Anda di halaman 1dari 51

Analisis Data

Survey Konsumsi
Chica Riska Ashari
Pe m il i h a n M e t od e
Peng u k u r a n Su r v e y
Konsumsi
Pemilihan Metode Survey
Konsumsi
• Masing-masing metode pengukuran konsumsi mempunyai
keunggulan dan kelemahan sehingga tidak ada satu metode
yang paling sempurna untuk satu tujuan survey.
• Akan tetapi untuk setiap tujuan tentunya memiliki salah satu
metode yang paling mendekati.
Informasi yang Diperoleh dari
Survey Konsumsi
• Apa yang dikonsumsi
• Frekuensi konsumsi
• Jumlah yang dikonsumsi
Faktor-Faktor yang Menentukan
Pemilihan Metode Survey Konsumsi
1. Tujuan penelitian
2. Jumlah responden yang diteliti
3. Umur dan jenis kelamin responden
4. Keadaan sosial ekonomi responden
5. Ketersediaan dana dan tenaga
6. Kemampuan tenaga pengumpul data
7. Pendidikan responden
8. Bahasa yang dipergunakan oleh responden sehari-hari
9. Pertimbangan logistic pengumpulan data
Faktor-Faktor yang Menentukan
Pemilihan Metode Survey Konsumsi
1. Tujuan pengumpulan data
2. Karakteristik sasaran
 Kemampuan baca tulis
 Kketersediaan telepon
 Kesediaan bekerja sama
 Usia
 Keadaan fisiologis ( kelompok manula, balita atau ibu hamil dll)
3. Ketersediaan sumberdaya
 Dana
 Sumberdaya manusia (tenaga lapang)
Metode Pengumpulan Data Konsumsi yang
Dianjurkan berdasarkan Tujuan Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data Konsumsi yang Dianjurkan
berdasarkan Tujuan Pengumpulan Data (lanjutan...)
Metode Pengumpulan Data Konsumsi yang Dianjurkan
berdasarkan Tujuan Pengumpulan Data (lanjutan...)
Metode Pengumpulan Data Konsumsi yang Dianjurkan
berdasarkan Tujuan Pengumpulan Data (lanjutan...)
Metode Pengumpulan Data Konsumsi yang Dianjurkan
berdasarkan Tujuan Pengumpulan Data (lanjutan...)
Pengelompokan Metode Pengumpulan Data
Konsumsi Pangan berdasarkan Struktur Penduduk
Pengelompokan Metode Pengumpulan Data Konsumsi
Pangan berdasarkan Struktur Penduduk (lanjutan...)
Pen g ol a h a n , A n a l i si s
da n In t e r p re ta s i D a t a
Hasil Pengukuran
Survey Konsumsi
1. Faktor Konversi
• Setelah data konsumsi diperoleh, maka pengolahan tahap pertama yang dilakukan
adalah konversi dari Ukuran Rumah Tangga ke dalam Ukuran Berat (gram) atau dari
satuan harga ke satuan berat.
• Dalam melakukan konversi tersebut diperlukan berbagai daftar antara lain:
 Daftar komposisi bahan makanan (DKBM)
 Daftar kandungan zat gizi makanan jajanan (DKGJ)
 Daftar konversi berat mentah amsak (DKMM)
 Daftar konversi penyerapan minyak (DKPM)
 Daftar ukuran rumah tangga (DURT)
2. Bagian yang Dapat Dimakan
• Bagian bahan makanan yang tidak dikonsumsi oleh keluarga dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu “refuse” dan “waste”.
• Refuse adalah bagian makanan yang tidak dapat dimakan seperti biji, kulit
telur, kulit, buah, tulang ayam atau ikan, bagian yang keras daru sayur-
sayuran.
• Waste adalah sisa-sisa makanan yang sebenarnya dapat dimakan tapi
dibuang oleh keluarga atau responden.
2. Bagian yang Dapat Dimakan (lanjutan...)

• Banyaknya sisa Waste ini harus diperhitungkan dalam menentukan


banyaknya konsumsi makanan responden.
• Refuse harus diperhitungkan pada saat mengkonversi dari bentuk bahan
makanan ke dalam bentuk zat gizi.
• Pada daftar komposisi bahan makanan biasanya terdapat daftar bagian
yang tidak dapat dimakan pada setiap 100 gram jenis bahan makanan.
• Dengan demikian dapat diperhitungkan berat bagian yang dapat dimakan.
3. Konversi Berat Mentah Masak
• Dalam melakukan pengukuran konsumsi makanan sering dijumpai makanan
dalam bentuk olahan (masak).
• Bahkan seringkali jenis makanan jadi tersebut tidak ditemukan dalam daftar
komposisi makanan jajanan (DKGJ).
• Untuk mengatasi masalah dapat dihitung dengan mengkonversikan makanan
olahan tersebut dalam bentuk makanan mentah.
• Daftar konversi mentah masak (DKMM) yang dibuat oleh Puslitbang Gizi
Bogor (1974) memuat faktor konversi untuk beberapa makanan olahan.
3. Konversi Berat Mentah Masak (lanjutan...)

• Untuk menaksir berat bahan makanan mentah dari makanan olahan


(masak) atau sebaiknya dapat digunakan rumus sebagai berikut:
3. Konversi Berat Mentah Masak (lanjutan...)
4. Kehilangan dan Penambahan Zat Gizi

• Proses pengolahan dan pemasakan bahan makanan banyak berpengaruh terhadap


kandungan gizi bahan makanan tersebut, terutama viatamin dan mineral.
• Tingkat kehilangan zat gizi dipengaruhi berbagai faktor, seperti: pemasakan,
pencucian, penggilingan, kontak dengan udara dan sebagainya. Data mengenai
komposisi zat gizi bahan makanan yang berhubungan dengan berbagai proses
pengolahan tersebut belum cukup tersedia.
• Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa angka-angka yang tercantum dalam daftar
komposisi bahan makanan bukan angka yang mutlak.
4. Kehilangan dan Penambahan Zat Gizi
(lanjutan...)
• Pada saat mengumpulkan data komposisi makanan kepada responden, perlu
ditanyakan dan dicatat secara cermat mengenai cara pengolahan dan
pemasakan dari bahan yang dikonsumsi, sehingga dapat menjadi pertimbangan
dalam melakukan pengolahan data.
• Selain faktor kehilangan zat gizi makanan, juga perlu diperhatikan bahwa pada
makanan masak (makanan jadi) juga terdapat beberapa zat tambahan seperti
minyak yang terserap pada setiap makanan pada saat makanan tersebut diolah
(digoreng, ditumis, dibacem atau lain-lainnya) atau penggunaan santan untuk
makanan tertentu dan sebagainya.
4. Kehilangan dan Penambahan Zat Gizi
(lanjutan...)
• Puslitbang Gizi Bogor (1974) telah megadakan penelitian dan membuat
Daftar Konversi Penyerapan Minyak (DKPM).
• Daftar ini apabila pada DKBM dan DKGJ tidak dijumpai makanan yang
diolah dengan minyak goreng tersebut.
• Untuk menghitung zat gizi makanan tersebut, maka harus dipisahkan
antara berat mentah makanan tersebut dengan minyak goreng yang
digunakan.
4. Kehilangan dan Penambahan Zat Gizi
(lanjutan...)
• Secara umum rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut:
4. Kehilangan dan Penambahan Zat Gizi
(lanjutan...)
• Dalam penilaian konsumsi makanan dimana energi dan lemak menjadi perhatian
utama, maka jumlah penyerapan minyak ini sangat diperlukan.
• Contoh perhitungan penyerapan minyak Apabila diketahui responden mengkonsumsi
50 gram perkedel jagung (BDD) maka untuk menghitung minyak yang diserap, pada
tahap pertama terlebih dahulu dihitung berat mentah jagung seperti berikut:
• Diketahui faktor konversi mentah masak (pada tabel DKMM) untuk perkedel jagung
= 0,9
• Jadi: Berat mentah jagung = 0,9 x 50 gram = 45 gram
4. Kehilangan dan Penambahan Zat Gizi
(lanjutan...)
• Selanjutnya dapat dihitung banyak minyak yang diserap dari perkedel
jagung tersebut, yaitu: diketahui faktor konversi penyerapan minyak (M),
untuk perkedel jagung (pada tabel DKPM) adalah 16,7%.
• Jadi:
5. Ukuran Rumah Tangga
• Ukuran Rumah Tangga adalah satuan jumlah dari bahan makanan atau makanan yang
dinyatakan dalam ukuran peralatan yang digunakan di rumah tangga sehari-hari, seperti
piring, sendok, gelas, potongan, buah, ikat dan sebagainya.
• Daftar URT digunakan dalam menaksirkan jumlah bahan makanan, bila ingin
mengkonversi dari URT untuk setiap daerah dan rumah tangga berbeda-beda, oleh karena
itu sebelum menggunakan daftar URT perlu dilakukan koreksi sesuai dengan URT yang
digunakan.
• Terutama untuk ukuranukuran potong, buah, butir, iris, bungkus, biji, batang, ikat dan lain-
lainnya, sehingga informasi dan pencatatan harus dilengkapi dengan besar/kecil ukuran
bahan makanan atau makanan tersebut.
6. Daftar Bahan Makanan Penukar
• Daftar Bahan Makanan Penukar adalah daftar dari bahan makanan dengan
kandungan zat gizi yang relatif sama antara URT dan ukuran berat pada
berbagai golongan bahan makanan, sehingga masing-masing bahan
makanan tersebut dapat ditukarkan.
7. Taksiran Konsumsi ASI (Air Susu Ibu)

• Seringkali penelitian konsumsi makanan dilakukan pada anak usia


dibawah 5 tahun, untuk mengetahui hubungan antara konsumsi dengan
status gizinya.
• Khususnya untuk anak usia di bawah 2 tahun biasanya selain makan
makanan juga masih minum ASI.
• Oleh karena itu, perlu dilakukan penaksiran jumlah ASI yang dikonsumsi
anak tersebut.
An a l is i s Z at G i z i
Analisis Zat Gizi
• Analisis data hasil survey konsumsi dapat dilakukan dengan cara
komputerisasi atau secara manual.
• Setelah diketahui jumlah bahan makanan dan makanan yang dikonsumsi
oleh responden, maka dilakukan perhitungan nilai gizi dan bahan
makanan tersebut.
• Analisis kandungan zat gizi dilakukan dengan menggunakan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM), Daftar Kandungan Zat Gizi
Makanan Jajanan (DKGJ) dan Pedoman Komposisi Air Susu Ibu (ASI).
1. Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM) dan TKPI (Tabel Komposisi Pangan
Indonesia)
• Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) adalah memuat susunan
kandungan zat-zat gizi berbagai jenis bahan makanan atau makanan.
• Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa
penerbit. Digabung tahun 2005 dalam bentuk DKBM. Tahun 2008:
berubah menjadi TKPI (Tabel Komposisi Pangan Indonesia).
• Dinamakan TKPI: karena berisi data semua bahan pangan dan beragam
makanan hasil olahan berbagai Provinsi dan wilayah di Indonesia.
1. Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM) dan TKPI (Tabel Komposisi Pangan
Indonesia) (lanjutan...)
• Pengelompokan makanan Mengacu pada ASEAN Food Composition Tables:
- Penyajian data sesuai prinsip keselarasan.
- Menempatkan suatu makanan menurut penggunaannya.
- Ada yg berupa bahan tunggal dan ada yg terdiri dari beberapa bahan.
• Bedanya dengan DKBM
- DKBM masih harus menghitung BDD
- DKBM belum di beri kode kelompok
- TKPI lebih beragam dan pengelompokan lebih banyak tetapi lebih mudah.
1. Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM) dan TKPI (Tabel Komposisi Pangan
Indonesia) (lanjutan...)
• Zat gizi tersebut meliputi energi, protein, lemak, karbohidrat, beberapa mineral penting
(kalsium, besi) dan vitamin (Vitamin A, Vitamin B, Niasin dan Vitamin C).
• Dalam melakukan analisis zat gizi makanan yang dikonsumsi masyarakat suatu daerah,
seharusnya menggunakan DKBM yang memuat analisis bahan makanan setempat.
Akan tetapi sampai saat ini belum tersedia DKBM dimaksud.
• Untuk itu dapat digunakan DKBM yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Depkes RI
sebagai patokan.
• Hanya dalam penggunaannya masih perlu memperhatikan apakah komposisi bahan
yang digunakan setempat sama dengan yang ada pada DKBM.
1. Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM) dan TKPI (Tabel Komposisi Pangan
Indonesia) (lanjutan...)
• Dalam melakukan analisis zat gizi makanan yang dikonsumsi masyarakat suatu daerah,
seharusnya menggunakan DKBM/TKPI yang memuat analisis bahan makanan setempat.
Tetapi belum ada.
• Untuk itu dapat digunakan DKBM/TKPI yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Depkes
RI sebagai patokan.
• Hanya dalam penggunaannya masih perlu memperhatikan apakah komposisi bahan yang
digunakan setempat sama dengan yang ada pada DKBM/TKPI.
• Selain itu perlu dipahami bahwa angk-angka kandungan zat gizi dalam bahan makanan
setiap tempat tidaklah sama.
• Perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor keadaan tanah, cara budidaya,
varietas, tingkat kematangan, cara pengolahan, cara penyimpanan, dan sebagainya.
1. Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM) dan TKPI (Tabel Komposisi Pangan
Indonesia) (lanjutan...)
• Kelemahan DKBM/TKPI, antara lain:
1. Banyak jenis bahan makanan atau makanan yang tidak dijumpai dalam DKBM, karena
banyaknya varietas bahan makanan di Indonesia. Oleh karena itu, untuk analisis bahan
makanan tersebut dilakukan dengan mengambil jenis bahan makanan yang relative sama.
2. Unsur-unsur perbedaan pengolahan bahan makanan, sebagai penyebab perbedaan
kandungan zat gizi tidak tergambarkan dengan jelas pada DKBM.
3. Adanya kemungkinan kesalahan teknis dalam penganalisaaan bahan makanan di
laboratorium.
2. Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan
Jajanan(DKGJ)
• DKGJ adalah daftar yang memuat angka-angka kandungan zat gizi berbagai
jenis makanan jajanan.
• Hardiansyah dan Dodik Briawan (1990) telah membuat rangkuman
berbagai jenis makanan jajanan yang dijumpai di berbagai daerah di
Indonesia, akan tetapi baru sebagian kecil dari keanekaragamaman makanan
jajanan tersebut telah dianalisis kandungan zat gizinya.
• Rangkuman tersebut diperoleh dari berbagai sumber hasil penelitian.
2. Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan
Jajanan(DKGJ) (lanjutan...)
• DKGJ adalah daftar yang memuat angka-angka kandungan zat gizi berbagai
jenis makanan jajanan.
• Hardiansyah dan Dodik Briawan (1990) telah membuat rangkuman
berbagai jenis makanan jajanan yang dijumpai di berbagai daerah di
Indonesia, akan tetapi baru sebagian kecil dari keanekaragamaman makanan
jajanan tersebut telah dianalisis kandungan zat gizinya.
• Rangkuman tersebut diperoleh dari berbagai sumber hasil penelitian.
2. Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan
Jajanan(DKGJ) (lanjutan...)
• DKGJ dibuat tersendiri, digabung dengan DKBM yang sudah ada. Pemisahan ini
dilakukan dengan alasan sebagai berikut:
1. Makanan jajanan merupakan campuran dari berbagai bahan makanan yang dianalisis secara
bersamaan dalam bentuk olahan.
2. Dalam DGKJ susunan zat-zat gizi tercantum dalams atuan gram. Bagian yang dapat dimakan (BDD),
menurut ukuran rumah tangga masingmasing (buah, bungkus, potong, iris, porsi dan sebagainya)
sehingga tidak perlu lagi dicantumkan kolom BDD.
3. DGKJ hanya memuat kandungan energi dan Sembilan jenis zat gizi yaitu
protein, lemak, karbohidrat, kalsium, besi (Fe), vitamin A, vitamin C,
vitamin B1 dan air.
2. Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan
Jajanan(DKGJ) (lanjutan...)
• Apabila akan menghitung kandungan zat gizi suatu makanan jajanan yang
dikonsumsi responden, dengan menggunakan DKGJ, maka rumus yang
digunakan sebagai berikut:
2. Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan
Jajanan(DKGJ) (lanjutan...)
• Contoh perhitungan:
Misalnya seseorang mengkonsumsi kue kroket satu buah seberat 50 gram.
Untuk menghitung kandungan protein kroket tersebut:
2. Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan
Jajanan(DKGJ) (lanjutan...)
• Catatan: bila diketahui berat kroket pada tabel DKGJ adalah 25 gram dan
kandungan protein kroket tersebut 1,2 gram.
• Sebagian besar makanan jajanan di Indonesia dihasilkan oleh berbagai
industry rumah tangga, sehingga terdapat variasi antar daerah, oleh karena
itu dalam menghitung kandungan gizi makanan jajanan dengan DKGJ
perlu diperhitungkan bahwa ukuran berat makanan jajanan tidaklah sama
dan ukuran yang dipergunakan adalah gram bukan URT.
3. Komposisi Air Susu Ibu
• Komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu.
• Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah:
a) Stadium laktasi
b) Ras
c) Keadaan gizi
d) Diet
a) Stadium Laktasi
• Stadium laktasi terdiri dari taiga tingkatan, yaitu kolostrum, ASI transisi,
dan ASI mature.
• Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamma.
• Kolostrum ini berlangsung sekitar 3 sampai 4 hari setelah ASI pertama
kali
keluar.
a) Stadium Laktasi (lanjutan...)
• ASI transisi adalah peralihan dari kolostrum sampai menjadi mature, ASI
peralihan berlangsung dari hari keempat sampai hari kesepuluh dari masa
laktasi.
• Pendapat lain menyatakan bahwa peralihan mulai hari keempat sampai
minggu ketiga atau keempat.
• ASI mature adalah ASI yang disekresi pada hari kesepuluh atau setelah
minggu ketiga sampai keempat dan seterusnya.
b) Pengaruh Ras terhadap
komposisi ASI
• Suku bangsa (ras) juga mempengaruhi susunan zat gizi ASI.
• Hal ini disebabkan oleh keadaan ekonomi dan budaya.
• Kebiasaan makan dan pola hidup ibu-ibu disetiap negara tidaklah sama.
c) Pengaruh Keadaan Gizi pada
Komposisi ASI
• Beberapa penelitian menyatakan bahwa konsumsi protein yang baik pada
ibu
yang menyusui dapat meningkatkan konsentrasi protein ASI.
• Demikian juga untuk kadar lemak, vitamin B6 dan sebagainya.
c) Pengaruh Diet pada Komposisi
ASI
• Diet dalam hal ini artinya membatasi asupan.
• Jika ibu menyusui membatasi asupannya, maka yang terjadi adalah
komposisi ASI tidak maksimal sehingga bayi pun akan mendapatkan
asupan gizi yang tidak maksimal.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai