Anda di halaman 1dari 34

TEORI BELAJAR DAN

PEMBELAJARAN
FAJRIKA WAHYUNI
NIM. 19322005
PPG DALJAB KEMENAG 2019
1. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
A. Pengertian Belajar Menurut Teori
Behavioristik

Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat


dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat
menunjukkan perubahan tingkah lakunya
STIMU apa saja yang diberikan guru kepada siswa

misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman


kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu

LUS belajar siswa

RESPO ●
reaksi atau tanggapan siswa
terhadap stimulus yang diberikan

N oleh guru
B. Tokoh-Tokoh Aliran Behavioristik
1. Teori Belajar Menurut Edward Lee
Thorndike (1874-1949)

PENGUATAN
STIMULUS PROSES RESPON

PENGUATAN
Kelebihan Teori Belajar Thorndike
• Dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu
permasalahan, anak didik akan memiliki sebuah pengalaman yang
berharga. Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah, akan
membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapinya. 
• Teori ini sering juga disebut dengan teori trial dan error  dalam
teori ini orang yang bisa menguasai hubungan stimulus dan respon
sebanyak- banyaknya sehingga orang akan terbiasa berpikir dan
terbiasa mengembangkan pikirannya.
• Teori ini mengarahkan anak untuk berfikir linier dan konvergen.
Belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu
membawa anak menuju atau mencapai target tertentu
• Membantu  guru dalam menyelesaikan indikator pembelajaran
Matematika.
Kekurangan teori belajar Thorndike
• Teori ini sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks,
sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau
belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan antara stimulus dan
respon. 
• Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan
amtara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang
menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan
responnya.
• Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka
disamakan dengan hewan. Meskipun banyak tingkah laku manusia yang
otomatis, tetapi tidak selalu bahwa tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi
secara trial and error. Trial and error tidak berlaku mutlak bagi manusia.  
• Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan
respon. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi
tersebut dengan latihan – latihan, atau ulangan – ulangan yang terus – menerus. 
• Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka pengertian tidak
dipandangnya sebagai suatu yang pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan
pengertian sebagai unsur yang pokok dalam belajar. 
2. Teori Belajar Menurut Watson (1878-
1958)
Emosi manusia yang Pavlov mendemonstrasikan
fundamental (yang tidak hewan dapat merespon tingkah
dipelajari) adalah ketakutan, laku melalui pengkondisian
kemarahan dan cinta

perasaan-perasaan ini dapat Manusia juga dapat dikondisikan


melekat pada objek melalui untuk menghasilkan respons fisik
pengondisian stimulus-respons terhadap objek dan peristiwa

Perasaan-perasaan ini dapat Siapapun terlepas dari


melekat pada objek melalui sifatnya, dapat dilatih
pengondisian stimulus-respons menjadi apapun
3. Teori Belajar Menurut Clark Leaonard Hull (1884-
1952)

Mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan


kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi
sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus
dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan
kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul
mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.  Dalam
kenyataannya, teori-teori demikian tidak banyak digunakan
dalam kehidupan praktis, terutama setelah Skinner
memperkenalkan teorinya.  Namun teori ini masih sering
dipergunakan dalam berbagai eksprimen di laboratorium.
4. Teori Belajar Menurut Edwin Ray Guthrie (1886-
1959)

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti.


Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu
gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti
oleh gerakan yang sama. Hukum kontiguiti adalah satu
prinsip asosionisme yaitu respon atas suatu situasi
cendrung diulang, bilamana individu menghadapi suatu
yang sama. Kunci teori guthrie terletak pada prinsip tunggal
bahwa kontiguitas merupakan fondasi pembelajaran. 
Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment)
memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan
mampu mengubah tingkah laku seseorang.

Contoh, seorang anak perempuan yang setiap kali


pulang dari sekolah, selalu mencampakkan baju dan
topinya di lantai. Kemudian ibunya menyuruh agar
baju dan topik dipakai kembali oleh anaknya, lalu
kembali keluar, dan masuk rumah kembali sambil
menggantungkan topi dan bajunya di tempat
gantungannya. Setelah beberapa kali melakukan hal
itu, respons menggantung topi dan baju menjadi
terasosiasi dengan stimulus memasuki rumah
5. Teori Belajar Menurut Burrhusm
Frederic Skinner (1904-1990)

Menurut Skinner, hubungan antara stimulus


dan respon yang terjadi melalui interaksi
dalam lingkungannya akan menimbulkan
perubahan tingkah laku.
• Kelebihan • Kekurangan

Tanpa adanya sistem hukuman


Pada teori ini, pendidik akan dimungkinkan akan dapat
diarahkan untuk menghargai membuat anak didik menjadi
setiap anak didiknya. hal ini kurang mengerti tentang sebuah
ditunjukkan dengan kedisiplinan. hal tersebuat akan
dihilangkannya sistem menyulitkan lancarnya kegiatan
belajar-mengajar. Dengan
hukuman. Hal itu didukung
melaksanakan mastery learning,
dengan adanya pembentukan tugas guru akan menjadi semakin
lingkungan yang baik sehingga berat.
dimungkinkan akan Beberapa Kekeliruan dalam
meminimalkan terjadinya penerapan teori Skinner adalah
kesalahan. penggunaan hukuman sebagai salah
satu cara untuk mendisiplinkan
siswa. Menurut Skinner hukuman
yang baik adalah anak merasakan
sendiri konsekuensi dari
perbuatannya.
2. TEORI BELAJAR KOGNITIF
A. Pengertian Belajar menurut Teori Kognitif

Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana otak


manusia, yang merupakan jaringan paling hebat untuk
memproses dan mengintepretasikan informasi yang
digunakan oleh manusia pada saat mempelajari
berbagai hal.
Secara umum, teori belajar kognitif dapat dibagi dalam
2 bagian besar yang lebih spesifik, yaitu: Teori kognitif
social dan Teori kognitif behavioral atau perilaku.
TEORI BELAJAR
KOGNITIF

Teori Kognitif
Teori Kognitif
Behavioral
Sosial (perilaku)

Faktor perilaku.

Perhatian

Faktor lingkungan atau ●
Ingatan
disebut juga faktor
ekstrinsik.

Persepsi

Faktor personal atau dikenal ●
Bahasa
juga sebagai faktor intrinsik. ●
Metakognisi
B. Tokoh-Tokoh Aliran Kognitif
1. Jean Piaget (1896–1980)

Menurut Piaget,  bahwa belajar akan lebih berhasil apabila


disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif  peserta
didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang
oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
 pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada  peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan  berbagai hal dari lingkungan.
Pieget membagi proses belajar menjadi
3,yaitu :

Asimilasi Akomodasi Equilibrasi


Proses Proses Proses
penyesuaian
pengintgrasian penyesuaian
yang
informasi baru antara struktur
berkesinambun
ke struktur kognitif ke gan antara
kognitif yang dalam situasi asimilasi dan
sudah ada yang baru akomodasi
2. Jarome Bruner
Menurut Bruner untuk mengajarkan sesuatu
tidak usah menunggu sampai anak mancapai
tahap perkembangan tertentu. Yang penting
bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka
dapat diberikan padanya. Dengan kata lain,
perkembangan kognitif seseorang dapat
ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang
akan dipelajari dan menyajikannya sesuai
dengan tingkat perkembangannya
Menurut bruner ada 3 tahap dalam
perkembangan kognitif, yaitu

Enaktif
Usaha/kegiatan untuk mengenali dan memahami

lingkungan dengan observasi,  pengalaman terhadap


suatu realita

Ikonik Siswa melihat dunia dengan melalui


gambar-gambar dan visualaisasi verba

Simbolik
Siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak

dipengaruhi oleh  bahasa dan logika dan penggunaan


symbol.
3. Ausebel 

Proses belajar terjadi jika siswa mampu


mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya
dengan pengetahuan baru ( belajar menjadi
bermakna / meaning full learning )
Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap :

1. Memperhatikan stimulus yang diberikan.


2. Memahami makna stimulus menyimpan dan
menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Penerapan Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran

1. Belajar tidak harus berpusat pada guru tetapi peserta didik harus lebih aktif.
Oleh karenanya peserta didik harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu
yang dipelajarinya. Konsekwensinya materi yang dipelajari harus menarik minat
belajar peserta didik dan menantangnya sehingga mereka asyik dan terlibat
dalam proses pembelajaran.
2. Bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama.
Peserta didik akan sulit memahami bahan pelajaran Jika frekuensi belajar hitung
loncat-loncat. Bagi anak SD pengoperasian suatu penjumlahan harus
menggunakan benda-benda terutama di kelas-kelas awal karena tahap
perkembangan berpikir mereka baru mencapai tahap operasi konkret.
3. Dalam proses pembelajaran guru harus memperhatikan tahapan perkembangan
kognitif peserta didik. Materi dirancang sesuai dengan tahapan perkembangan
kognitif itu dan harus merangsang kemampuan berpikir mereka.
4. Belajar harus berpusat pada peserta didik karena peserta didik melihat sesuatu
berdasarkan dirinya sendiri. Untuk terjadinya proses belajar harus tidak ada
proses paksaan agar sifat egosentrisnya tidak terbunuh
3.TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
A. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivistik

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai


pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan
mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan
gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan
kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan
seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih
dinamis.
23
PEMBENTUKAN PENGETAHUAN BARU
MENURUT KONTRUKTIVISME
Pendekatan konstruktivisme mempunyai
beberapa konsep umum seperti:

• Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.


• Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri
pengetahuan mereka.
• Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui
proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan
pembelajaran terbaru.
• Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan
dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan
pemahamannya yang sudah ada.
• Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama.
Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya
tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
• Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan
pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.
B. Tokoh-Tokoh Aliran Konstruktivistik
1. Teori Belajar Konstruktivistik Jean Piaget

 Penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan


teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan,
(Dahar, 1989: 159).
 Peran guru adalah sebagai fasilitator atau moderator.
 Pandangan konstruktivistik dilandasi oleh teori Piaget tentang
skema, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.
 Ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak, dengan
kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang
dimilikinya.
2. Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky

Ratumanan (2004:45) mengemukakan bahwa karya


Vygotsky didasarkan pada dua ide utama. Pertama,
perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila
ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman
anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem-
sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang
diciptakan oleh budaya untuk membantu orang
berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah,
dengan demikian  perkembangan kognitif anak
mensyaratkan sistem  komunikasi budaya dan belajar
menggunakan sistem-sistem ini  untuk menyesuaikan
proses-proses berfikir diri sendiri.
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
TEORI KONTRUKTIVISME
KEUNGGULAN KELEMAHAN
 Memberikan kesempatan kepada siswa  Guru merasa kesulitan memberikan
untuk mengungkapkan gagasan contoh-contoh konkrit dan realistik
dalam proses pembelajaran.
 Memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah  Guru tidak ingin berubah dalam
dimiliki siswa. menggunakan model pembelajaran.
 Memberi siswa kesempatan untuk  Guru berpikir bahwa pembelajaran
berpikir tentang pengalamannya. konstruktivisme memerlukan lebih
banyak waktu.
 Memberi kesempatan kepada siswa
untuk mencoba gagasan baru.  Sarana dan prasarana kurang
mendukung pembelajaran model
 Mendorong siswa untuk memikirkan konstruktivisme.
perubahan gagasan mereka setelah
menyadari kemajuan mereka.  Terlalu banyak bidang studi yang harus
dipelajari dalam kurikulum.
 Siswa yang berkemahiran sosial boleh
bekerjasama dengan orang lain dalam
menghadapi masalah.
C. Aplikasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran :

• Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-


fakta lepas yang sudah ditetapkan, dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengmbangkan ide-idenya
secara lebih bebas.
• Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk
membuat hubungan ide-ide  atau gagasan-gagasan, kemudian
memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat
kesimpulan-kesimpulan.
• Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa
dunia adalah kompleks, dimana terjadi bermacam-macam
pandangan  tentang kebenaran yang datangnya dari berbagai
interpretasi.
• Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaianya 
merupakan suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak
teratur, dan tidak mudah dikelola. 
4. TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Teori belajar humanistik merupakan teori belajar yang menganggap bahwa tingkah
laku individu ditentukan oleh individu sendiri bukan orang lain (Mustaqim, 2004:61)

Pada dasarnya teori humanistic ini memiliki tujuan belajar untuk memanusiakan
manusia. Oleh karena itu, proses belajar dapat dianggap berhasil apabila siswa telah
memahami lingkungannya.

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus


berhulu dan bermuara  pada manusia itu sendiri
A. Tokoh – Tokoh Aliran Humanistik
1. Carl Rogers (Sukardjo, 2010),

yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah


pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan
pembelajaran, yaitu:
• Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk
belajar. Siswa tidak harus belajar hal-hal yang tidak ada artinya.
• Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
• Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan
bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
• Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti
belajar tentang proses.
2. Arthur Comb

• Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi


individu.
• Sebagai contoh, anak tidak bisa matematika atau
sejarah bukan karena bodoh, tetapi karena
mereka merasa sebenarnya tidak mempunyai
alasan penting untuk mempelajarinya atau tidak
berarti apa-apa bagi mereka.
Aplikasi teori humanistik

Peran guru dalam pembelajaran Siswa berperan sebagai pelaku utama


humanistic adalah menjadi fasilitator yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan siswa
bagi para siswa, guru memberikan
memahami potensi diri,
motivasi, kesadaran mengenai makna
mengembangkan potensi dirinya secara
belajar dalam kehidupan siswa. Guru positif dan meminimalkan potensi diri
memfasilitasi pengalaman belajar yang bersifat negatif.
kepada siswa dan mendampingi siswa Tujuan pembelajaran lebih kepada
memperoleh tujuan pembelajaran. proses belajarnya daripada hasil belajar.
KESIMPULAN
• Teori behavioristik dalam pembelajaran : kegiatan belajar ditekankan
sebagai aktifitas ”mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari , pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil.
• Teori kognitif dalam pembelajaran : kegiatan siswa aktif sangat diperlukan ,
untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan
pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa,
materi disusun dari sederhana ke kompleks serta perbedaan individual
perlu diperhatikan karna sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
• Teori kontruktivistik dalam pembelajaran adalah : memebebaskan siswa
terbelanggu kurikulum, dan membebaskan siswa untuk mengembangkan
ide idenya, dan mengkaji pesan penting bahwa dunia adalah kompleks
(terdapat bermacam pandangan tentang kebenaran dari berbagai
interpretasi)
• Teori humanistik dalamkegiatan pembelajaran cendrung mendorong siswa
untuk berfikir induktif, teori ini juga amat mementingkan pengalaman dan
keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai