Anda di halaman 1dari 67

CLINICAL SCIENCE SESSION

Presentan : Ones Fauziah Nuraena


Nur Azmiati Mundiri

Preseptor : dr. Jatu Sulistyowati


Sp.OG
HIPERTENSI
DALAM KEHAMILAN
HIPERTENSI
DALAM KEHAMILAN

Peningkatan tekanan darah yang terjadi pada saat hamil


dengan peningkatan tekanan sistolik > 140mmHg atau sistolik
> 90mmHg.

5-10% dari seluruh kehamilan dan merupakan salah satu


dari 3 penyebab kematian ibu selain perdarahan dan infeksi. Di
Amerika Serikat, 1/3 kematian ibu disebabkan oleh HDK.

Di RSHS (2005-2010) terdapat 103 kematian perempuan


hamil dari 15148 kelahiran. Penyebab HDK sebanyak (25,2%) yang
terdiri dari eklamsi (16%), PEB dan impending eklamsia (2,9%).
KLASIFIKASI

01 Hipertansi Gestational

02 Sindrom Eklamsia dan Preeklamsia

03 Hipertensi Kronis yang diperparah oleh Sindrom Eklamsia dan


Preeklamsia

04 Hipertansi Kronik
PERBEDAAN

Hipertensi gestasional Timbulnya hipertensi dalam kehamilan


pada wanita yang tekanan
darah sebelumnyanormal dan tidak
mempunyai gejala- hipertensi
kronik atau preeklamsi/eklamsi
gejala (tidak
disertai proteinuria). Gejala ini akan
hilang dalam waktu <12minggu
pascasalin

Preeklamsi Hipertensi (sistolik antara 140-<160


mmHg dan diastolik antara 90-<110
mmHg) disertai proteinuria (>300mg/24
jam, atau 1+dipstick)
PERBEDAAN
Preeklams Preeklampsia berat
i
Bila didapatkan 1 atau lebih gejala :

• TD ≥ 160 atau tekanan darah diastolik ≥110 mm


Hg
• Proteinuria 2 g/ 24 jam atau ≥ 2+ dipstick
• Kreatinin serum> 1,2 mg / dL disertai
oliguria (<400ml/24 jam)
• Trombosit <100.000 / μL
• Angiolisis mikroangiopati (peningkatan LDH)
• Peningkatan kadar enzim hati (SGOT dan
SGPT)
• SAkit kepala yang menetap atau gangguan visus
dan serebral
• Nyeri epigastrik yang menetap
• Pertumbuhan janin terlambat
• Edema paru disertai sianosis
• Adanya “HELLP Syndrome (H: Hemolysis; EL:
Elevated Liver Enzime; LP: Low Platelet)
PERBEDAAN

Eklamsi Kejang yang dialami wanita hamil


dalam persaalinan atau masaa
nifass yang disertai gejala-gejala
preeklampsia
Preeklamsi superimpose kronik Timbulnya preeklamsi atau eklamsi
hipertensi pada pasien hipertensi kronik

Hipertensi kronik Hipertensi pada ibu hamil yang sudah


ditemukan sebelum kehamilan atau
yang ditemukan pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu dan
yang menetap setelah 12 minggu
pasca persalinan.
0 minggu 20 minggu 12 minggu
kehamila kehamilan pascasalin
n
Normal Normal Hipertensi Normal Hipertensi Gestasional
Proteinuria (-)

Normal Normal Hipertensi Normal Preeklamsia


Proteinuria (+)

Normal Normal Hipertensi Normal


>=160/110
Preeklamsia Berat
Proteinuria (++)
Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Kronik
Proteinuria (-)

Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi yg diperparah


Proteinuria (+) Oleh preeklamsi
HIPERTENSI
GESTASIONAL
HIPERTENSI GESTASIONAL

1. Tekanan systole BP > 140 mmHg ATAU tekanan diastole > 90


mmHg untuk pertama kalinya dalam kehamilan
2. Tanpa proteinuria

 Diagnosis menjadi hipertensi transien bila selama kehamilan


tidak terjadi proteinuria (preeklamsia) dan tekanan darah menjadi
normal kembali sesudah 12 minggu pasca salin (diagnosis
ditegakkan pascasalin).
EKLAMSIA
EKLAMSIA

• Kelainan akut pada preeklamsi atau preeklamsi berat, dalam


kehamilan, persalinan, atau nifas yang ditandai dengan
timbulnya kejang dengan atau tanpa penurunan kesadaran
(gangguan sistem saraf pusat)

• Timbulnya kejang pada penderita preeklamsia yang tidak


disebabkan oleh penyebab lain.
KLASIFIKASI

Berdasarkan saat terjadinya, eklamsia dibedakan menjadi

o Eklamsia antepartum – terjadi sebelum persalinan


o Eklamsia intrapartum – terjadi sewaktu persalinan
o Eklamsia postpartum – terjadi setelah persalinan, yang dapat
terjadi segera (early post partum: setelah 24 jam – 7 hari
pascasalin) atau lambat (late post partum, setelah 7 hari
pascasalin selama masa nifas). Eklamsia pascasalin lambat
jarang terjadi.
KLASIFIKASI

Serangan kejang eklamsia dapat dibagi menjadi 4 tingkat

1) Tingkat invasi (tingkat permulaan) : mata terpaku, kepala


dipalingkan ke satu sisi, muka memperlihatkan kejang-
kejang halus.
 Berlangsung selama beberapa detik
2) Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis) : seluruh badan
kaku, kadang-kadang terjadi epistotonus.
 Lamanya 15 – 20 detik

Eclampsi sine eclampsi : eklamsi yang ditandai oleh penurunan kesadaran tanpa kejang.
KLASIFIKASI
3) Tingkat konvulsi (tingkat kejang klonis) : kejang hilang
timbul, rahang membuka dan menutup begitu pula mata,
otot-otot muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi
berulang.
 Kejang sangat kuat sehingga penderita dapat terlempar
dari tempat tidur atau menggigit lidah sendiri.
 Ludah berbuih bercampur darah keluar dari mulut, mata
merah, dan muka biru
 Lamanya kejang : sekitar 1 menit
4) Tingkat koma: terjadi setelah kejang klonis, penderita
mengalami koma, lamanya bervariasi dari beberapa menit
hingga berjam-jam.
 Bila sadar dapat terjadi amnesia retrograd : penderita
tidak ingat sama sekali apa yang telah terjadi
DIAGNOSIS

Anamnesis
 Umur kehamilan > 20 minggu Pemeriksaan Fisik
 Hipertensi  Kesadaran : somnolen sampai koma
 Kejang  Tanda vital: Tekanan darah > 140/90 mmHg
 Penurunan Kesadaran  Proteinuria minimal +1
 Penglihatan Kabur  Penurunan kesadaran tanpa disertai kejang
 Nyeri kepala hebat  Tetanus
 Nyeri ulu hati

Kriteria diagnosis: penderita preeklamsi berat disertai kejang.


Semua ibu dalam masa kehamilanyang mengalami kejang dan hipertensi
harus dianggap sebagai penderita eklamsia sampai terbukti bukan
Untuk menegakkan diagnosis eklamsia, keadaan lain yang dapat
menyebabkan kejang koma harus disingkirkan seperti:
uremia, keracunan, tetanus, epilepsy, hysteria, ensefalitis, meningitis,
tumor otak, pecah aneurisma otak, dan atrofi kuning akut dari hati.

Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Urin Lengkap, Fungsi hati, dan
fungsi ginjal
o Pemeriksaan foto rontgen thoraks
o Pemeriksaan CT scan bila ada dugaan perdarahan otak
o Pungsi lumbal: bila ada indikasi
o Pemeriksaan elektrolit Na, K, Ca, dan Cl; kadar glukosa, Urea N, kreatinin,
SGOT, SGPT, analisa gas darah, asam urat atas indikasi
o Pemeriksaan USG, KTG
TATALAKSANA

1. Profilaksis/pencegahan: menemukan kasus preeklamsia sedini


mungkin dan mengobatinya dengan adekuat. Tindakan yang
dilakukan berupa
 Identifikasi faktor risiko
 Identifikasi gejala awal hipertensi dan proteinuria
 Rujukan yang tepat
 Perawatan jalan atau rawat inap
 Pengobatan medisinal
 Pengelolaan obstetrik untuk mengakhiri kehamilan
TATALAKSANA

2. Pengobatan
Tujuan
 Mencegah kejang berulang : saat kejang terjadi hipoksia, asidosis
respiratorik maupun metabolic serta kenaikan tekanan darah

 Menurunkan dan mengendalikan tekanan darah


o Tekanan darah tidak bolej turun > 20% dalam 1 jam. Contoh dari
200/160mmHg menjadi 160/95mmHg
o Tekanan darahtidak boleh kurang dari 140/90mmHg

 Mengatasi hemokonsentrasi dan memperbaiki diuresis dengan pemberian


cairan seperti cairan 2A atau Ringer laktat
o Urin tidak boleh < 30 cc / jam
o Tekanan vena sentral tidak melebihi 6-8cmH2O
o Hypovolemia terjadi akibat air keluar dari pembuluh darah dan
menyebabkan edema, oliguria, anuria, bahkan syok.
TATALAKSANA

 Mengatasi hipoksia dan asidosis dengan mengusahakan


agar penderita memperoleh oksigen dan
mempertahankan kebebasan jalan napas
 Mengakhiri kehamilan tanpa memandang usia kehamilan
setelah kejang terjadi.

Penderita harus dirawat di unit perawatan intensif (ICU)


karena merupakan keadaan gawat darurat yang sangat
berbahaya bagi keselamatan ibu dan anak.
PENGOBATAN MEDISINAL

1. Obat anti kejang: MgSO4


cara dan dosis pemberian sama dengan preeklamsia berat.
Bila timbul kejang-kejang ulangan maka dapat diberikan 2g MgSO4 20% IV selama
2 menit, sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian loading dose.
Dosis tambahan 2g hanya diberikan sekali, bila masih tetap kejang maka diberikan
amobarbital 3-5mg/kgbb/iv
2. Obat supotif: antihipertensi, kardiotonik, antipiretik, antibiotic, anti nyeri dll menurut
indikasi.
Anti hipertensi: diberikan sesuai dengan preeklamsi berat.
Kardiotonika:
Indikasi: tanda-tanda payah jantung
Perawatan dilakukan bersama dengan bagian penyakit jantung
Antipiretik
Diberikan bila suhu rektal > 38,5C
Dapat dibantu dengan pemeberian kompres dingin
Antibiotic: diberikan atas indikasi
Antinyeri: bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat diberikn petidin HCI 50-
75mg sekali saja
PENGOBATAN MEDISINAL

3. Perawatan pasien dengan serangan kejang dan koma


 Dirawat di kamar isolasi yang cukup terang dan tenang
 Mulut penderita dipasangi sudip lidah
 Kepala direndahkan dan daerah orofaring diisap
 Fiksasi badan ke tempat tidur harus cukup longgar guna
menghindari fraktur
 Untuk mengatasi status konvulsivus dapat dipertimbangkan
suntukan benzodiazepine, fenitoin, atau diazepam
 Untuk mengatasi edama otak dapat diberikan infus cairan
mannitol, gliserol, atau deksametason
 Kesadaran dan kedalaman koma dipantau
 Pencegahan decubitus
 Nutrisi dapat diberikan melalui NGT
PERAWATAN OBSTETRIK

 Semua kehamilan dengan eklamsi dan impending eklamsi


harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan
keadaan janin
 Induksi persalinan dapat dilakukan setelah keadaan umum
stabil.
 Stabilisasi dapat dilakukan kurang lebih 6 jam setelah kejang
terakhir
 Bila akan dilakukan seksio sesarea dengan NU atau
pengakhiran kehamilan harus segera, stabilisasi tidak mutlak
dilakukan.
Gejala impending eklamsi
o Penglihatan kabur
o Nyeri ulu hati
o Nyeri kepala hebat

Pengakhiran kehamilan:
Terminasi kehamilan impending eklamsi adalah dengan per
vaginam, seksio sesarea bila ada indikasi obstetric atau
pertimbangan lain.

Komplikasi atau penyulit


Gagal ginjal, gagal jantung, edema paru, kelainan pembekuan
darah, perdarahan otak dan kematian.

Perawatan rumah sakit.


Diperlukan perawatan di ruang rawat intensif, dan ruang HCU bila
tersedia
SINDROMA HELLP

Kumpulan gejala hemolysis, elevated liver enzyme dan low


platelets yang merupakan gejala utama dari sindroma ini

Diagnosis laboratorium :
oHemolisis
 Adanya sel-sel spherocytes, Schistocytes, triangular, dan
sel Burr pada apus darah perifer
 Kadar bilirubin total > 1,2mg%
oKenaikan kadar enzim hati
 Kadar SGOT > 70 IU/L
 Kadar LDH > 600 IU/L
oTrombosit < 100.000
PENGELOLAAN

1. Atasi hipertensi dengan pemberian obat antihipertensi


2. Cegah terjadinya kejang dengan pemberian MgSO4
3. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Pemberian transfuse trombosit apabila kadar trombosit <30.000/mm3 untuk
mencegah perdarahan spontan
5. Kortikosteroid untuk pematangan paru. Deksametason 2 x 6 mg (2 hari),
Betametason 1 x 12 mg (2 hari)
6. Dianjurkan persalinan pervaginam, kecuali bila ditemukan indikasi seperti:
serviks yang belum matang (skor bishop <6), PJT, atau ada kontraindikasi
persalinan pervaginam
7. Bila akan dilakukan operasi SC, kadar Tr <50.000/mm3. merupakan indikasi
untuk melakukan transfuse trombosit
8. Bila akan dilakukan persalinan pervaginam dianjurkan trombosit
>30.000/mm3
9. Pemasangan drain intraperitoneal untuk mengantisipai perdarahan
intraabdominal
PROGNOSIS

Eklamsia sangat berbahaya karena prognosisnya kurang baik


untuk ibu maupun anak.
 Prognosis dipengaruhi oleh paritas dan usia ibu (prognosis
multipara lebih buruk terutama bila usia ibu > 35 tahun) serta
oleh keadaan sewaktu penderita masuk rumah sakit.

 Prognosis juga dipengaruhi oleh diuresis. Produksi urine


>800cc/24 jam atau 200cc/6 jam prognosis menjadi lebih baik.
Sebalikanya, oliguria dan anuria merupakan gejala-gejala
yang memperparah prognosis
Gejala-gejala lain yang memberatkan prognosis yaitu:
o Koma yang lama
o Nadi > 120x/menit
o Suhu >39 C
o Tekanan darah > 200mmHg
o Kejang > 10 kali serangan
o Proteinuria > 10 gram/ hari
o Tidak ada edema

Edema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang


biasanya mendahui kematian
HIPERTENSI KRONIS YANG
DIPERPARAH OLEH SINDROM
PREEKLAMSI
HIPERTENSI KRONIS YANG DIPERPARAH
OLEH SINDROM PREEKLAMSI

Preeklamsia atau eklamsia yang menyerang perempuan hamil penderita


hipertensi kronis.

Diagnosis:
 Proteinuria awitan-baru ≥ 300mg/24 jam pada
perempuan hipertensi, tetapi tidak ditemukan
proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.
 Peningkatan mendadak proteinuria atau tekanan darah
atau trombosit <100.000 pada perempuan yang
mengalami hipertensi dan proteinuria sebelum
kehamilan 20 minggu.
HIPERTENSI KRONIS YANG DIPERPARAH
OLEH SINDROM PREEKLAMSI

Penyakit ini dapat menyulitkan diagnosis dan tatalaksana pada


perempuan yang baru pertama kali memeriksakan kehamilan
setelah pertengahan gestasi.
Karena tekanan darah normalnya menurun pada trimester kedua
dan awal trimester ketiga baik pada perempuan normotensif
maupun yang mengalami hipertensi kronis.
Oleh karena itu yang memeriksakan kehamilan pada 20 minggu
gestasi, sering memiliki tekanan darah dalam kisaran normal.
Kemudian selama trimester ketigaseiring dengan kembalinya
tekanan darah ke tekanan asal menyulitkan apakah hipertensi
bersifat kronis atau dicetuskan oleh kehamilan.
PRE-EKLAMSIA
PRE-EKLAMSIA

Timbulnya hipertensi (TDS ≥ 140 dan atau TDD ≥90)


yang dapat disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah
umur kehamilan 20 minggu sampai berlangsung 3 bulan
pascapersalinan.

Proteinuria didefinisikan sebagai:


• Eksresi protein dalam urin ≥ 300mg / 24 jam.
• Rasio protein:kreatinin urin ≥ 0,3.
• Protein 30mg/dl (+1 dipstick) dalam sampel acak urin secara menetap.
EPIDEMIOLOGI FAKTOR RESIKO

Menurut survey tahun 2014, • Primigravida


preeklamsi menyumbangkan 24% • Multipel gestasi
angka kematian ibu di Indonesia. • Usia > 35 tahun
• Riwayat keluarga
dengan preeklamsi
atau eklamsi
• Merokok ketika hamil
PRE-EKLAMSIA
& PRE-EKLAMSIA BERAT
PEMBAGIAN
PRE-EKLAMSIA

Saat ini terdapat pembagian preeklamsi sebagai berikut:


A. Preeklamsi awitan dini (early onset preeclampsia)
Gejala klinis preeklamsi yang pada usi
ditemukan kehamilan < 34 minggu a

B. Preeklamsi awitan lanjut (late onset


preeclampsia) Gejala klinis preeklamsia pada usi
yang ditemukan kehamilan ≥ 34 minggu a
ETIOLOGI
PRE-EKLAMSIA

Penyebab preeklamsia masih belum diketahui pasti. Namun


penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita hamil
yang:
• Terpajan vili korialis pertama kali (primigravida)
• Terpajan vili korialis berlebihan (hiperplasentosis), seperti pada
kehamilan kembar atau mola hidatidosa
• Memiliki dasar penyakit ginjal atau kardiovaskular.
• Mempunyai riwayat preeklamsia/eklamsia dalam keluarga
(secara genetic berisiko untuk mengalami hipertensi dalam
kehamilan)
LANJUTAN……

Preeklamsia merupakan hasil akhir berbagai faktor yang


kemungkinan melibatkan sejumlah faktor pada ibu, plasenta dan
janin. Antara lain:
• Invasi trofoblas abnormal
• Gangguan keseimbangan adaptasi imunologis antara ibu,
plasenta, dan janin.
• Gangguan keseimbangan adaptasi ibu terhadap perubahan
kardiovaskular atau inflamasi dalam kehamilan normal.
• Faktor genetik, termasuk predisposisi gen bawaan dan
juga pengaruh epigenetik
LANJUTAN……

• Pada hari ke – 6/7 post fertilisasi, blastocyst melepaskan diri dari


zona pellucida, karena endometrium mensekresikan protease.
• Karena sudah tidak ada zona pellucida, blastocyst mulai
mensekresikan sitokin (IL-1alfa, IL-1beta dan hormone ( beta-
HCG) yang membuat adanya penerimaan pada endometrium.
• Endometrium menyambut trofoblas dengan menghasilkan LIF
dan CSF-1 sehingga tropoblas meningkatkan produksi protease
dan berimplantasi lebih dalam
LANJUTAN……

• Kemudian setelah hari ke 8 fertilisasi, tropoblas akan mulai


berdeferensiasi menjadi sinsitiotropoblas dan sitotropoblas
• Yang akan menginvasi spiral arteri melalui jalur villous dan
extravillous.
• Yang kemudian akan menginvasi dari spiral arteri
INVASI TROFOBLAS
ABNORMAL
FAKTOR
IMUNOLOGI

• Maladaptasi imunoogi diduga karena rendahnya ekspresi


HLA-G pada jaringan trofoblas ekstravili gangguan
vaskularisasi plasenta
• Peningkatan rasio Th1/Th2  peningkatan produksi sitokin
proinflamatory ( salah satu penyebab jejas endotel)
FAKTOR
ENDOTEL

• Dari stage 1 dan stage 2 yang membuat faktor inflamasi


dilepaskan, hal yang terjadi selanjutnya adalah endothelial
injuri (yang paling berpengaruh adalah TNF a dan IL)
• Selanjutnya menimbulkan stress oksidatif dan
meningkatkan radikal bebas dan menurunkan jumlah nitrit
oxide dan meningkatkan produksi prostaglandin
• Selain itu stress oksidatif juga membuat foam cell dan
menyebabkan teraktivasinya faktor koagulasi sehingga
timbul lah trombositopenia dan pelebaran pembuluh darah
sehingga terdapat edema dan proteinuria
FAKTOR
NUTRISI

• Menurut penelitian, kejadian preeklamsi meningkat 2x lipat


pada kelompok orang yang mengkonsumsi asam askorbat
( vitamin C ) kurang dari 85mg/hari.
• Diduga berhubungan dengan sindrom preeklamsi karena
meningkat pada beberapa keadaan seperti :
• Kekurangan zat/vit antioksidan (C,E,atau beta
karoten)
• Kekurangan kalsium, protein
• Kelebihan garam natrium
FAKTOR
GENETIK

• Lebih dari 70 kandidat gen


yang terkait preeklamsi
• Tetapi hanya 7 yang paling
banyak diteliti yaitu MTHFR ,
F5(leiden), AGT (M235T),
HLA, NOS3(Glu 298 Asp), F2
(G20210A) dan ACE.
• Variasi genetik lainnya
termasuk faktor lingkungan
dan epigenetik sangat
berpengaruh.
DIAGNOSIS
Preeklamsia
Preeklamsi
Diagnosis preeklamsia didasarkan atas timbulnya hipertensi (sistolik antara 140-<160
mmHg dan diastolik antara 90-<110 mmHg) disertai proteinuri (≥300 mg/24 jam,
atau 1+ dipstick)
Preeklamsi berat:
Bila didapatkan 1 atau lebih gejala:
• Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
• Proteinuria >2,0 g/24 jam atau ≥ 2+ pada pemeriksaan carik celup (dipstick)
• Kreatinin serum > 1,2 mg% disertai oliguria (<400ml/24 jam) Preeklamsia atipik: keadaan yang
• Trombosit < 100.000/mm3
sangat jarang ketika seorang
• Angiolisis mikroangiopati (Peningkatan kadar LDH)
• Peningkatan kadar enzim hati (SGOT dan SGPT)
perempuan hamil menunjukan
• Nyeri kepala yang persisten atau gangguan serebral atau visual lainnya semua gejala sindrom diatas tanpa
• Nyeri epigastrik persisten disertai hipertensi dan/atau
• Pertumbuhan janin terhambat proteinuria
• Edema paru disertai sianosis
• Hellp syndrome (H:Hemolysis, EL: Elevated liver enzymes, LP:Low platelet count)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Preeklamsia:
 Urin lengkap
Preeklamsia berat:
 Pemeriksaan Hb, Ht, leukosit, trombosit, dan urin
lengkap
 Pemeriksaan elektrolit Na, K, Ca, dan Cl; kadar glukosa,
Urea N, Kreatinin, SGOT, SGPT, Analisa gas darah, asam
urat darah
 Pemeriksaan CTG
 Pemeriksaan foto rontgen thoraks
TATALAKSANA

PREEKLAMSIA:
Rawat jalan: istirahat cukup (berbaringatau tidur miring), diet cukup
protein, rendah karbohidrat dan lemak, roboransia, dan penderita diminta
datang kembali setiap minggu.
Rawat inap: penderita preeklamsia harus di rawat di RS bila:
Gejala klinis tidak membaik setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan
Timbul salah satu atau lebih gejala dan tanda preeklamsia berat

PREEKLAMSIA BERAT:
Perawatan Konservatif: mempertahankankehamilan bersama
dengan pengobatan medisinal
Perawatan aktif: kehamilan di terminasi/diakhiri setelah pengobatan
medisinal
PERAWATAN
KONSERVATIF

Indikasi: kehamilan preterm (<34 minggu) tanpa disertai


tanda-tanda impending eklamsi dengan keadaan janin baik
 Bila setelah 2 kali 24 jam tidak ada perbaikan maka
keadaan ini dianggap sebagai kegagalan perawatan
konservatif pengobatan medisinal dan sangat dianjurkan
untuk dilakukan terminasi.
 Pemberian MgSO4 dihentikan bila sudah mencapai tanda-
tanda preeklamsi, selambat-lambatnya dalam waktu 24
jam.
MEDIKAMENTOSA
MgSO4
Cara pemberian MgSO4:
Pemberian melalui intravena secara kontinyu (infus dengan infusion pump)
• Dosis Awal
4 gr MgSO4 (10 cc MgSO4 40% atau 20cc MgSO4 20%) dilarutkan kedalam
100cc NaCl/RL, diberikan selama 15-20 menit. (Siapkan cairan NaCl/RL 100cc
selanjutnya dikurangi 10cc bila menggunakan MgSO4 40% atau 20 cc bila
menggunakan MgSO4 20%, kedalam larutan sisa tersebut ditambahkan 10 cc
MgSO4, 40% atau 20cc bila menggunakan MgSO4 20%). Tetesan
±50gtt/menit, akan habis dalam 15-20 menit
• Dosis Pemeliharaan
10 gram (25 cc MgSO4 40%) dalam 500cc cairan RL, (Bila menggunakan
MgSO4 40%, cairan 500 NaCl dikurangi 25cc, selanjutnya ditambahkan 25cc
MgSO4 40%. Bila menggunakan MgSO4 20% cairan 500 NaCl dikurangi
50cc, selanjutnya ditambahkan 50cc MgSO4 20%) diberikan dengan
kecepatan 1-2 gram/jam (20-30 tpm)
MEKANISME
MgS04
Mekanisme Pusat ( central Action )
• Memblokade voltage dependent NMDA
(N-Methyl D-Aspartat) merupakan subtype glutamate
(excitatory) channel receptors
• Mengurangi pelepasan presinaptik dari neurotransmitter glutamate
Mekanisme perifer ( peripheral mechanism )
• Mempengaruhi neuromuscular junction, yang menyebabkan :
• Memblok kalsium yang akan masuk kedalam sel melalui voltage-gate
channel
• Potensiasi Adenosine
• Meningkatkan buffering kalsium pada mitokondria
SYARAT
PEMBERIAN
Syarat Pemberian MgSO4
- Harus Kalsium Glukonas 10% (1 gram
dalam 10 cc) sebagai antidotum MgSO4,
yaitu diberikan IV dalam waktu 3-5 menit
- Refleks patella (+) kuat
- Frekuensi pernafasan ≥16x/menit
- Produksi urin 30cc dalam 1 jam sebelumnya (0,5cc/kgbb/jam)

Sulfas magnesikus dihentikan bila


- Ada tanda tanda itoksikasi
- Setelah 24 jam pascasalin
- Dalam 6 jam pascasalin sudah terjadi perbaikan tekanan darah
ANTIHIPERTENSI

Diberikan terutama bila tekanan darah mencapai:


• Sistolik ≥ 160 mmHg
•Diastolik ≥ 110 mmHg
Dapat diberikan:
• Nifedipin: 10 mg PO dan dapat diulangi setiap 30 menit
(maksimal 120/24 jam) sampai terjadi penurunan MABP 20%.
Selanjutnya diberikan dosis rumatan 3x10mg (tidak
diperkenankan diberikan sublingual)
• Nikardipine diberikan bila tekanan darah ≥180/110 mmHg/
hipertensi emergensi dengan dosis 1 ampul 10mg dalam larutan
50cc per jam atau 2 ampul 10 mg dalam larutan 100cc tpm mikro
drip. (Pelarut ringer laktat dan bikarbonat natrikus tidak dapat
digunakan.)
ANTIHIPERTENSI
LAINNYA
1. Hydralazine
Anti hipertensi yang suka dipakai di united state untuk wanita yang
mengalami hipertensi gestasional.
Hydralazine dimasukkan lewat intravena dengan dosis 5mg dan diikuti 5-
10mg dalam 15-20 menit sekali sampai terdapat efek. Dan limit dosisnya
adalah 30mg
Hidralazin bekerja sebagai muscle relaxan yang berpengaruh pada muscle
tone.

2. Labetalol
Labetolol merupakan golongan beta blocker
Non selective beta blocker dan selektif alfa-1 blocker
Pertama menggunakan dosisi inisial dengan pemberian 20 mg bolus. Apabila
tekanan darah tidak menurun, maka diberikan lagi 20 mg. Lalu 40 mg lalu 80
mg 10 menit berikutnya sampai dosis maksimal 220 mg
PERAW ATAN
AKTIF
Indikasi: bila didapatkan satu/lebih keadaan dibawah ini:
Ibu
• Kehamilan >34 minggu (dengan kortikosteroid selama 2 hari telah
diberikan, dan memberitahu bagian perinatologi sebelum
terminasi kehamilan)
• Adanya gejala impending eklamsi
• Gagal perawatan konservatif
• Kondisi ibu tidak stabil
Janin
• Adanya tanda-tanda gawat janin
• Adanya tanda pertumbuhan janin terhambat
Laboratorik:
• Adanya sindom HELLP
PENGOLAAN
OBSTETRI
CARA TERMINASI KEHAMILAN

Dilakukan induksi persalinan Seksio sesarea


 Bila skor bishop ≥ 6.  Syarat pervaginam tidak terpenuhi
 Bila perlu dilakukan pematangan  Terdapat kontraindikasi persalinan
serviks dengan misoprostol pervaginam
 Induksi persalinan harus sudah  Induksi persalinan gagal
mencapai kala II dalam 24  Terjadi gawat janin
jam.  Kelainan letak
 Bila tidak tercapaiinduksi persalinan  Bila umur kehamilan < 34 minggu
dianggap gagal dan harus disusul
dengan seksio sesarea
TATALAKSAN A
TATALAKSAN A
PENCEGAHAN

1.Modifikasi gaya hidup


Diet rendah garam Pemberian kalsium 1,5-2,0 gram /hari didalam
diet selama kehamilan, terutama di daerah kurang
Suplemen kalsium asupan kalsium
Suplemen minyak ikan Pemberian aspirin dosis rendah sebesar
Olahraga 75mg/hari, dimulai sejak sebelum usia kehamilan
20 minggu
2. Konsumsi obat
Pemberian magnesium sulfat (MgSO4) iv maupun
antihipertensi im merupakan pilihan utama pencegahan dan
pengobatan kejang eklamsia
3. Konsumsi
antioksidan Penderita preeklamsia berat dan eklamsia harus
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
4. Agen sesudah mendapatkan loading dose MgSO4
antitrombotik.
KOMPLIKASI

• Eclampsia
Maternal
• Placental abruption (10%)
• Neurological deficits (7%)
• Aspiration pneumonia (7%)
• Pulmonary edema (5%)
• Cardiovascular problems (4%)
• Intracerebral Hemorrhage
• Acute renal failure (4%)
Death (1%)
Other : hematological changes
(HEELP, DIC, Coagulopathy)
PROGNOSIS…..

Bergantung pada terjadinya eklamsia. Di Negara sudah maju kematian akibat


preeklamsia sebesar +- 5%, namun bila eklamsia terjadi prognosis menjadi kurang
baik .
Kematian akibat eklamsia sebesar +-5%

Prognosis anak bergantung pada keparahan preeklamsia. Kematian perinatal sebesar +-


20% dan sangat dipengaruhi oleh prematuritas

Anda mungkin juga menyukai