Anda di halaman 1dari 20

Tema : Ramadhan di Masa COVID-19 dalam Memposisikan Diri

dalam Pergaulan Sosial di Masyarakat

Nama : Nabillah
Kelas : X MIPA 2
Materi kolaborasi hari selasa, 5 Mei 2020
Sosiologi
Seluruh umat muslim di dunia sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan saat ini, di tengah
wabah pandemi COVID-19 mengancam. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga menyarankan
bahwa ada baiknya otoritas negara mempertimbangkan untuk tidak menggelar pertemuan sosial
termasuk acara keagamaan demi mencegah infeksi COVID-19. Jika pertemuan sosial dalam
ibadah Ramadan diizinkan untuk dilanjutkan, langkah-langkah untuk mengurangi risiko
penularan COVID-19 harus dilaksanakan. Salah satunya adalah jarak fisik yang harus tetap
dilaksanakan, serta praktik-praktik kebersihan dan kesehatan diri. Tetapi walaupun susdah
diberikannya PSBB, Social Distancing dan segala upaya untuk memutus rantai penyebaran virus
ini, masih saja ada yang tidak peduli. Puasa kali ini mengajak kita untuk mengingat kembali
bahwa ada kekuasaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kita kembali menyadari ketidakberdayaan sebagai manusia dengan adanya ancaman
penyakit dan kematian yang bisa datang kapan saja. Mengingatkan kembali bahwa ternyata kita
telah mengeksploitasi alam tanpa batas demi keinginan-keinginan yang tidak penting sementara
lingkungan menjadi rusak.
Secara sosiologi, ibadah puasa mempunyai makna sosial yang sangat penting, yakni
sebagai edukasi bagi setiap orang untuk merasakan beban kehidupan yang dialami oleh
orang lain yang tidak mempunyai kemapanan hidup. Diantara mereka senenatiasa hidup
dalam kelaparan dan kehausan yang diakibatkan tidak mempunyai kemapanan secara
ekonomi. Dalam suatu masyarakat terdapat beberapa orang yang hanya makan sehari
sekali, dua kali, tiga kali dan bahkan setiap hari menahan lapar. Apalagi di tengah wabah
virus ini, orang akan semakin bingung bagaimana cara mendapatkan makanan untuk
berbuka puasa dan sahur nanti, dikarenakan kita diminta untuk berdiam diri di rumah dan
juga saat ini banyak sekali orang yang kehilangan pekerjaan sehingga mereka sangat
membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi dengan adanya
wabah virus ini mengingatkan kita bahwa pentingnya kerja sama karena sesungguhnya
manusia adalah makhluk sosial. Kita berharap puasa di tengah pandemi tidak hanya
mampu menumbuhkan kepekaan spiritual seseorang, namun juga kepekaan sosial. Wujud
dari kepekaan sosial ialah sikap empati dan pro-sosial.
Ramadhan merupakan moment dari manifestasi dari tindakan sosial yang mengarah pada kebaikan.
Pemaknaan bulan ramadhan yang kurang tepat biasanya terjadi ketika manusia ingin meningkatkan
status sosialnya. Tidak selayaknya kegiatan ibadah di bulan suci didasari niat sebagai sarana reifikasi
sosial. Sebab golongan prekariat dan paria senantiasa membutuhkan ulur tangan. Dengan begitu kita
harus saling berbagi kebaikan, membantu dan juga berempati saat berpuasa di tengah wabah COVID-
19. Caranya antara lain dengan memberikan sosialisasi yang tepat, membagikan masker dan makanan
bergizi bagi yang membutuhkan. Kita juga dapat membagikan masker kepada warga yang mengalami
gejala flu dan demam, berbagai makanan ke masyarakat yang kurang sejahtera, agar imunitas diri
meningkat. Saat ini saatnya kita semua untuk hadirkan empati, terutama kepada sekeliling kita yang
mengalami kepanikan, dengan memberi informasi yang akurat. Perkuat silaturahmi dengan warga
sekitar yang pada saat tertentu sulit karena kesibukan masing-masing. Kita harus percaya bahwa
bencana Covid-19 akan mudah diatasi jika ada lebih banyak lagi relawan kemanusiaan yang terlatih
dan mau bergerak secara kolaboratif dengan pihak-pihak terkait, tidak jalan sendiri. Dengan menjadi
relawan, kita menjadi teladan bagi orang lain untuk melakukan hal positif. Menjadi relawan bisa
menjadi wujud aksi kita berhidmat menjadi insan yang bermanfaat bagi banyak orang.
PPKN
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengimbau kepada seluruh warga untuk berdiam
diri di rumah untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 atau pandemi virus corona lebih
luas. Ia mengatakan cara tersebut merupakan bentuk dari bela negara. Untuk itu, Gubernur
Anies mengimbau seluruh jajarannya, khususnya Wali Kota, Lurah, dan Camat untuk
melakukan sosialisasi kepada warga dan antisipasi pencegahan penyebaran wabah COVID-
19 di wilayahnya masing-masing. Karena itu diberlakukanlah Social Distancing, Stay at
Home, Lockdown, PSBB, dll. Virus Corona sebagai Bencana Nonalam, Pasal 1 angka 3
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (“UU 24/2007”)
mendefinisikan bencana nonalam sebagai bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam, antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit. Berdasarkan keterangan, maka bentuk penanggulangan
penyebaran virus corona yang akan di terangkan hanya terbatas pada karantina dan
pembatasan sosial. Karantina dan pembatasan sosial diatur dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan (“UU 6/2018”). Dan bagi yang tidak
mematuhi undang undang tersebut akan dikenakan sanksi/denda.
Dalam Perppu itu juga diatur, bahwa "penguasa keadaan darurat sipil adalah Presiden/Panglima Tertinggi
Angkatan Perang selaku penguasa Darurat Sipil Pusat". Presiden dapat mengumumkan darurat sipil kalau
terjadi situasi-situasi amat genting sebagaimana disebut dalam Pasal 1, "...sehingga dikhawatirkan tidak
dapat diatasi oleh alat-alat perlengkapan secara biasa atau ada gejala-gejala yang dapat membahayakan hidup
Negara". Skema pengendalian dengan Perppu itu telah menuai kritik karena dianggap akan menghindarkan
pemerintah dari tanggung jawab terhadap warga negaranya. Sebab, jika darurat sipil diberlakukan
pemerintah tidak bertanggung jawab atas kebutuhan dasar masyarakat. Berbeda dengan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, disebutkan bahwa "selama dalam Karantina
Wilayah, kebutuhan hidup dasar orang dan makanan hewan ternak yang berada di wilayah karantina menjadi
tanggung jawab Pemerintah Pusat". Penerapan Darurat Sipil juga bertentangan dengan asas hukumlex
specialis derogat legi generalis, yakni hukum yang khusus dapat mengenyampingkan hukum yang umum.
Undang-Undang tentang Kekarantinaan Kesehatan lebih khusus membahas tentang kesehatan dan lebih
sesuai dengan bencana yang dihadapi sekarang dibandingkan dengan Perppu Penetapan Keadaan Bahaya.
Belakangan, sebagai pilihan pengendalian, pemerintah menerbitkan PP Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PP ini berisi pelaksanaan sebagian isi Undang-Undang tentang
Kekarantinaan Kesehatan, khususnya mengenai PSBB, tidak mengenai materi yang lain. Artinya, seperti
kebutuhan hidup orang dan makanan hewan ternak masih menjadi tanggung jawab sendiri.
Dan juga kemenkes telah resmi mengeluarkan protokol penanganan COVID-19, yaitu :
1. Surat Edaran Dirjen P2P Nomor: HK.02.02/II/753/2020 Tentang Revisi ke-3 Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Corona Virus
(COVID-19)
2. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19)
3. Surat Edaran Nomor HK.02.01/MENKES/202/2020 tentang Protokol Isolasi Diri Sendiri dalam Penanganan Coronavirus Disease (COVID-19)
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor KH.01.07/MENKES/169/2020 tentang Penetapan Rumah Sakit Rujukan Penanggulangan
Penyakit Infeksi Emerging Tertentu
5. Advice on the use of masks the community, during home care and in health care settings in the context of the novel coronavirus (2019-nCoV)
outbreak
6. Risk communication and community engagement (RCCE) readiness and response to the 2019 novel coronavirus (2019-nCoV)
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/182/2020 tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus Disease 2019
(COVID-19)
8. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/199/2020 tentang Komunikasi Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
9. Keputusan Kepala BNPB Nomor 13.A Tahun 2020 tentang Perpanjangan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus
Corona di Indonesia
10. Surat Edaran Kepala Pusat Haji Nomor: HJ.01.01/2/946/2020 tentang Upaya Pencegahan Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19) Kepada
Seluruh Jemaah Haji Indonesia
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
12. Keputusan Menteri Kesehatan Penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar di DKI Jakarta
13. Keputusan Menteri Kesehatan Penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar di Wilayah Kab. Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kab. Bekasi, dan
Kota Bekasi, Prov. Jawa Barat
14. Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Pada Pandemi COVID-19
15. Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Rujukan, Rumah Sakit Darurat dan Puskesmas yang Menangani Pasien COVID-19
Surat Edaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan dan kerja sama lintas sektor dan Pemerintah Daerah dalam menghadapi ancaman wabah
COVID-19, sehingga masyarakat tenang dan mendapatkan pemahaman mengenai hal-hal yang harus dilakukan bagi lingkungan terdekatnya. Protokol
tersebut akan dilaksanakan di seluruh Indonesia oleh pemerintah dengan dipandu secara terpusat oleh Kementerian Kesehatan
Agama Islam
Bulan Ramadhan adalah bulan pengendalian diri yang selalu dirindu-rindukan
kedatangannya oleh kaum Mukmin. Bulan puasa yang datang sekali dalam setahun ini
kembali membuka kesempatan bagi kaum Mukmin untuk mampu menahan diri dari
berbagai egoisme dan kenikmatan duniawi yang sangat terbatas masanya. Bulan
Ramadhan adalah hari-hari pengendalian diri, bagi jasmani dan rohani, dari berbagai
perilaku, aktivitas, sikap, dan pikiran yang tidak sejalan dengan perintah Allah SWT.
Hari-hari sepanjang bulan Ramadhan merupakan waktu terbaik untuk membiasakan
dan mengasah pengendalian diri. Intensitas pengendalian diri dari perbuatan-
perbuatan terlarang akan semakin meningkat pada bulan puasa, karena pada bulan ini
kaum Mukmin sangat dianjurkan untuk memperbanyak menunaikan ibadah. Semua
penyakit menular atau penyakit tidak menular terjadi akibat manusia tidak mampu
mengendalikan perilakunya. Akibat ambisi berlebih, seseorang bisa depresi (gila).
Akibat over karbohidrat seseorang terkena obesitas dan diabetis mellitus. Akibat
manajemen konsumsi yang salah seseorang bisa terkena hipertensi dan stroke.
Puasa menguatkan tali silaturrahim (menyamebraya) dan kepedulian sosial. Semangat
persaudaraan dalam lingkungan keluarga, teman seorganisasi, semangat persaudaraan
(ukhuwah basyariah) antara sesama manusia nampak semakin intens, menguat di bulan
suci ini. Kendati tak bisa ramai-ramai pergi ke masjid atau majelis ibadah, wabah
corona telah membangkitkan kepedulian sosial itu. Pada saat bulan Ramadan, umat
muslim memang diwajibkan untuk menjaga hubungan silaturahmi dengan sesama.
Namun, dengan adanya pandemi virus Corona Covid-19 ini, dalam menjaga
silaturahmi tersebut harus melalui cara yang sedikit berbeda. Manusia, atas nama
individu, keluarga, lembaga, bahkan atas nama negara berloma-lomba bangkit, peduli
membantu sesama yang tengah dikepung pandemi corona. Uluran tangan berupa
logistik konsumsi, serta dukungan teknis untuk pencegahan dan pengobatan. Di bulan
suci Ramadhan, manusia menjadi lebih tergerak hatinya, bangkit dan peduli membantu
sesama yang dilanda krisis akibat pandemi corona. Akibat ruang geraknya di luar
rumah terancam virus corona, seseorang memilih diam di rumah, lebih memperhatikan
dan, menyayangi keluarganya. Hal ini dilakukan juga sebagai bagian dari ibadah
Ramadhan virus corona semakin dibutuhkan sepanjang wabah ini belum bisa diatasi.
Walaupun dengan adanya virus ini kita juga tidak boleh memutus tali silaturahmi. Ada
berbagai cara dalam bersilaturahmi ditengah wabah ini, yaitu :
1. Salah satu cara termudah dalam menjaga silaturahmi saat pandemi Corona Covid-19
yang pertama adalah dengan mengirim ucapan selamat berpuasa dan segala hal yang
berhubungan dengan bulan Ramadan melalui media sosial, baik itu WhatsApp, Line,
Instagram, dan lain sebagainya.
2. Berkirim parsel sudah biasa dilakukan saat Ramadan di hari-hari sebelum adanya
pandemi. Dengan melanjutkan kegiatan ini, setidaknya Anda dapat tetap memperkuat
silaturahmi bagi orang-orang terdekat Anda yang mungkin saat ini harus terpisah jarak
karena virus Corona Covid-19.
3. Berbuka puasa bersama melalui online menggunakan platform seperti Google Meet,
Zoom, Google Hangout, dan lain sebagainya.
4. Agar dalam bulan puasa ini amal ibadah kita semakin lengkap, maka tidak ada salahnya
kita menggalang donasi bagi orang yang membutuhkan. Saat ini telah banyak platform
online resmi yang dapat membantu Anda beserta keluarga untuk berdonasi secara online
agar tidak perlu adanya interaksi terlalu banyak antar manusia di ruang terbuka umum.
COVID-19 bukan alasan untuk kita tidak bergaul di tengah bulan ramadhan ini. Karena
banyak cara yang bisa dilakukan untuk bersilaturahmi/bergaul tanpa membahayakan diri
Tema : Berpuasa dengan diam di rumah wujud dalam
perang melawan pandemi COVID-19, sehingga terbentuk
integrasi nasional dalam Bhinneka Tunggal Ika

Nama : Nabillah
Kelas : X MIPA 2
Materi kolaborasi hari rabu, 6 mei 2020
Sosiologi
Berpuasa di tengah pandemi virus corona Covid-19 bukanlah perkara
mudah. Sebab, tubuh harus menahan rasa lapar dan haus, sekaligus
menjaga sistem imun agar terhindar dari berbagai macam virus.
Walaupun begitu hal ini bukan berarti alasan untuk saling membantu,
berbuat kebaikan,dll. Justru dengan adanya hal ini kita akan lebih baik
jika saling membantu, berbuat baik, bekerjasama dll. Tetapi dengan cara
menjaga jarak/tidak bersentuhan. social distancing merupakan satu
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia untuk mencegah
penyebaran virus corona atau Covid-19. Kebijakan untuk melakukan
social distancing ini berdampak pada aktivitas di masyarakat. Seperti
adanya pengalihan kegiatan belajar tatap muka beralih menjadi kelas
online atau daring. Selain itu beberapa kantor negeri dan swasta juga
menginstruksikan untuk Work From Home (WFH) atau bekerja dari
rumah.
Dalam Ilmu Sosiologi terdapat istilah social distance yang biasa digunakan
oleh sosiolog. Namun terdapat sedikit perbedaan makna. Social distance
memiliki arti jarak sosial yang menekankan makna “sosial” menjadi “status
sosial individu”. Sebagai contoh, antara kalangan ekonomi kelas atas dan
bawah atau persahabatan antara dua orang. Salah satu yang mempengaruhi
social distance adalah kepercayaan. Misal, jika kedua individu bersahabat
maka mereka saling memiliki kepercayaan yang tinggi. Istilah social
distancing ini muncul dan digunakan oleh mereka yang bergerak di dunia
kesehatan untuk mengimbau masyarakat terkait dengan wabah Covid-19.
Tujuannya, supaya masyarakat bisa memberikan jarak antar individu dan
penularan bisa dicegah. Terlepas dari istilah tersebut, di situasi saat ini yang
paling penting adalah memberikan sosialiasi dan edukasi kepada masyarakat
untuk menjaga jarak satu dengan yang lain. Dengan demikian penularan virus
ini bisa terputus.
Berbagai kebijakan yang sudah dikeluarkan pemerintah sudah dikaji sebelumnya
sehingga peran-peran tokoh masyarakat menjadi penting dan berpengaruh dalam
menyampaikan kebijakan tersebut. Selain itu masyarakat bisa bahu membahu untuk
memenuhi kebutuhan di masyarakat. Bagi mereka yang memiliki kondisi
perekonomian menengah ke atas bisa memberikan bantuan untuk kalangan
menengah ke bawah sehingga kebijakan social distancing dan work from home
(WFH) bisa berjalan dengan baik dan maksimal, karena masyarakat tidak
mengkhawatirkan pendapatan mereka. Solidaritas menjadi hal penting untuk saat
ini. Tim medis berupaya untuk mengobati, pemerintah berusaha melakukan
pencegahan dengan berbagai kebijakan dan tindakan, masyarakat yang proaktif
mendukung kebijakan. Walaupun begitu kita tetap bisa berbuat kebaikan seperti
banyak saat ini penggalangan dana online yang di adakan oleh para selebritis/orang
terkenal, dengan menyumbangkan penggalangan dana tersebut kita sudah
membantu, peduli dan berbuat kebaikan kepada orang lain tanpa harus adanya
kontak dengan orang orang diluar.
Agama Islam
Virus Corona menjadi musuh terbesar dunia saat ini. Hampir semua
negara ikut aktif terlibat dalam memeranginya. WHO sendiri sudah
menaikkan statusnya dari efidemi menjadi pandemi. Corona adalah
musibah dunia. Ia tidak kenal batas-batas negara, agama, umur, dan jenis
kelamin. Layaknya sebagai musibah, kita harus menghadapinya. Kita tak
boleh gegabah dan mengatakan bahwa ini adalah takdir Tuhan, dan
hanya Tuhan sendiri yang mampu menghilangkannya. Paradigma dalam
melihat virus Corona perlu digeser dari anggapan azab menjadi musibah.
Azab identik dengan kutukan dan manusia biasanya passif. Sementara
musibah adalah teguran dan manusia aktif untuk introspeksi diri. Yang
pertama mengakibatkan manusia tak ada usaha, fatalisme, dan kalah
dalam pertempuran. Yang kedua membuat manusia selalu berusa,
optimisme, dan keluar sebagai pemenang.
Corona bukanlah azab, ia adalah ujian yang bisa kita hadapi bersama. Gotong-royong, saling
bahu-membahu, memperkuat solidaritas sosial, mengedepankan sabda ilmu pengetahuan dalam
menanggulangi virus berbahaya ini. Kita perlu menjauhi cara-cara kolot yang justru
membahayakan kita, membuang egoisme masing-masing, dan menghilangkan sikap saling
menyalahkan. Dalam konteks inilah, bukan sikap yang tepat kalau kita menganggap bahwa
Corona adalah takdir semata dari Tuhan, dan kita hanya bisa menerima takdir, berdiam diri
laiknya kapas yang diterbangkan oleh kapas. Kebijakan pemerintah belajar dari rumah, berkerja
dari rumah, dan beribadah dari rumah, jangan dimaknai bahwa kita hanya perlu berserah diri saja
kepada Tuhan. Sifat fatalisme yang diperlihatkan di media sosial oleh sebagai kalangan dalam
mengahadapi virus ini patut disesalkan. Ini bukan hanya memperkeruh suasana, tetapi juga
mempersulit proses penanggalan virus ini. Masih ada yang berkomentar, kenapa tak boleh salat
jumat, kenapa masjid dibatasi, kenapa pengajian tak dikasih izin, kenapa tablig akbar dibatalkan,
dan sederet pertanyaan yang tidak fungsional lainnya. Bukankah –demikian anggapan mereka –
hidup dan mati itu di tangan Tuhan.Jangan sampai, lanjut mereka, kita lebih takut sama Corona
ketimbang sama Allah. Logika seperti ini adalah salah. Kita bukan lebih takut kepada Corona
ketimbang Allah, melainkan ini adalah bagian dari mengikuti perintah Allah.
Dalam kondisi seperti ini, yang diperlukan adalah introspeksi diri. Muhasabah
dalam bahasa agama. Kita perlu kembali menata diri, bangsa, dan negara.
Pemerintah harus sigap, dunia kedokteran harus responsif. Para dermawan
harus ikut membantu. Polisi dan tentara siap mengamankan. Media memberikan
informasi edukatif, bukan menakut-nakuti. Dan, seluruh lapisan masyarakat
harus ikut berpartisipasi. Disebut muhasabah jika ada tindakan nyata dalam
dunia riil. Kita harus bergandengan tangan dan bahu-membahu untuk
menanggulangi virus ini. Sikap saling mengautakan, mendukung, dan
memberikan suntikan motivasi harus lebih dikedepankan bersama. Kita harus
sama-sama menjaga. Sama-sama bekerja dalam memerangi virus ini. Kerja-
kerja kolektif dengan kesadaran dan pendekatan partisipan semesta, kita bisa
keluar sebagai pemenang. Mari kita menjadikan virus ini sebagai bahan
introspeksi diri dan sebagai sarana untuk memperkuat solidaritas kita bersama.  
Hanya dengan bermuhasabah, menjadikan ini sebagai ujian dan pelajaran, kita
bisa berdiri tegak, melihat ke dapan. Sikap optimisme harus dikedepankan. Kita
akan menang melawan virus berbahaya ini.
PPKN
Dengan puasa kita sebenarnya sudah melakukan prinsip integrasi
nasional terlebih lagi jika kita melakukan kebaikan untuk orang lain,
apalagi ditengah wabah virus ini. Orang lain pun mungkin sama
menderitanya seperti kita/bahkan ada yang lebih menderita lagi.
Ditengah puasa ini kebutuhan semakin meningkat, apalagi untuk lebaran.
Tetapi disaat seperti ini banyak yang terkena PHK atau pemecatan secara
paksa yang dilakukan oleh para perusahaan di indonesia. Coba kita
bayangkan, jika untuk berbuka puasa dan sahur saja banyak yang
kesusahan, gimana untuk melindungi diri, mungkin lebih susah, karena
disaat seperti ini alat perlindungan diri seperti masker, handsanitizer, dll
sangat mahal dan juga langka. Orang yang sosial menengah kebawa akan
sangat sulit untuk menjaga kesehatan mereka.
Apalagi dengan adanya pemberlakuan berdiam diri dirumah, mereka yang
kalangan menengah kebawah mungkin tidak akan peduli karena di luar adalah
tempat mereka mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari dan makan. Dengan
keadaan seperti inilah kita seharusnya membantu. Cara membantu tidak harus
turun ke lapangan, bisa saja kita membantu dengan menyumbang penggalangan
dana yang sudah diadakan atau juga dengan berdoa, agar kita pun tetap bisa
menerapkan sikap solidaritas tanpa harus kontak dengan orang lain ditengah
wabah seperti ini. Apalagi pemerintah sudah menetapkan social distancing,
PSBB, lockdown, perintah berdiam diri di rumah, dll. Dengan kita mengikuti
aturan pemerintah pun kita sudah saling membantu yaitu memutus rantai
penyebaran virus COVID-19. Tetapi untungnya banyak orang baik di dunia ini,
mereka yang rela menyumbangkan sebagian dari hasil perusahaannya/hasil
pendapatan kerjanya untuk saling membantu orang lain yang membutuhkan
bantuan.
Dalam kondisi yang demikian seperti saat ini, yang kita butuhkan dan
seharusnya kita lakukan yakni membangun satu sikap solidaritas bagi saudara
sebangsa. Sikap solidaritas pada batas tertentu dan dalam kondisi seperti ini
akan lebih baik dan menghadirkan satu pemahaman dan misi besar
menyelesaikan virus corona. Tentu yang musti dilihat sekaligus dipahami,
membangun sikap solidaritas ditengah pandemi covid sangat sulit jika kita
masih mendaku sikap egois. Sekali lagi saya tekankan bahwa rasa solidaritas
tidak hanya bahwa kita harus turun ke jalan membagikan sembako, masker dan
lain-lainnya. Namun mematuhi instruksi pemerintah dan tim medis merupakan
sikap solidaritas dalam memutus mata rantai wabah corona. Mematuhi instruksi
adalah bagian kecil dari sikap solidaritas kita sebagai warga negara dan demi
kebaikan kita bersama. Dengan melalui puasa ini lah yang menumbuhkan
semangat solidaritas sosial, akan tercipta kehidupan sosial yang religius,
bermoral, demokratis, harmoni, kebersamaan, toleransi, dan saling menjunjung
tinggi martabat kemanusiaan tanpa diskriminasi. Rasa solidaritas adalah yang
paling penting untuk kita bangun dalam bingkai misi besar yakni memerangi
virus corona.

Anda mungkin juga menyukai