Anda di halaman 1dari 13

Etika Pengusaha Dalam Meningkatkan

Kesejahteraan Karyawan
Guntur Pradipto Aji
Iwan Kumalaputra
Fajar Wahana Kurnia
Firdhan Mubaroqah Suryadi
 Permasalahan kesejahteraan terutama untuk para buruh/karyawan tidak
dapat dipisahkan  dengan etika dan budaya organisasi karena dalam
konsep  utamanya dari unsur etika dan budaya salah satunya terfokus  pada
respons  terhadap permasalahan  yang menyangkut  tentang bentuk 
adaptasi  manusia, dan suatu cara­cara yang  digunakan sejumlah  populasi 
Latar manusia untuk  mengorganisasikan kehidupannya di bumi (Levine,
1973:73).
Belakang  Etika merupakan cara berpikir mengenai perilaku manusia di bawah
pangkal tolak pandangan baik dan buruk atau benar dan salah dari norma-
norma dan nilai-nilai, pertanggungjawaban dan pilihan.
 Dalam dunia bisnis/usaha etika memiliki peranan yang sangat penting
ketika keuntungan bukan lagi menjadi satu-satunya tujuan organisasi.
 Bisnis juga akan menjadi lebih sukses jika mempunyai perhatian pada
etika, karena hal ini akan meningkatkan reputasi organisasi dan
meningkatkan motivasi karyawan serta dapat mengurangi berbagai
kerugian akibat perilaku yang kurang etis yang dilakukan oleh karyawan.
 Perilaku yang tidak etis seperti minum-minuman keras, penggunaan obat-
Latar obatan terlarang di tempat kerja, penyalahgunaan email, tidak melaporkan

Belakang pelanggaran karyawan lain kepada manajemen, serta berbagai


pelanggaraan etika lainnya.
 Hal ini dapat menjadi sesuatu yang serius mengingat perilaku yang tidak
etis dapat menjurus kearah tindakan kriminal serta perilaku lain yang
merugikan perusahaan, baik finansial maupun nonfinansial.
 Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka
permasalahan yang akan dibahas adalah “Etika pengusaha

Rumusan dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan”

Masalah
HAK-HAK YANG HARUS DIPENUHI SEBAGAI SEORANG KARYAWAN
AGAR KONSEP ETIKA DAPAT MENGHASILKAN KEPUTUSAN YANG ETIS
SETIAP LEVEL MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA ADALAH :

 Hak atas pekerjaan, kerja merupakan hak asasi manusia karena dengan hak akan hidup.

 Hak atas upah yang adil sehingga tidak ada diskrimanitif dalam pemberian upah.

Pembahasan  Hak untuk berserikat dan berkumpul, dapat menjadi media advokasi bagi pekerja.

 Hak untuk perlindungan keamanan dan kesehatan.

 Hak untuk diproses hukum secara sah, hak untuk diperlakukan sama.

 Hak atas kebebasan suara hati.


PERMASALAHAN-PERMASALAHAN YANG DI ALAMI OLEH PARA
PEKERJA YAITU

 Kolusi bentuk penyogokan yang terjadi pada calon karyawan yang ingin naik jabatan (promosi
jabatan).

 Lamaran peluang kerja yang mencantumkan agama dan ras suku pada media massa.

Pembahasan  Pelatihan-pelatihan (training) yang dilakukan hanya berdasarkan untuk mendapatkan proyek tender
saja. Jadi pelatihan dilaksanakan tidak berdasarkan kebutuhan yang ada.

 Pemberian hasil penilaian psikologis (ex: psikotest) kepada seseorang yang berada di luar bidang yang
berwenang. Contohnya, pemberian hasil penilaian psikologis yang dimiliki secara otoritas oleh bidang
HRD dalam proses kegiatan rekrutmen kepada di luar bidang HRD.

 Pemberitahuan besaran nominal jumlah gaji kepada pihak yang tidak berwenang.
 problem pertama termasuk dalam permasalahan etika terkait
dengan satu diantara tiga pengertian etika dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1988), yaitu nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau bermasyarakat. Perilaku kolusi
menyogok jelas sekali merupakan tindakan jalur pintas demi
mencapai tujuannya. Jalan pintas yang dilakukan sebenarnya tidak
akan menjadi masalah jika dilakukan dalam kerangka norma
kebaikan yang dapat diterima oleh masyarakat.

Pembahasan  Namun, permasalahannya adalah jalan pintas yang digunakan


bertentangan dengan norma kebaikan yang semestinya tertera
dalam kehidupan bermasyarakat. Perjalanan untuk mencapai suatu
tujuan yang baik haruslah pula menggunakan cara yang baik. Cara
yang baik itu adalah dengan memberikan usaha yang optimal
melalui kemampuan dirinya sendiri. Sehingga, promosi jabatan itu
didapat melalui keringatnya sendiri bukan berdasarkan unsur lain
yang menyalahi noma kebaikan yang berlaku.
 Problem etika yang kedua berkaitan erat dengan pengertian
etika yang lain (masih dalam pengertian Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1988) yaitu, ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk. Norma baik yang tertanam dalam masyarakat
umum adalah tidaklah etis ketika pencantuman hal-hal yang
bersifat pribadi dicantumkan dalam media massa yang
melibatkan berbagai macam kalangan pihak. Sehingga ketika
Pembahasan pencatuman tersebut dalam hal ini adalah ras agama
ditampilkan, maka tentu menimbulkan ketidaksukaan
masyarakat akan hal tersebut. Lagi pula pencantuman kedua hal
tersebut tidaklah menjadi hal esensi dalam kompetensi yang
dibutuhkan dalam suatu pekerjaan..
 Permasalahan ketiga juga termasuk permasalahan etika dalam
kategori pengertian kumpulan asas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak. Dalam kode etik yang ditetapkan dalam dunia
SDM tidak dibenarkan jika pelaksanaan training hanya
dijalankan semata-mata untuk proyek saja. Buat apa
menghabiskan banyak uang atau mendulang banyak uang,
Pembahasan namun tujuan sebenarnya dari pelatihan tidaklah didapat. Jadi,
pelatihan hanya formalitas kegiatan saja. Hal itu tentu saja
merendahkan martabat pelatihan itu sendiri. Berkaitan dengan
hal itulah menurut kelompok kami, kode etik itu ditetapkan.
 Permasalahan keempat ini juga termasuk dalam etika dalam
kategori pengertian kumpulan asas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak. Tidak etis ketika sumber data mengenai
deskripsi psikologis yang dimiliki oleh seseorang diketahui
oleh banyak pihak. Pengetahuan akan deskripsi psikologis
tersebut haruslah mempertimbangkan izin dari orang
Pembahasan bersangkutan yang memiliki deskripsi psikologis tersebut dan
tujuan yang jelas kenapa data tersebut dibutuhkan. Selama
kedua pertimbangan tersebut tidak ada, maka tindakan
mengetahui hasil data deskripsi psikologis tersebut tidak
dibenarkan (tidak etis).
 Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai
dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap
dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun
sebagai kelompok.

Pembahasan  Tenaga kerja/karyawan adalah setiap orang yang mampu


melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa, baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
Etika Pengusaha dalam Hubungan dengan Tenaga Kerja agar kesejahteraan tercipta

 Tidak melakukan eksploitasi atas tenaga kerja/pekerja demi mengejar keuntungan semata.

 Memperlakukan pekerja/karyawan sebagai asset perusahaan yang berharga, bukan hanya


sekedar komoditi dan pelengkap semata.

 Melakukan pembayaran upah pekerja/karyawan, tunjangan-tunjangan kesejahteraan dan


menyediakan fasilitas kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

 Tidak melakukan diskriminasi atau perbedaan berdasarkan SARA kepada


pekerja/karyawan, baik dalam rangka penerimaan maupun penempatan di
perusahaannya.

Kesimpulan  Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pekerja/karyawan untuk menunjukkan


kemampuannya dan meningkatkan keterampilannya.

 Melakukan penilaian secara objektif (adil) dan menghilangkan sentimen pribadi dalam rangka
evaluasi atas hasil pekerjaan pekerja/karyawan untuk mengembangkan kariernya.

 Tidak berusaha menghalang-halangi pekerja/karyawan untuk membentuk wadah


paguyuban/serikat pekerja.

 Taat dan tunduk pada Undang-undang Tenaga Kerja dan peraturan-peraturan


ketenagakerjaan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai