Anda di halaman 1dari 59

Pemeriksaan

fisik
Kelompok 1

Muhammad Izdan Arrasyid (17250201001)


Ines Yulianti (17250201002)
Shevia Vera Putri Ariani (17250201003)
Putri Yuliansari (17250201004)
Lutfi Nur Aulia Hadi (17250201005)
Dinda Ayu Agustin (17250201006)
Puji Rahayu (17250201007)
Dita Amalia Yulianti (17250201008)
Anisya Zulfi Rahmawati (17250201009)
Indria Setyo Pratama Putri (17250201010)
Diah Tri Herawati (17250201011
A. Konsep Teori Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung


rambut sampai ujung kaki pada setiap system tubuh yang
memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis.
Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan
terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap
terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005).

3
Salah satu keterampilan yang paling penting saat
berhadapan dengan pasien adalah kemampuan anamnesa
dan melakukan pemeriksaan fisik, sehingga bisa
menyingkirkan different diagnosis (dd) yang kemudian
menegakkan diagnosis.

4
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan ketika
melakukan anamnesa kepada pasien
1. Identitas Pasien, sebelum memulai anamnesa kepada seorang
pasien, pastikan bahwa identitasnya sesuai dengan catatan
medis yang dibawa.
2. Privasi pasien yang berhadapan dengan kita merupakan orang
terpenting saat itu. Oleh karena itu, pastikan bahwa anamnesa
dilakukan ditempat yang tertutup dan menjaga kerahasiaan
pasien. Terlebih ketika kita melakukan pemeriksaan fisik pada
bagian tertentu.
3. Pendamping, hadirkan pendamping pasien dan pendamping
kita (paramedis). Hal ini dibutuhkan untuk menghindari hal-hal
yang mungkin kurang baik untuk pasien dan juga untuk kita
terutama ketika pemeriksa dan pasiennya berlainan jenis
kelamin. Selain itu, pendamping pasien juga bisa membantu
memperjelas informasi yang kita butuhkan
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan ketika
melakukan anamnesa kepada pasien

. 4. Aseptic dan disinfeksi, tangan adalah perantara


penularan kuman dari satu pasien ke pasien yang lain.
Untuk itu, sebaiknya kita mencuci tangan sebelum atau
sesudah memeriksa seorang pasien agar tidak terjadi
penularan antar pasien. Pastikan juga stetoskop dan
pakaian, seperti jas , didisinfeksi secara teratur

6
B. Tujuan Pemeriksaan Fisik

1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.

2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal


data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.

3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa


keperawatan.

4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status


kesehatan klien dan penatalaksanaan.

5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.


C. Manfaat Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaaan fisik memiliki banyak manfaat baik dari


perawat sendiri maupun bagi profesi kesehatan yang lain di
antaranya :

1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam


menegakkan diagnose keperawatan.

2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.

3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan


yang tepat

4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan


keperawatan
D. Metode atau Teknik-teknik Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi

 Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan


indera penglihatan, pendengaran dan penciuman.
inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu
pasien

 Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran


tubuh, warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan
penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh
satu dengan bagian tubuh lainnya.
2. Palpasi

 Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan


indera peraba dengan meletakkan tangan pada bagian
tubuh yang dapat di jangkau tangan. (Laura A.Talbot dan
Mary Meyers, 1997).

 Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan


indera peraba ; tangan dan jari-jari, untuk
mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti:
temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan
penonjolan.(Dewi Sartika,2010). Hal yang di deteksi
adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi,
pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.
3. Perkusi

 Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk


bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan
dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan
menghasilkan suara, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan dan
membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur
di bawahnya.. (Dewi Sartika, 2010).

4. Auskultasi

 Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan


dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh
tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi
jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010).
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang
harus di perhatikan, yaitu sebagai berikut :

 Kontrol infeksi

Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril,


memasang masker, dan membantu klien mengenakan baju
periksa jika ada.

 Kontrol lingkungan

Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat,


dan cukup penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik
baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri. Misalnya
menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy
klien.
Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :

1. Head to toe (kepala ke kaki)


Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara
berurutan sampai ke kaki. Mulai dari : keadaan umum, tanda-
tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan
tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal,
punggung, genetalia, rectum, ektremitas.
 
2. ROS (Review of System atau sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh,
yaitu : keadaan umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem
kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan,
sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen,
sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat
untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat
perhatian khusus.
3. Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982
Pemeriksa mengumpulkan data secara sistematis dengan
mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan
pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi : persepsi
kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola
metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola
perseptual, peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan,
seksualitas-pola reproduksi, koping-pola toleransi stress, nilai-
pola keyakinan.
 
4. DOENGOES (1993)
Mencakup : aktivitas atau istirahat, sirkulasi, integritas ego,
eliminasi, makanan dan cairan, hygiene, neurosensori, nyeri
atau ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan, seksualitas,
interaksi sosial, penyuluhan atau pembelajaran.
E. Indikasi Pemeriksaan Fisik

Mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada :

 Klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan


untuk di rawat.

 Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.

 Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.


F. Prosedur Pemeriksaan Fisik
a. Persiapan
1. Alat
Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop,
Tensimeter/spighnomanometer, Thermometer,
Arloji/stopwatch, Refleks Hammer, Otoskop, Handschoon
bersih ( jika perlu), tissue, buku catatan perawat. Alat
diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di periksa.

2. Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup
penerangan. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem
untuk menjaga privacy klien.

3. Klien (fisik dan fisiologis)


Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan
klien untuk rileks.
b. Prosedur Pemeriksaan

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur

3. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan


klien dan pasang handschoen bila di perlukan

4. Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status


mental dan nutrisi
Posisi klien : duduk/berbaring
Cara : inspeksi

• Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal :


Kesadaran penuh, Ekspresi sesuai, tidak ada menahan
nyeri/ sulit bernafas)
• Tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal :) Relaks, tidak
ada tanda-tanda cemas/takut)
• Jenis kelamin
• Usia dan Gender
• Tahapan perkembangan
• TB, BB ( Normal : BMI dalam batas normal)
• Kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau)
• Cara berpakaian (Normal : Benar/ tidak terbalik)
• Postur dan cara berjalan
• Bentuk dan ukuran tubuh
• Cara bicara. (Relaks, lancar, tidak gugup)
• Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.
• Dokumentasikan hasil pemeriksaan
 
Pengukuran Tanda Vital

Posisi klien : duduk/ berbaring


1.Suhu tubuh (Normal : 36,5-37,50c)
Tabel 1.1 BATASAN NORMAL PEMERIKSAAN SUHU

Usia Suhu (Derajat Celcius)


3 bulan 37,5

1 tahun 37,7

3 tahun 37,2

5 tahun 37,0

7 tahun 36,8

9 tahun 36,7

13 tahun 36,6

19
Pengukuran Tanda Vital

2.Tekanan darah (Normal : 120/80 mmHg)


Tabel 1.2 BATASAN NORMAL TEKANAN DARAH
Umur Tekanan sistolik/disatolik (mmHg)

1 bulan 86/54

6 bulan 90/60

1 tahun 96/65

2 tahun 99/65

4 tahun 99/65

6 tahun 100/60

8 tahun 105/60

10 tahun 110/60

12 tahun 115/60

14 tahun 118/60

16 tahun 120/65

20
Pengukuran Tanda Vital

3.Nadi
•Frekuensi = Normal : 60-100x/menit ; Takikardia: >100 ;
Bradikardia: <6 span="">
•Keteraturan= Normal : teratur
•Kekuatan= 0: Tidak ada denyutan; 1+:denyutan kurang teraba; 2+:
Denyutan mudah teraba, tak mudah lenyap; 3+: denyutan kuat
dan mudah teraba.
Tabel 1.3 BATASAN NORMAL NADI
Usia Denyut nadi (x/permenit)

Balita 120-160

Anak 90 – 140

Pra sekolah 80 – 110

Sekolah 75 – 100

Remaja 60 – 90

Dewasa 60­-100

21
I.Pengukuran Tanda Vital
4. Pernafasan
•Frekuensi: Normal= 15-20x /menit; >20: Takipnea; <15 bradipnea="" span="">
•Keteraturan= Normal : teratur
•Kedalaman: dalam/dangkal
•Penggunaan otot bantu pernafasan: Normal : tidak ada.
Setelah diadakan pemeriksaan tanda-tanda vital evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat.

Tabel 1.3 BATASAN NORMAL PERNAFASAN


Usia Frekuensi (x/menit)

Balita 30 – 60

Anak 30 – 50

Pra sekolah 25 – 32

Sekolah 20 – 30

Remaja 16 – 19

Dewasa 12 – 20

22
II. Pengukuran kulit dan kuku

>Tujuan :
1.Mengetahui kondisi kulit dan kuku
2.Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan
setempat, dan hidrasi.

>Persiapan
1.Posisi klien: duduk/ berbaring
2.Pencahayaan yang cukup/lampu
3.Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)

>Prosedur Pelaksanaan
a)Pemeriksaan kulit
•Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat,
sianosis, dan ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
• Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan,
turgor kulit, dan edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.

Setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang di


dapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

23
b) Pemeriksaan kuku

•Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku


Normal: bersih, bentuk normal tidak ada tanda-tanda jari
tabuh (clubbing finger), tidak ikterik/sianosis.

•Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian


kapiler).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
Setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

24
III.Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga,
hidung, mulut dan leher
Posisi klien : duduk , untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher perawat
berhadapan dengan klien.
1)Pemeriksaan kepala
> Tujuan :
*Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
*Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
> Persiapan alat
*Lampu
*Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)

25
> Prosedur Pelaksanaan
*Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya
lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna,
rambut, jumlah dan distribusi rambut.
*Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan
tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering).
*Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur
rambut.· Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan,
rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.
Setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat.

26
2. Pemeriksaan wajah
> Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
> Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik,
simetris.
> Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
> Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
Setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.

27
3. Pemeriksaan mata
> Tujuan :
a) Mengetahui bentuk dan fungsi mata
b) Mengetahui adanya kelainan pada mata.
> Persiapan alat :
a) Senter Kecil
b) Surat kabar atau majalah
c) Kartu Snellen
d) Penutup Mata
e) Sarung tangan

28
> Prosedur Pelaksanaan
• Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,
kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera
(anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon
terhadap cahaya.
• Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna
konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.
• Tes Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain.
Tajam penglihatan tersebut merupakan derajat persepsi deteil dan kontour
beda.

29
4. Pemeriksaan telinga
> Tujuan :
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi
pendengaran.
> Persiapan Alat :
a) Arloji berjarum detik
b) Garpu talaSpeculum telinga
c) Lampu kepala
• Prosedur Pelaksanaan :
• Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga,
warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar.
• Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama
dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.

30
> Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
> Normal: tidak ada nyeri tekan.
Setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.
5. Pemeriksan hidung dan sinus
> Tujuan :
a) Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
b) Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi
> Persiapan Alat :
a) Spekulum hidung
b) Senter kecil
c) Lampu penerang
d) Sarung tangan (jika perlu)

31
> Prosedur Pelaksanaan :
• Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga,
hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi,
tanda2 infeksi).
• Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak
ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
• Palpasi dan Perkusi frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum
deviasi).
• Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
Setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.

32
6. Pemeriksaan mulut dan bibir
> Tujuan :
a) Mengetahui bentuk kelainan mulut.
> Persiapan Alat :
a) Senter kecil
b) Sudip lidah
c) Sarung tangan bersih
d) Kasa
> Prosedur Pelaksanaan :
• Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur , lesi,
dan stomatitis.
• Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan
stomatitis.

33
• Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi palsu,
perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit2.
• Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi,
tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh
dan tidak ada tanda infeksi.
Setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.
7. Pemeriksaan leher
> Tujuan :
a) Menentukan struktur integritas leher
b) Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
c) Memeriksa system limfatik
> Persiapan Alat :
a) Stetoskop

34
Prosedur Pelaksanaan :

- Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.

- Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk
simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.

- Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi.

- Normal: arteri karotis terdengar.

- Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas,


konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe
(letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak,
terlihat/ teraba).

35
- Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada
pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.

- Auskultasi : bising pembuluh darah.

Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang di dapat dengan


membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.

36
IV. Pemeriksaan dada( dada dan punggung)
Posisi klien: berdiri, duduk dan berbaring
Cara/prosedur:

a) System pernafasan
 Tujuan :

• Mengetahui bentuk, kesimetrisas, ekspansi, keadaan kulit, dan


dinding dada.
• Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan,
• Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, traktil
premitus.

 Persiapan alat :

• Stetoskop
• Penggaris centimeter
• Pensil penada

37
> Prosedur pelaksanaan :

• Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi, irama,


kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan),
warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan.
• Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress
pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis,
tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema.
• Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus.

(perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan angka


“tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak
tangan pada punggung pasien.)

38
• Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda
peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih
teraba jelas.
• Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan
satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi).
• Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian
udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian
padat=hiperesonan (“deng deng deng”), batas jantung=bunyi rensonan----
hilang>>redup.
• Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan
menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium
dan di atas trachea)
• Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal.
Setelah diadakan pemeriksaan dada evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.

39
a) System kardiovaskuler

 Tujuan :
 Mengetahui ketifdak normalan denyut jantung

 Mengetahui ukuran dan bentuk jantug secara kasar

 Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal

 Mendeteksi gangguan kardiovaskuler

 Persiapan alat :
 Stetoskop

 Senter kecil

40
 Prosedur pelaksanaan :

• Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis


• Palpasi: denyutan
• Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.
• Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah samping ke
tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup).
• Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis mid
sterna, pada RIC 4,5,dan 8.
• Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma dan bell
dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung.
• Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub),
tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).

Setelah diadakan pemeriksaan system kardiovaskuler evaluasi hasil yang di


dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

41
Dada dan aksila
> Tujuan :
• Mengetahui adanya masa atau ketidak teraturan dalam jaringan payudara
• Mendeteksi awal adanya kanker payudara.
> Persiapan alat :
• Sarung tangan sekali pakai (jika diperlukan)
> Prosedur pelaksanaan :
• Inspeksi payudara: Integritas kulit
• Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan penyebaran
vena
• Inspeksi dan palpasi aksila: nyeri, perbesaran nodus limfe, konsistensi.
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan aksila evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.

42
V. Pemeriksaan Abdomen (Perut)
Posisi klien: Berbaring
> Tujuan :
• Mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan perut
• Mendengarkan suara peristaltic usus
• Meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan
dalam perut.
> Persiapan :
• Stetoskop
• Penggaris kecil
• Pensil gambar
• Bantal kecil dan pita pengukur

43
> Prosedur pelaksanaan :
• Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy, distensi,
tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan dinding perut.
• Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat
ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.
• Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma
dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction rub :aorta, a.renalis, a.
illiaka (bagian bell).
• Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri
renalis, arteri iliaka dan aorta.
• Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum
jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya.
• Perkusi hepar: Batas
• Perkusi Limfa: ukuran dan batas.
• Perkusi ginjal: nyeri

44
- Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila
banyak cairan = hipertimpani

- Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa,
karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan
nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu

- Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa dan penumpukan cairan.

Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang di dapat


dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.

45
. VI. Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)
• Tujuan :
Memperoleh data dasar tetang otot, tulang dan persendian
Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-
bagian tertentu.
• Alat :
a) Meteran
• Prosedur pelaksanaan :
Posisi klien: Berdiri. Duduk

*Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, Integritas ROM,


kekuatan dan tonus otot.
*Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.

*Palpasi: denyutan a.brachialis dan a. radialis.


*Normal: teraba jelas

46
*Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
*Normal: reflek bisep dan trisep positif.

Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas atas evaluasi hasil yang di dapat


dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.

VII. Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut,


pergelangan kaki dan telapak kaki)

• Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, integritas kulit,


posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot
• Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh
• Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
• Normal: teraba jelas

47
• Tes reflex :tendon patella dan archilles.
• Normal: reflex patella dan archiles positif

Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.

VIII. Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)


Posisi Klien : Pria berdiri dan wanita litotomy.
 Tujuan:

• Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genetalia.


• Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema, tumor/
benjolan, infeksi, luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
• Melakukan perawatan genetalia.
• Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan.

 Alat :

• Lampu yang dapat diatur pencahayaannya


• Sarung tangan

48
• Pemeriksaan rectum :

 Tujuan :

• Mengetahui kondisi anus dan rectum


• Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur dari dinding rektal
• Mengetahui intregritas spingter anal eksternal
• Memeriksa kangker rectal dll

 Alat :

• Sarung tangan sekali pakai


• Zat pelumas
• Penetangan untuk pemeriksaan

Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.

49
b. Evaluasi

Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan yang


mereka berikan dengan
mengevaluasi hasil intervensi keperawatan. Keterampilan
pengkajian fisik meningkatkan evaluasi tindakan keperawatan
melalui pemantauan hasil asuhan fisiologis dan perilaku.
Keterampilan pengkajian fisik yang sama di gunakan untuk
mengkaji kondisi dapat di gunakan sebagai tindakan evaluasi
setelah asuhan diberikan

50
C.Dokumentasi

Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik


pada pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar
institusi memiliki format khusus yang mempermudah pencatatan
data pemeriksaan. Perawat meninjau semua hasil sebelum
membantu klien berpakaian, untuk berjaga-jaga seandainya perlu
memeriksa kembali informasi atau mendapatkan data tambahan.
Temuan dari pengkajian fisik dimasukkan ke dalam rencana
asuhan.

51
A.Kesimpulan
> Menurut kelompok kami, pemeriksan fisik adalah sebuh proses
yang dilakukan seorang ahli medis memeriksa pasien dari
ujung rambut sampai ujung kaki yang digunakan untuk
mengetahui tanda klinis penyakit atau untu mengetahui
diagnosa penyakit.
> Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat seperti sebagai
data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose
keperawatan, mengetahui masalah kesehatan yang di alami
klien dan lain-lain. Tujuan dilakukannya pemeriksaan fisik
antara lain : untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan
klien, untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal
data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan dan untuk
mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
52
B. Saran

Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat


harus memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan
pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara berurutan, sistematis,
dan dilakukan dengan prosedur yang benar.

53
Daftar Pustaka
 
> Dewi Sartika. 2010. Konsep Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.  
> Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta. EGC
> Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
> Talbot, A. Laura, Mayers, Mary. 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis.
Jakarta: EGC.
> Tambunan, S,Elviana. Kasim, Deswani. 2011. Panduan Pemeriksaan
Fisik Bagi Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

54
Thank you
😉

55
Pemeriksaan Neurologis
• Pemeriksaan neurologis adalah suatu proses
yang membutuhkan ketelitian dan
pengalaman yang terdiri dari sejumlah
pemeriksaan pada fungsi yang sangat
spesifik.
• Fungsi neurologis pasien yaitu dapat
mempelajari tentang pola bicara, status
mental.\, gaya berjalan, cara berdiri,
kekuatan motorik dan koordinasinya
56
Alat Yang Digunakan Dalam Pemeriksaan
Neurologis
1. Refleks hammer
2. Garputala
3. Kapas dan lidi serta bahan yag berasa
asin,manis
4. Penliight atau senter kecil
5. Opthalmoskop
6. Peniti atau jarum serta semangkuk air panas
dan dingin
7. Spatel lidah
8. Bahan-bahan beraroma takam
57
Prosedur Pemeriksaan Fisik Tingkat
Kesadaran
Pemeriksaan Neurologis AVPU
 A (Alert) : Klien sadar penuh
 V (Respond to Voice) : Klien hanya memberikan
reaksi ketika di rangsang dengan suara
 P (Respond to Pain) : Klien hanya memberikan
reaksi ketika dirngsang dengan sensasi nyeri
 U (Unresponsive) : Klien tidak menunjukan
reaksi sama sekali

58
Prosedur Pemeriksaan Fisik Nervus
Cranialis
1. Nervus Olfaktori (N. I)
2. Nervus Optikus (N. II)
3. Nervus Okulomotoris (N.III)
4. Nervus Trochlearis (N. IV)
5. Nervus Trigeminus (N. V)
6. Nervus Abdusen (N. VI)
7. Nervus fasialis (N. VII)
8. Nervus Vestinulocochlraris (N. VIII)
9. Nervus Glosofaringeus (N. IX)
10. Nervus Vagus (N. X)
11. Nervus Asesoris (N. XI)
12. Nervus Hipoglosus (N. XII)
59

Anda mungkin juga menyukai