menit

Perdarahan dalam kala uri +-


250 cc
KALA IV

Pengawasan perdarahan post partum:


Yang harus diawasi ialah
1. Cek kelengkapan plasenta
2. Darah yang keluar dari jalan lhir
3. Fundus uteri: darah dari cavum uteri tidak dapat mengalir karena
terhalang bekuan darah.
4. Kontraksi Rahim: Perdarahan ec atonia uteri hanya mungkin kalau
konsistensi Rahim lunak. Jika ada perdarahan sedangkan kontraksi
baik,maka perdarahan itu disebabkan perlukaan
5. Keadaan umum ibu
6. Pengobatan perdarahan post partum:
-Massage Rahim
-Suntik Pitocin dan methergin
-Pemberian infus

Masih membutuhkan pengawasan intensif karena perdarahan e.c atonia


uteri masih mengancam.
ASUHAN PERSALINAN
NORMAL (APN)
KALA I

Tatalaksana
Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu
Jika ibu tampak gelisah/kesakitan:
 Biarkan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika di tempat tidur
sarankan untuk miring kiri.
 Biarkan ia berjalan atau beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya
 Anjurkan suami atau keluarga memjiat punggung atau membasuh
muka ibu
 Ajari teknik bernapas
Jaga privasi ibu. Gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan
orang lain tanpa seizin ibu.
Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang air
kecil/besar
Jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi
baru lahir, suhu ruangan minimal 25 C dan semua pintu serta jendela harus
tertutup.
Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
Sarankan ibu berkemih sesering mungkin.
Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan partograf
 Pasang infus intravena untuk pasien dengan:
 Kehamilan lebih dari 5
 Hemoglobin ≤9 g/dl atau hematokrit ≤27%
 Riwayat gangguan perdarahan
 Sungsang
 Kehamilan ganda
 Hipertensi
 Persalinan lama

 Isi dan letakkan partograf di samping tempat tidur atau di dekat pasien

 Lakukan pemeriksaan kardiotokografi jika memungkinkan

 Persiapkan rujukan jika terjadi komplikasi


Perihal Yang Baiknya Tidak Dilakukan Selama
Persalinan

 Kateterisasi kandung kemih rutin: dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
Lakukan hanya jika ada indikasi.

 Posisi terlentang: dapat mengurangi detak jantung dan penurunan aliran darah
uterus sehingga kontraksi melemah

 Mendorong abdomen: menyakitkan bagi ibu, meningkatkan risiko ruptura uteri

 Mengedan sebelum pembukaan serviks lengkap: dapat menyebabkan edema


dan/atau laserasi serviks

 Enema

 Pencukuran rambut pubis

 Membersihkan vagina dengan antiseptik selama persalinan


KALA II, III, DAN
IV

Tatalaksana pada kala II, III, dan IV tergabung dalam 58 langkah


APN yaitu:
a. Mengenali tanda dan gejala kala dua
1. Memeriksa tanda berikut:
• Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
• Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan/ atau vaginanya.
• Perineum menonjol dan menipis.
• Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial.


• Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT siap dalam
wadahnya

• Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam kondisi bersih dan
hangat

• Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer dalam kondisi baik dan
bersih

• Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai di
dalam partus set/wadah DTT

• Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau
kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan
jarak 60 cm diatas tubuh bayi.

• Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu: cairan kristaloid, set infus
3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih,
sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan
kacamata.

4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci


kedua tangan dengan sabun dan air bersih kemudian
keringkan dengan handuk atau tisu bersih.

5. Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam.

6. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi


dengan oksitosin 10 unit dan letakkan kembali spuit
tersebut di partus set/ wadah DTT atau steril tanpa
mengontaminasi spuit.
c. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
7. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan kapas atau kasa yang

dibasahi air DTT.

8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah

lengkap. Lakukan amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat:

kepala sudah masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih memakai

sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan sarung tangan

dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

Cuci kedua tangan setelahnya.

10. 10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 kali/ menit). Ambil tindakan

yang sesuai jika DJJ tidak normal.


d. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses
Bimbingan Meneran
11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik.

12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu


untuk meneran

13. Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan


pastikan dia merasa nyaman.

14. Anjurkan ibu untuk cukup minum.

15. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai


dorongan yang kuat untuk meneran.

16. Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

17. Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.


Segera hubungi dokter spesialis obstetri dan ginekologi jika bayi
belum atau tidak akan segara lahir setelah 120 menit (2 jam)
meneran (untuk multigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(untuk multigravida). Jika dokter spesialis obstetri dan gineklogi
tidak ada, segera persiapkan rujukan.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,

jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

e. Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi

15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan

handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
f. Membantu Lahirnya Kepala

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm,


lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala.
• Anjurkan ibu meneran sambil bernapas cepat dan dangkal.

20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi.
21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
g. Membantu Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,
pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi.
MANAJEMEN
AKTIF KALA III

28.Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin untuk


membantu uterus berkontraksi baik.

29.Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unitIM
di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin!)

Jika tidak ada oksitosin :


• Rangsang putting payudara ibu dan minta ibu
menyusui untuk menghasilkan oksitosin
ilmiah
• Beri ergometrin 0,2mg IM. Namun tidak
dibolehkan pada pasien preeklampsia,
eklampsia, dan hipertensi karena dapat
memicu terjadinya penyakit serebrovascular
30. Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada
sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus,
lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat
ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem
pertama.

31. Potong dan ikat tali pusat.


• Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian gunting
tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut bayi).

• Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan
kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan
simpul kunci.

• Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.


32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting payudara ibu.

33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi
pada kepala bayi.
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

35. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas
simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati,
seperti gambar berikut, untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
Jika plasenta tidak lahir setelah
30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur
diatas
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik tali
pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan
dorso-kranial, seperti gambar berikut.
• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
• Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
Beri dosis ulangan oksitosin 10 unitIM

Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh

Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir
Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan.
• Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jarijari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus
dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras).
• Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik melakukan rangsangan taktil/ masase.
I. Menilai Perdarahan

40. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu


maupun janin dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan
utuh.

41. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan


lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
aktif.
j. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan (Kala IV)

42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam

43. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak

kulit ibu-bayi (di dada ibu minimal 1 jam).

• Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu

• Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini

dalam waktu 60-90 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung

pada menit ke-45-60, dan berlangsung selama 10-20 menit. Bayi

cukup menyusu dari satu payudara.


• Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi
berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

• Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum
bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan
mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.

• Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1 jam,

posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit

dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.


• Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan

ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan

asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian

vitamin K1, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu

untuk menyusu.

• Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga

kehangatannya.
• Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari

pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh,

buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu

dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali.

• Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu

dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa

menyusu sesering keinginannya.


44. Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai:
• Timbang dan ukur bayi.

• Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1% atau
antibiotika lain).

• Suntikkan vitamin K1 1 mg (0,5 mL untuk sediaan 2 mg/mL) IM di paha


kiri anterolateral bayi.

• Pastikan suhu tubuh bayi normal (36,5 – 37,5oC).

• Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah, ibu,
waktu lahir, jenis kelamin, dan tanda lahir jika ada.

• Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan (bibir


sumbing/langitan sumbing, atresia ani, defek dinding perut) dan tanda-
tanda bahaya pada bayi.
45. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan

imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral bayi.

• Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu

bisa disusukan.

• Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil

menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi

berhasil menyusu.
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pecegahan perdarahan pervaginam:

• Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.

• Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin.

• Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin.

• Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika uterus

tidak berkontraksi dengan baik .


47.Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,
mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus memanggil
bantuan medis.

48.Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49.Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15
menit selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit selama jam
kedua pascasalin.

• Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pascasalin.

• Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal


50.Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 –

37,50C).

• Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga minimal 24

jam setelah suhu stabil.

51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah

didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.

54. Pastikan ibu merasa nyaman.

• Bantu ibu memberikan ASI.

• Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang


diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan

bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama

10 menit.

57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian

keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih.

58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV.


PARTOGRAF
Patograf

Alat bantu yang dipakai untuk memantau kemajuan persalinan,


keadaan ibu dan kesejahteraan janin
Data dalam Partograf
• Informasi tentang ibu dan riwayat
kehamilan/persalinan
• Kondisi janin
• Kemajuan persalinan
• Jam dan waktu
• Kontraksi uterus
• Obat-obatan dan cairan yang diberikan
• Kondisi ibu
• Asuhan, tatalaksana dan keputusan klinik
POKOK-POKOK OBSERVASI

3 KOMPONEN
A. KEMAJUAN PERSALINAN
1. PEMBUKAAN SERVIKS
2. PENURUNAN KEPALA
3. H I S
a. FREKUENSI (BERAPA KALI DALAM
10 MENIT
b. LAMANYA ( DALAM DETIK )

B. KONDISI JANIN
1. DENYUT JANTUNG JANIN ( DJJ )
2. SELAPUT KETUBAN & AIR KETUBAN
3. MOLASE ( PENYUSUTAN KEPALA )

C. KONDISI IBU
1. NADI, TEKANAN DARAH, SUHU
2. URINE : VOLUME, PROTEIN, ASETON
3. OBAT-OBATAN DAN CAIRAN INFUS
4. PEMBERIAN OKSITOSIN
OBSERVASI (MINIMAL)

PARAMETER F. LATEN F. AKTIF

PEMERIKSAAN LUAR (penurunan kepala) 4 jam 4 jam


PEMERIKSAAN DALAM (pembukaan serviks) 4 jam 2 jam
HIS 1 jam 1/2 jam
DENYUT JANTUNG JANIN 1 jam 1/2 jam
SUHU 4 jam 2 jam
TEKANAN DARAH 4 jam 4 jam
NADI ½ - 1 jam ½ - 1 jam
URINE (sering disuruh kencing, ditampung) 4 jam 4 jam
Lambang Patograf
Keterangan Lambang

Pembukaan Mulut Rahim X


Penurunan Kepala Janin O
Kontraksi Uterus Janin Terlampir

DJJ ●

Warna atau jumlah cairan ketuban U : utuh


J : selaput pecah, air ketuban jernih
M : air ketuban bercampur mekonium
D : air ketuban bernoda darah
T : tidak ada cairan ketuban
Molding atau Molase 0 : sutura teraba jelas
1 : sutura tidak teraba
2 : kepala tumpang tindih namun
masih bisa dipisahkan
3: tulang kepala tumpang tindih tapi
tidak bisa dipisahkan

Nadi, tekanan darah, suhu ● ↕ 36 0


GAMBAR 11. TIGA CARA MENGARSIR KOTAK MENURUT LAMA HIS

4 <20 DETIK

3
20-40
2 DETIK

1
>40 DETIK
WAKTU
(JAM)
0 1 2 3

01/24/2021
Contoh pengisian partograf
Partograf WHO yang sudah
dimodifikasi

01/24/2021
 Contoh partograf
untuk persalinan
normal

01/24/2021
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai