Anda di halaman 1dari 44

PENYAKIT

PENYERTA DALAM
KEHAMILAN

Rauda 131020160501
Fanni Hanifa 131020160505
Baiq Agustis Parida 131020160506
Balkis Fitriani Faozi 131020160509
Atriany Nilam Sari 131020160510
PENDAHULUAN
Penyakit-penyakit penyerta
• Anemia
• Hipertensi
• Preeklamsi
• Kehamilan dengan penyakit paru
• Kehamilan dengan infeksi
• Kehamilan dengan AIDS
Anemia
• Anemia adalah suatu kondisi ketika jumlah dan ukuran sel
darah merah, atau konsentrasi hemoglobin turun dibawat
batas normal/ cut-of-value, akibatnya merusak kemampuan
darah untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Anemia
merupakan indikator kesehatan dan gizi buruk
Tanda dan gejala
• Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia
(anemic syndrome) dijumpai pada anemia defisiensi besi
apabila kadar hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl. Gejala ini
berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-
kunang, serta telinga mendenging. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan
jaringan di bawah kuku.
Diagnosis anemia
• Pada Jurnal Anaemia and micronutrient deficiencies, British
Medical Bulletin, Vol 67 the British Council 2003, disebutkan
bahwa dalam standar pelayanan bahwa setiap ibu hamil
setidaknya melakukan pemeriksaan hemoglobin sekurang-
kurangnya satu kali selama kehamilan dengan menggunakan
alat digital. Tetapi alat ini pada negara-negara berkembang
belum banyak digunakan terutama pada tingkat pelayanan
Puskesmas. Pada pemeriksaan fisik yang biasanya dilakukan
dengan cara pemeriksaan konjungtiva tidaklah akurat karena
hal ini tidak bisa digunakan pada anemia ringan dan sedang
kecuali pada anemia berat.5
Penanganan anemia
• WHO merekomendasikan suplemen zat besi yang dikonsumsi
oleh wanita hamil adalah sebesar 60 mg/hari selama >90 hari
masa kehamilannya. Pada jurnal ini juga disebutkan bahwa
konseling gizi akan makanan yang mengadung zat gizi yang
tinggi selama kehamilan dapat mengurangi risiko anemia.
HDK
• Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90
mmHg.6
• Hipertensi kronik adaalh hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali
didiagnosis setelah umur kehamil an 20 minggu dan hipertensi
menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.
• Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia (hipertensi
kronis dalam hubungan dengan preeklamsia)
• Hipertensi gestasional adalah peningkatan tekanan darah setelah
20 minggu kehamilan dengan tidak adanya proteinuria atau salah
satu tanda yang berat preeklampsiadan hipertensi menghilang
setelah 3 bulan pascapersalinan
Patofisiologi Hipertensi
dalam Kehamilan
• Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
• Teori Iskemia Plasenta
• Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam
kehamilan
• Disfungsi sel endotel
• Teori Intoleransi Imunologik antara Ibu dan Janin
• Teori Adaptasi Kardiovaskular
• Teori Genetik
• Teori Defisiensi Gizi
• Teori Stimulus Inflamasi
Kehamilan dengan
Preeklamsi

Klasifikasi Bood Pressure Range

Ringan 140 – 149 mmHg systolik 90 – 99 mmHg systolik

Sedang 150 – 159 mmHg systolik 100 – 109 mmHg systolik

Berat >160 mmHg systolik >110 mmHg systolik


Komplikasi
• Kompilikasi maternal : solotio plasenta, disseminated
intravascular coagulation (DIC), HELLP Syndrome (Haemolysis,
Elevated Liver enzymes, Low Platelets), pulmonary oedema,
acute renal failure, acute fatty liver of pregnancy, liver
rupture, intracerebral haemorrhage, eclampsia (incidence
1:200-300 women with pre-eclampsia in Australia1.
• Komplikasi janin : fetal growth restriction, fetal death in utero.
• Komplikasi neonatal : komlikasi neonatal berhubungan
dengan kelahiran preterm yaitu : hypoxic and kerusakan
neurologi, dan kematian perinatal.
Manajemen
• Pencegahan preeklamsia
saran diet, penyesuaian obat untuk mengoptimalkan kondisi
medis seperti riwayat penyakit ginjal, dan penghentian agen
berpotensi teratogenik seperti warfarin dan enzyme (ACE)
inhibitor angiotensin-converting tingkat dasar untuk tekanan
darah, fungsi trombosit, fungsi ginjal (kreatinin plasma dan
protein urin / rasio kreatinin), dan fungsi hati harus dicatat.
Optimal kesehatan pra-kehamilan dapat mengurangi risiko
pengembangan preeklampsia.
• Manajemen Wanita dengan Sebelum Preeklamsia
Konseling prakonsepsi dan penilaian disarankan, modifikasi gaya
hidup yang berpotensi, seperti penurunan berat badan dan
meningkatkan aktivitas fisik, masalah medis seperti hipertensi
dan diabetes harus dikontrol dengan baik. suplementasi asam
folat harus direkomendasikan.
Deteksi dini
• Identifikasi awal preeklampsia (dan jika mungkin, pencegahan)
adalah prinsip inti dari manajemen yang memadai. Institut
Nasional untuk Kesehatan dan Perawatan Excellence (NICE)
merekomendasikan bahwa wanita dengan risiko tinggi
preeklampsia diidentifikasi sebelum minggu 13 kehamilan dan
aspirin dosis rendah dimulai sampai usia kehamilan 36
minggu.
• Diagnosis preeklampsia di masyarakat adalah dengan deteksi
hipertensi persisten dan proteinuria, yang kemudian
menjamin rujukan ke unit tersier untuk management lanjut.
Pengobatan
• Kalsium suplemen ($ 1 g / hari) dikaitkan dengan penurunan
yang signifikan dalam risiko preeklamsia, terutama untuk
wanita dengan diet rendah kalsium. Tingkat yang tepat di
mana pengobatan antihipertensi dimulai tidak jelas tetapi
tekanan darah $ 160/110 mmHg harus dianggap sebagai
darurat medis karena risiko stroke
• Indikasi untuk pasien masuk:
• BP ≥ 150/100 mmHg 2 kali, gejala ibu, kepedulian kesejahteraan janin.
• Perawatan
• 4/24 BP, harian bangsal urinalisis, FBC, U & Es, Asam Urat, LFTs (hari
alternatif), MSU (MC & S), 24 jam urin (kreatinin dan protein)-mingguan,
penilaian janin:
• Growth - 2nd weekly.
• AFI, doppler, (dapat diulang sesuai kondisi janin).
• CTG: 2 sampai 3 kali per minggu.
• Profil biofisik perminggu
• Terapi antihipertensi jika BP >160/100 mmHg (mempertahankan BP di 130-
140 / 80-90 mmHg). Biasanya garis obat pilihan pertama adalah labetalol
oral (hati-hati dengan penggunaan pada penderita asma).
Kehamilan dengan Penyakit Paru

• Tuberkulosis
• Sikap bidan dalam menghadapi kehamilan dengan TB ini adalah
melakukan konsultasi ke dokter untuk memastikan penyakitnya.
Pada penyakit TB yang pasif bidan dapat melakukan
pengawasan hamil sampai bersalin.
• Pada ibu hamil dengan TB aktif, sebaiknya jangan dicampur
dengan ibu yang sehat untuk mencegah penularan. Pertolongan
persalinan dapat dibantu mempercepat kelahiran. Oleh karena
itu bidan yang menghadapi ibu hamil dengan TB aktif sebaiknya
merujuk ke tempat yang memiliki fasilitas yang cukup. Ibu
pengidap Tb aktif tidak dibenarkan untuk memberikan ASI
karena dapat menularkan pada bayi. Bayi perlu dikonsultasikan
ke dokter anak untuk mendapatkan pengawasan dan vaksinasi
BCG.
• Asma
• Penyakit asma pada kehamilan kadang-kadang bertambah
berat atau malah berkurang. Dalam batas yang wajar penyakit
asma tidak banyak mempengaruhi kehamilan. Penyakit asma
yan berat dapat memepengruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim melalui gangguan
pertukaran gas O2 dan CO2. Pengawasan hamil dan
pertolongan persalinan dapat berlangsung biasa, kecuali
terdapat indikasi pertolongan persalinan melalui tindakan
operasi. Bila bidan berhadapan dengan pasien asma sebaiknya
berkonsulasi dengan dokter sehingga dapat melakukan
pengawasan bersama.
• Pneumonia
• Penyakit radang paru-paru (pneumonia) dapat terjadi saat
hamil, persalinan atau kala nifas. Pneumonia saat kehamilan
memiliki gejala suhu tubuh tinggi dan gangguan pernafasan
yang mengganggu pertukaran CO2 dan O2sehingga
membahayakan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
Rahim, sampai dapat terjadi keguguran dan persalinan
premature. Oleh karena itu, bila bidan berhadapan dengan
pasien ibu hamil disertai batuk-batuk, suhu tubuh tinggi atau
sesak nafas sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk
pengobatan yang adekuat sehingga kehamilan dapat
berlangsung dengan aman.
Kehamilan dengan penyakit
infeksi
• Infeksi sifilis pada kehamilan
• Penyebab penyakit ini adalah Treponema pallidum yang dapat
menembus plasenta setelah usia kehamilan 16 minggu. Oleh
karena itu ada baiknya melakukan pemeriksaan serologis
sebelum hamil sehingga pengobatan dapat diterapkan sampai
sembuh.
• Diagnosis penyakit ini tidak terlalu sukar karena terdapat luka
pada daerah genetalia, mulut atau di temapat lainnya.
Pengaruhnya terhadap kehamilan dapat dalam bentuk
persalinan prematuritasatau kematian dalam Rahim dan infeksi
bayi dalam bentuk plak konginetal (pemfitus sifilitus,
deskuamasi kulit telapak tangan dan kaki terdapat kelainan pada
mulut dan gigi). Pengobatannya mudah dan sebaiknya
pasangannya juga diberikan.
• Infeksi Malaria pada kehamilan
• Malaria merupakan infeksi yang masih terdapat di daerah
pedesaan. Seperti diketahui serangan malaria terjadi secara teratur
dengan jadwal waktu tertentu. Bentuk serangannya berupa demam
tingg yang dapat disertai menggigil. Disamping itu penghancuran
darah merah menyebabkan anemia sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam Rahim.
• Infeksi malaria dapat menyebabkan infeksi plasenta sehingga
makin mengganggu pertukaran nutrisi ke janin dan menimbulkan
gangguan perkembangan dan pertumbuhan janin sekunder. Infeksi
malaria lebih sering terjadi pada kehamilan karena daya tahan
tubuh ibu hamil makin menurun terhadap semua infeksi. Infeksi
malaria serebral pada kehamilan dapat meningkatkan angka
kematian.
• Infeksi TORCH pada kehamilan
• Semula infeksi TORCH meliputi komponen toksoplasmosis,
sitomegalovirus, herpes simpleks dan rubella yang dapat
menimbulkan kelainan kongenital dalam bentuk hamper sama
yaitu mikrosefali, ketulian, dan kebutaan, kehamilan dapat
terjadi abortus, persalinan premature, dan pertumbuhan janin
terlambat.
• Sebagian infeksi ini mempunyai obat khusus tetapi sebagian
tidak ada obatnya dan bergantung pada kekebalan yang
didapatkan akibat infeksi pertama. Bila terjadi reinfeksi telah
terbentuk kekebalan yang cuku sehingga tidak akan
menimbulkan kelainan kongenital. Tanda bahwa infeksi masih
aktif adanya IgM dengan titer tertentu
No Infeksi Kelainan utama Kelainan lain Hasil janin Terapi
1. Toksoplasmosis  Hidro-mikrosefali  Hepatosplenom  Abortus  Spiramycine
 Korioamnionitis egali  Premature  Sulfadoxine
 Kalsifikasi intarkranii  Icterus,  Pertumbuhan  Pyramethamine
limfodenopati janin terhambat  
 Retardasi
psikomotor

2. Rubella  Katarak, tuli  Hepatosplenom  Abortus  Obat tidak ada


 Kelainan jantung egali  Premature  Vaksinasi rubella
 Trombositopeni  Pertumbuhan  
 Retardasi janin terhambat
psikomotor dan
mental

3. Sitomegalovirus  Tuli, mikrosefalus  Kalsifikasi  Premature  Tidak ada


intrakranii  Pertumbuhan  Coba beri
 Hepatosplenom janin terhambat gansiklovir
egali
 Trombositopeni
a
 Retardasi
mental
psikomotor

4. Herpes Simplek  Mikrosefali  Buta, retardasi    Acyclovir


 Keratokonjungtivitis  Psikomotor
 Koreioretinitis  Infeksi
intrapartum
5. Hepatitis B Tanpa cacat Infeksi carrier Hepatoma, sirosis pada Vaksinasi baru lahir
menahun umur 50-60 tahun
6. HIV Tanpa cacat Imunitas umum turun Muda terjadi infeksi  Meninggal usia
bakteri, jamur, atau muda
parasit  Carrier HIV
 Tidak ada obatnya
• Human Immunodefiency Virus (HIV) penganan ibu hamil
dengan HIV
• Infeksi HIV di Indonesia dinyatakan mempunyai tingkat V yang
artinya telah sampai terjadi infeksi pada ibu rumah tangga.
Dengan demikian berarti seluruh keluarga dalam bahaya
termasuk bayi yang dikandungnya. Para pengidap HIV dapat
tidak menimbulkan gejala klinis karena masih dalam situasi set
point artinya kemampuan daya tahan tubuh dan infeksi dalam
keadaan seimbang.
• Pertolongan pada ibu hamil dengan HIV sebaiknya berhati-hati
karena bahaya terkontaminasi cairan tubuh, darah, urine.
• Gejala AIDS dikatakan lengkap bila gejala ARC ditambah dengan satu atau
lebih penyakit oportunistik seperti pneumonia pneumocystis carinii, sarcoma
kaposi, infeksi sitomegalovirus. Orang dewasa dicurigai menderita AIDS bila
dijumpai minimal 2 gejala mayor dan 1 gejala minor7 
• Adapun gejala mayor tersebut yaitu:
• Penurunan berat badan atau pertumbuhan lambat dan abnormal.
• Diare kronik lebih dari 1 bulan
• Demam lebih dari 1 bulan
• Sedangkan yang termasuk gejala-gejala minor yaitu:
• Limfadenopatia umum
• Kandidiasis orofaring
• Infeksi umum (otitis, faringitis)
• Batuk persisten
• Dermatitis umum
• Infeksi HIV maternal
• Penelitian di negara maju sebelum era anti retrovirus
menunjukkan bahwa HIV tidak menyebabkan peningkatan
prematuritas, berat badan lahir rendah atau gangguan
pertumbuhan intra uterin7. Sedangkan di negara berkembang,
infeksi HIV justru meningkatkan kejadian aborsi, prematuritas,
gangguan pertumbuhan intra uterin dan kematian janin intra
uterin terutama pada stadium lanjut. Selain karena kondisi fisik
ibu yang lebih buruk juga karena kemungkinan penularan
perinatalnya lebih tinggi6.
• Di Amerika Serikat perempuan dengan HIV memiliki
kemampuan untuk membuat pilihan informasi yang berkaitan
dengan reproduksi. meningkatnya ketersediaan ART membuat
beberapa wanita mengambil keputusan untuk memiliki anak
dan terlibat dalam prakonsepsi konseling
Transmisi Vertikal HIV
• Penularan ibu ke janin dapat terjadi pada intra uterin, intrapartum dan post
partum. Tanpa intervensi, resiko penularan HIV dari ibu ke janinnya yang
dilaporkan berkisar antara 15%-45%. Resiko penularan ini lebih tinggi di
negara berkembang dibandingkan dengan negara maju (21%-43%
dibandingkan 14%-26%).Sebagian besar penularan terjadi intra partum.
Pada ibu yang tidak menyusui, 24%-40% penularan terjadi intra uterin dan
60%-75% terjadi selama persalinan. Sedangkan pada ibu yang menyusui
bayinya, sekitar 20%-25% penularan terjadi intra uterin, 60%-70% intra
partum dan saat awal menyusui dan 10%-15% setelah persalinan 6,7.
• Transmisi HIV perinatal kurang dari 1% jika antiretroviral diberikan selama
kehamilan. Ketika terapi antiretriviral diberikan pada saat persalinan, angka
transmisinya naik menjadi 10%, dan 25% pada wanita yang tidak diberikan
pencegahan15.
Transmisi Intra Uterin
• Plasenta diduga juga mempunyai efek anti HIV-1 dengan mekanisme yang
masih belum diketahui. Salah satu hormon plasenta yaitu human chorionic
gonadotropin (hCG) diduga melindungi janin dari HIV-1 melalui beberapa
cara, seperti menghambat penetrasi virus ke jaringan plasenta,
mengkontrol replikasi virus di dalam sel plasenta, dan menginduksi
apoptosis sel-sel yang terinfeksi HIV-1.
• Menurut Pediatric Virology Committee of the AIDS Clinical Trials
Group(PACTG), transmisi dikatakan intra uterin/infeksi awal, jika tes virology
positif dalam 48 jam setelah kelahiran dan tes berikutnya juga positif.
• Beberapa penelitian mengemukakan faktor-faktor yang berperan pada
transmisi antepartum. Malnutrisi yang seringkali ditemukan pada wanita
dengan HIV-AIDS akan meningkatkan resiko transmisi karena akan
menurunkan imunitas, meningkatkan progresivitas penyakit ibu,
meningkatkan resiko berat badan lahir rendah dan prematuritas dan
menurunkan fungsi imunitas gastrointestinal dan integritas fetus.
Peran bidan pada asuhan
prakonsepsi
• Idealnya semua ibu harus mendapatkan asuhan prakonsepsi
yang dibiayai oleh Negara, tetapi sekitar 50% kehamilan tidak
direncanakan, dan atau sebagian ibu hamil baru
memeriksakan diri ke tenaga medis saat mereka hamil. Bagi
ibu yang memiliki gangguan medis kebutuhan untuk
mendapat asuhan prakonsepsi lebih besar, pemeriksaan
pertama segera setelah hamil sangat penting karena
gangguan dapat mempengaruhi kehamilan dan sebaliknya
kehamilan dapat mempengaruhi gangguan tersebut. Ibu yang
sebelumnya memiliki gangguan yang terkontrol dengan baik
dapat menjadi tidak stabil akibat efek domino pada kehamilan
• Bidan mengkaji riwayat untuk memastikan:
• Gangguan medis, bedah, sikologis atau infeksius yang dapat
memperburuk kehamilan yang akan dating, termasuk setiap
pengobatanatau terapi yang saat ini akan dilakukan.
• Riwayat keluarga mengenai penyakit atau kecacatann, termasuk
riwayat genetic
• Status vaksinasi
• Penggunaan zat, mis: rokok, alcohol dan obat terlarang
• Riwayat obstetric dan ginekologi sebelumnya
• Pekerjaan saat ini untuk mengidentifikasi bahaya akibat
pekerjaan
• Riwayat nutrisi saat ini
• Gaya hidup termasuk olahraga
Observasi bidan
• Observasi bidandan pemeriksaan medis
• Pengukuran berat dan tinggi badan untuk menghitung IMT
(index Massa Tubuh)
• Pengukuran TTV
• Pemeriksaan panggul, skrining untuk infeksi
• Jika diindikasikan, skrining tambahan untuk TB, HIV, TORCH
Saran spesifik dari bdan terkait dengan
a.Pembuatan catatan siklus menstruasi
b.Pemeriksaan kehamilan dan penringnya pemeriksaan
antenatal awal
c.Diagnosis perinatal
d.Penghentian kebiasaan merokok dan mengkonsumsi
alcohol
•Penghentian dan upaya menghindari
Peran bidan pada asuhan
antenatal
• Melakukan pemeriksaan antenatal pertama (bidan harus melakukan
pemeriksaan yang akurat dan terperinci)
Data Subjektif:
• Identitas personal
• Faktor sosial
• Riwayat keluarga: medis, bedah, psikologis ginekologi dan obstetri
• Identifikasi faktor risiko untuk ibu dan janin yang harus mencakup biofisik
tertama gangguan medis yg sudah ada dan pengobatan saat ini
• Pastikan RS yang menangani ibu sebelumnya, dan diskusi kembali dgn
dokter apa perlu ibu dirujuk kembali
Pada pemeriksaan pertama kehamilan ibu sebaiknya didampingi dengan
suami atau kerabat, karena mungkin ibu tidak terbuka soal penyakit dan
prognosisnya
• Data objektif
• KU, TTV, BB, abdomen
• Dokter dapat memriksa fungsi jantung dan paru
• Pemeriksaan panggul dialkukan jika ada indikasi
• Ibu yang memiliki gangguan medis dapat dirujuk ke klinik
spesialis .
• Masalah mengenai spesifik skrining bisa didiskusikan dengan
ibu, bisa memeberi saran: bahaya akibat pekerjaan, kontak
dengan binantang dan risiko infeksi, diet sehat, cuci tangan,
KDRT, menghindari stres, kelas antenatal, rincian telopon yg
penting
• Rekomendasi Inggris asuahn antenatal rutin sesuai masa
gestasi . Karena riset terbaru menemukan bahwa ibu
sebenarnya inginpemeriksaan antenatal dan dukungan yang
lebih dari bidannnya
Yang harus bidan pertimabangkan saat pasien
perlu dirujuk
• Pengaturan pemeriksaan antara klinik sesialis dan klinik antenatal
• Jiak menggunakan buku KIA, sarankan ibu agar selalu membawa
buku itu setiap waktu
• Pastikan ibu memahami gangguan yang ibu alami dan dampaknya
pada kehamilan ataupun sebaliknya
• Berikan informasi tertulis untuk menguatkan saran yg diberikan
oleh dokter spesialis jika diperlukan
• Pastikan ibu memahami tanda dan gejala yang mengindikasikan
yg buruk
• Tanggapi kekhawatiran ibu dan suami dengan serius
• Libatkan kerabat mengenai situasi akut yg dapat terjadi
• Wasapada dan laporkan setiap tanda dan komplikasi pd gangguan
medis
lanjutan
• Kerja tim interdispliner yg efektif sangat penting untuk
mendapat manfaat maksimal bagi janin dan ibu sehingga alur
asuhan efektif
• Normalitas masih mungkin dapat dicapai untuk banyak aspek
dalam periode antenatal dan intranatal, disini peran bidan
untuk menentukan cara terbaik dalam memberdayakan ibu
untuk mencapai hasil maksimal dari kehamilannya serta
membuat proses senormal mungkin pada kondisi tersebut
JURNAL:
PERAN BIDAN DALAM ANTENATAL CARE MENINGKATKAN
TINDAKAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA IBU HAMIL

Eka Oktavia
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran
bidan dalam antenatal care dengan tindakan Pencegahan
Tuberkulosis pada ibu hamil
Berdasarkan hasil penelitian Christiana,dkk (2015,hlm 193)
bahwa peran bidan dalam menganjurkan ibu hamil untuk
melakukan pemeriksaan penyakit menular seperti TBC,
HIV/AIDS secara lengkap diberikan kepada klien sampai klien
paham dan memberikan izinya untuk melakukan pemeriksaan.
Apabila peran bidan baik maka klien akan melakukan
pemeriksaan atau pencegahan terhadap penyakit menular.
METODE PENELITIAN
• Jenis penelitian ini menggunakan metode survey dengan jenis
penelitian studi korelasi
• Peran bidan dalam menganjurkan ibu hamil untuk kunjungan
ulang dan tindakan dalam membantu klien dalam mencegah
TBC. Dalam tindakan pencegahan TBC seperti menggunakan
masker dan menutup mulut saat batuk dan bersin hal ini
berdasarkan Pudiastuti (2011) bahwa cara mencegah untuk
tidak tertular TBC dengan tenaga kesehatan seperti bidan
berperan dalam menginformasikan cara mencegah TBC.
• Tindakan pencegahan tuberkulosis meliputi upaya menghindari
kontak dengan penderita, membuka jendela pagi hari, tindakan
menjemur alat tidur secara rutin masih sangat kurang,
memerhatikan PHBS dan menutup mulut saat bersin dan batuk.
HASIL PENELITIAN
• menunjukkan bahwa ada hubungan suhu ruangan dengan kejadian
tuberkulosis paru anak (p=0,1868; OR=1,994; 95% CI= 0,824-
4,8827), ada hubungan kelembaban ruangan dengan kejadian
tuberkulosis paru anak (p=<0,001; OR=6,000; 95% CI= 2,528-
14,240), ada hubungan pencahayaan alami dengan kejadian
tuberkulosis paru anak anak (p=0,016; OR=2,912; 95% CI= 1,290-
6,571).
• menunjukkan bahwa sebagian besar peran bidan dalam promosi
kesehatan dalam kategori baik sebanyak 58 (68,2%), cukup sejumlah
21 (24,7%) dan kurang sejumlah 6 (7,1%). Berdasarkan hasil uji
Kendall Tau pada tabel 4.6 diperoleh nilai p-value=0,003
menunjukkan bahwa nilai p-value <0,005 yang berarti Ho ditolak
dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara peran bidan dalam antenatal care dengan tindakan
pencegahan Tuberkulosis pada ibu hamil
KESIMPULAN
• Diharapkan dapat mengoptimalkan peran bidan sebagai
fasilitator dalam program pencegahan TBC pada ibu hamil
saat ANC sehinga dapat menekan angka kejadian tuberculosis
pada ibu hamil
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai