Anda di halaman 1dari 46

APN

ASUHAN PERSALINAN NORMAL


Ai Nazly Nur Daima (12100119055) Preseptor:
Nada Maudy (12100119138) dr. Jatu Sulistyowati, SpOG
Zahra Trimuldaniaputri (12100119184)
Asuhan Persalinan Normal
Definisi : Asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahap
persalinan yaitu mulai dari kala I hingga kala IV, dan upaya
pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca salin,
hipotermia, serta asfiksia pada bayi baru lahir.
Fokus APN :
- Pertolongan persalinan pada kehamilan normal
- Presentasi janin belakang kepala
- Tidak ada komplikasi pada janin dan ibu
Tujuan
Untuk menjaga kelangsungan hidup dan derajat
Kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayi melalui upaya
yang terintegrasi lengkap dengan intervensi seminimal
mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
tetap terjaga baik.
Tanda-Tanda Persalinan Sudah Dekat
1. Beberapa minggu sebelum persalinan, ibu merasa keadaannya lebih enteng
(lightening). Ibu merasa sesaknya berkurang, berjalan menjadi sedikit lebih
sukar,beser kencing (polikisuria). Secara singkat,gejala ini disebabkan oleh
turunnya fundus uteri akibat masuknya kepala kedalam rongga panggul.
2. His palsu
3-4 minggu sebelum persalinan adanya his yang merupakan peningkatan dari
kontraksi Braxton hicks. Sifat his palsu :
- Nyeri
- Tidak teratur
- Durasi pendek
- Tidak bertambah kuat
- Tidak berpengaruh pada pendataran dan pembukaan cervix
Tanda-Tanda Persalinan
1. Timbulnya HIS persalinan, yang memiliki sifat :
- Nyeri melingkar dari punggung yang memancar ke perut bagian depan.
- Teratur
- Makin lama makin pendek intervalnya & makin kuat
- Berpengaruh pada pendataran dan pembukaan cervix
2. Keluarnya lender berdarah dari jalan lahir (show)
Dengan adanya pendataran&pembukaan, lendir dari canalis cervix uteri
keluar disertai disedikit darah. Pendarahan ini disebabkan oleh lepasnya
selaput janin pada segmen bawah rahim.
3. Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir
Terjadi ketika ketuban pecah/selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah jika
pembukaan lengkap/hampir lengkap.
▪ Persalinan dibagi menjadi dalam 4 kala:
Kala I : dimulai dari his persalinan yang pertama sampai
pembukaam cervix
Kala II : dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi
Kala III : dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta
Kala IV : 1 jam setelah plasenta lahir
Kala I
Pada kala I, his belum begitu kuat, datang setiap 10-15 menit, dan belum terlalu mengganggu ibu
(pasien masih dapat berjalan). Makin lama his makin kuat,interval memendek, dan lebih lama.
Lendir darah juga bertambah banyak. Kemajuan kala I diliat dari pembukaan serviks, yang dibagi
jadi 2 fase:

▪ Fase laten: pembukaan serviks lambar dari 1-3 cm, sekitar 8 jam.

▪ Fase aktif: pembukaan serviks cepat dari 4-lengkap (10 cm), sekitar 6 jam.
- Fase akselerasi : pembukaan 3-4 cm yang dicapai dalam 2 jam

- Fase kemajuan maksimal : pembukaan 4-9 cm yang dicapai dalam 2 jam

- Fase deseleras : pembukaan 9-10 cm yang dicapai dalam 2 jam


Lamanya kala I untuk primigravida 12 jam, dan
untuk multigravida 8 jam. Kemajuan normal
yaitu adanya pembukaan 1 cm/jam
(primigravida) atau 2 cm/jam (multigravida)
KALA II
Dimulai ketika pembukaan 3 faktor penting dalam proses
serviks sudah lengkap (10 kelahiran:
cm) dan berahir dengan
1. power: His ibu dan kekuatan
lahirnya bayi.
mengedan
2. Passage: jalan lahir (cukup
luas)
3. Passanger: bayi (ukuran,
posisi, presentasi)
7 Cardinal
Movement
KALA II/
I. Mengenali tanda dan gejala kala dua
1. Mendengar, dan melihat
adanya tanda persalinan
kala II :
Tatalaksana pada kala II,III - Ibu merasa ada dorongan
dan IV tergabung dalam kuat untuk meneran
Langkah APN ; - Ibu merasakan tekanan yang
semakin meningkat pada
rektum dan vagina
- Perineum tampak menonjol
- Vulva dan sfinger anii
membuka*
II. Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir (Klem, gunting,
benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT siap dalam wadahnya )*
▪ Untuk resusitasi -> tempat datar, rata, bersih, kering, dan hangat, 3 handuk/kain
bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm di
atas tubuh bayi.
▪ Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
▪ Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
▪ Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer dalam kondisi baik dan bersih
▪ Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu: cairan kristaloid, set infus
II. Menyiapkan pertolongan persalinan
3. Pakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue/handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan di gunakan untuk
periksa dalam
6. Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik, gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
III. Memastikan Pembukaan Lengkap dan
Keadaan Janin Baik
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
▪ Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang
▪ Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
▪ Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam
dalam larutan klorin 0,5% )
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
▪ Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomy.
III. Memastikan Pembukaan Lengkap dan
Keadaan Janin Baik
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam
larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung
tangan dilepaskan.
10. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
▪ Mengambil Tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
▪ Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk
membantu proses bimbingan meneran

11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin


baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya,.
▪ Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin dan dokumentasikan semua
temuan yang ada
▪ Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar.
IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk
membantu proses bimbingan meneran

12. Minta keluarga membantu


menyiapkan posisi meneran. (Bila ada
rasa ingin meneran dan terjadi
kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran
pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran :
IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk
membantu proses bimbingan meneran

▪ Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.


▪ Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
▪ Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
▪ Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
▪ Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk
membantu proses bimbingan meneran

▪ Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)


▪ Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
▪ Segera rujuk jika bayi belum / tidak akan segera lahir
setelah meneran selama 120 menit (Primigravida) atau
setelah 60 menit meneran (Multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut


ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan Kembali kelengkapan
alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran
Bayi (Membantu Lahirnya Kepala)

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6cm membuka


vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat
dan dangkal.
VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran
Bayi (Membantu Lahirnya Kepala)

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran
Bayi (Membantu Lahirnya Kepala)

21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar


secara spontan.
VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran
Bayi (Membantu Lahirnya Bahu)
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke
arah bawah dan distal menuju bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
(Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai)
Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan
yang berada di bawah untuk kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memengang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir,
lanjutkan penelusuran tangan yang berada di
atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai
dan kaki bayi.
(masukan telunjuk di antara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan
jari-jari lainnya)
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan
berikut untuk menilai apakah ada asfiksia bayi :
▪ Apakah kehamilan cukup bulan?
▪ Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak mengap-mengap?
▪ Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Bila salah satu jawaban adalah “Tidak”, lanjutkan ke langkah
resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir (melihat penuntun
berikutnya). Bila semua jawaban adalah “Ya”, lanjut langkah ke
“KERINGKAN TUBUH BAYI”
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir

26. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu.


▪ Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks
▪ Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
▪ Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau
perut ibu
27. Periksa Kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada
bayi lain dalam uterus (Hamil tunggal)
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir

28. Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikan


oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin
10 unit IM di 1/3 paha bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30. Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali
pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi. Mendorong isi tali
pusat ke arah ibu (distal) dan jepit Kembali tali pusat pada 2 cm distal
dari klem pertama.
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir

31. Potong dan ikat tali pusat


▪ Dengan 1 tangan, angkat tali pusat yang telah di jepit kemudian
gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambal lindungi
perut bayi)
▪ Lepaskan klem dan masukan klem kedalam larutan klorin 0,5%
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir

32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit


bayi. letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di
dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara
ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan
pasang topi pada kepala bayi. Biarkan bayi melakukan kontak
kulit ke kulit didada ibu paling sedikit 1 jam.
KALA III
Dimulai setalah bayi lahir dan Prinsip manajemen aktif kala III:
berahir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban 1. Pemberikan oksitosin dalam 1
menit pertama setelah bayi
Tanda lepasnya plasenta: lahir (10 IU IM pada 1/3 paha
atas luar)
- Perubahan bentuk dan tinggi
fundus uteri 2. Melakukan penegangan tali
pusat terkendali
- Tali pusat memanjang
3. Massage fundus uteri segera
- Semburan darah mendadak dan setelah plasenta lahir
singkat
KALA III /
VIII. Penatalaksanaan Aktif Kala III
33. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat.

▪ 35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso-cranial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
▪ Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu.
KALA III /
VIII. Penatalaksanaan Aktif Kala III
Mengeluarkan Plasenta
36. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambal penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorso kranial)
▪ Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem sehingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
KALA III /
VIII. Penatalaksanaan Aktif Kala III
Mengeluarkan Plasenta
▪ Jika plasenta tidak terlepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit I.M
2. Lakukan katerisasi (aseptic) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
KALA III /
VIII. Penatalaksanaan Aktif Kala III
37. Saat plasental muncul, lahirkan plasenta dengn kedua
tangan. Pegang, putar hingga selaput ketuban terpilin lalu
lahirkan dan tempatkan pada wadah
▪ Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput, lalu gunakan
jari tangan/klem DTT/ steril untuk mengeluarkan bagian yang
tertinggal
KALA III /
VIII. Penatalaksanaan Aktif Kala III
Rangsangan taktil (massage uterus)
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
massage uterus, letakkan telapak tangan di fundus dengan
gerakan melingkar
Lembut, hingga uterus terasa keras (berkontraksi)
▪ Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik massage
IX. MENILAI PERDARAHAN

39. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung
plastic atau tempat khusus.
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum, dan
lakukan penjahitan jika ada perdarahan. Bila ada robekan yang
menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN

41. Pastikan uterus berkontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan


pervaginam.
42. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke larutan
klorin 0,5% dan bilas dengan air DTT, keringkan
KALA IV

Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berahir 1 jam setelahnya.


Selama 1 jam:
- Pantau Tekanan Darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan
darah yang keluar setiap 15 menit selama 1 jam dan setiap 30
menit selama 1 jam kedua
- Massage uterus setiap 15 menit untuk membuat kontraksi selama
1 jam pertama, 30 menit 1 jam kedua
- Pantau Suhu setiap jam dalam 2 jam pertama pasca bersalin
- Nilai perdarahan
EVALUASI
43. Pastikan uterus berkontraksi serta kandung kemih kosong
44. Ajarkan ibu/keluarga cara massage uterus dan nilai kontraksi
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46. Periksa nadi ibu dan keadaan umum baik
47. Pastikan bayi bernapas baik (40-60- kali/menit)
- Jika bayi sulit napas, merintih/ retraksi, lakukan resusitasi lalu rujuk
- Jika napas terlalu cepat, rujuk
- Jika kaki dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi (kulit ke
kulit) dengan ibunya dan selimuti ibu dengan bayi 1 selimut
Kebersihan dan Keamanan
48. Semua peralatan bekas apakai ditaruh di larutan klorin 0,5%
(10 menit). Cuci dan bilas setelah didekontaminasi
49. Buang bahan bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yg sesuai
50. Bersihkan ibu dengan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan ibu untuk memberi minuman dan makanan yg
diinginkannya
Kebersihan dan Keamanan
52. Dekontaminasi tempat bersalin&apron dengan larutan klorin
0.5%
53. Celupkan sarung tangan kotor ke larutan klorin 0.5% 10 menit
54. cuci kedua tangan dengan sabun air mengalir, keringkan
55. Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk penatalaksanaan bayi
baru lahir
56.Dalam 1 jam, beri antibiotic salep mata pencegahan, dan vit k1 1
mg IM di paha kiri anterolateral. Lalu lakukan PE bayi baru lahir,
pantau setiap 15 menit untuk memastikan bayi bernapas baik (40-
60x/menit) dan suhu normal (36,5-37,5)
Kebersihan dan Keamanan

57. Setelah 1 jam pemberian vit K1 berikan suntik imunisasi hep B di


paha kanan anterolateral. Letakkan bayi dekat dengan ibu untuk
memudahkan untuk disusukan
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dalam larutan
klorin 0,5%
59. Cuci tangan dengan air mengalir, keringkan
Dokumentasi

60. Lengkapi partograph (Halaman depan dan belakang),


periksa tanda vital dan asuhan kala 4

Catatan: pastikan ibu sudah bisa buang air kecil setelah


asuhan persalinan selesai
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai