Anda di halaman 1dari 14

Farmakokinetika Gagal Ginjal

Kelompok 1:

Salsa Fadhilla 1643050149


Miftahudin 1843057015
Ario Purwanto 1843057024
Khairun Nisa 1943057010
Yuricha Adiyanti 1943057012

Farmakokinetika Pagi B
Penyakit Gagal Ginjal
• Akut
Gagal ginjal akut ditandai dengan gejala yang timbul secara
tiba-tiba dan penurunan secara cepat volume urin.
Laju filtrasi glomerulus dapat secara tiba-tiba menurun
sampai di bawah 15 ml/menit. Walaupun sering bersifat
reversibel tetapi secara umum mortalitasnya tinggi.

• Kronik
Penyakit ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal selama
lebih dari sama dengan tiga bulan, berdasarkan kelainan
struktur atau fungsi ginjal dengan penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG) dan pertanda kerusakan ginjal meliputi
kelainan komposisi darah dan urin, serta bersifat
irreversibel.
Your Picture Here

Klasifikasi derajat
penurunan LFG
Your Picture Here Your Picture Here

Your Picture Here

Derajat penyakit ginjal kronik berdasarkan


LFG sesuai dengan rekomendasi National
Kidney Foundation Kidney Disease
Outcomes Quality Initiative (NKF-K/DOQI)
Gejala Klinis Gagal Ginjal Akut
Gambaran klinis dapat meliputi :
• Perubahan volume urine (oliguria, polyuria)
• Kelainan neurologist (lemah, letih)
• Tanda pada kardiopulmoner (sesak)
• Gejala pada saluran cerna (mual, nafsu makan
menurun, muntah)

Gejala Klinis Gagal Ginjal Kronis


Tanda–tanda dan gejala gagal ginjal kronis meliputi:
• Nokturia
• Edema
• Anemia
• Gangguan elektrolit
• Hipertensi
• Penyakit tulang (renal osteodystrophy)
• Gangguan fungsi otot (kram otot, kaki pegal)
• Uraemia (mual, muntah)
Farmakokinetik pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik

Ginjal termasuk organ eliminasi utama disamping hati. Oleh sebab itu
normalitas fungsi ginjal merupakan faktor penentu ekskresi senyawa
endogen dan eksogen (termasuk obat), dan akumulasinya di dalam tubuh.

Dalam proses ekskresi, ginjal melakukan filtrasi, sekresi dan reabsorbsi,


yang mana proses ini dipengaruhi oleh kecepatan dan aliran darah ginjal.

Disamping itu dalam proses filtrasi oleh glomeruli, karena yang lolos filtrasi
adalah obat yang tak terikat protein, maka kadar protein darah
menentukan jumlah obat yang terekskresi

Jumlah dan kecepatan ekskresi renal tidak hanya ditentukan oleh fungsi
ginjal, tetapi juga fungsi kardiovaskular dan hati, selain faktor fisikokimiawi
obat itu sendiri.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pasien gagal ginja
l:

1. Penyesuaian dosis obat agar tidak terjadi akumulasi dan


intoksikasi obat
2. Pemakaian obat yang bersifat nefrotoksik harus dihindari
untuk mencegah gangguan fungsi ginjal yang lebih berat
3. Pada pasien yang menjalani dialisis, penyesuaian dosis
obat yang mudah terdialisis harus dilakukan untuk menc
apai efek terapeutik
4. Beberapa obat yang diubah menjadi metabolit aktif dan
eliminasinya melaui ginjal, harus disesuaikan dosisnya
Absorbsi dan Bioavailabilitas
Gagal ginjal akan menurunkan absorbsi dan mengganggu bioavailabilitas obat yang
diberikan secara oral, hal ini terjadi karena waktu pengosongan lambung yang
memanjang, perubahan pH lambung,berkurangnya absorbsi usus dan gangguan
metabolisme di hati.

Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan berbagai upaya antara lain mengganti cara
pemberian, memberikan obat yang merangsang motilitas lambung dan menghindari
pemberian bersama dengan obat yang mengganggu absorbs.

Volume Distribusi
Volume distribusi merupakan rasio antara dosis obat yang diberikan dan konsentrasi obat
dalam plasma. Obat dengan konsentrasi plasma rendah, volume distribusinya hampir sama
dengan cairan tubuh total, sedangkan obat dengan ikatan protein yang kuat mempunyai
volume distribusi lebih rendah.

Gangguan fungsi ginjal tidak berpengaruh banyak terhadap volume distribusi ini. Akan tetapi
untuk obat yang sangat kuat berikatan dengan albumin, oleh karena terjadi gangguan
pengikatan albumin, menyebabkan peningkatan jumlah obat bebas sehingga terjadi
perubahan volume distribusi
Metabolisme
Ginjal merupakan tempat untuk metabolisme dalam tubuh, tetapi efek gangguan ginjal
hanya bermakna secara klinis pada dua kasus saja, yaitu ginjal bertanggung jawab terhadap
tahap akhir aktivitas vitamin D dan kebutuhan insulin pada pasien diabetes yang mengalami
gagal ginjal akut sering menjadi berkurang.

Pada gagal ginjal kronik terjadi juga perubahan kapasitas metabolisme di hati, dan organ
eliminasi selain ginjal. Jadi pada keadaan ini bukan hanya obat obat yang sebagian besar
tereliminasi oleh ginjal saja yang terpengaruh, namun obat obat yang sebagian besar
termetabolisme juga mengalami perubahan klirens.

Ekskresi Ginjal
Ginjal merupakan rute eliminasi utama untuk berbagai obat dan metabolitnya. Ekskresi merupakan
parameter farmakokinetika yang paling terpengaruh oleh gangguan ginjal. LFG atau klirens
kreatinin dapat digunakan sebagai perkiraan jumlah nefron yang berfungsi.
Apabila filtrasi glomerular terganggu oleh penyakit ginjal, maka klirens obat tereliminasi terutama
melalui mekanisme ini menjadi lebih panjang. Gagal ginjal juga akan mengubah reabsorpsi pasif
secara tidak langsung, dengan cara mengubah laju aliran urin dan pH
1. Pemeriksaan kreatinin serum
Penilaian Fu Pemeriksaan konsentrasi kreatinin serum sangat mudah
ngsi Ginjal dan secara klinis sangat berguna untuk menilai LFG.
Kreatinin klirens menggambarkan kesetimbangan antara
produksi kreatinin dengan pengeluarannya oleh ginjal.
Peningkatan kreatinin serum dari 1,0 menjadi 2,0 mg/dl
menunjukkan penurunan fungsi ginjal, dengan
perhitungan secara kasar ± 50%.

2. Pemeriksaan Perhitungan LFG


Bila kreatinin klirens dibawah 60 mL/menit maka perlu penyesuaian dosi
s obat yang dikonsumsi. Penyesuaian dapat dengan cara mengurangi
dosis obat atau memperpanjang interval minum obat. Penyesuaian ini
bertujuan untuk mendapat efek terapeutik maksimal tanpa efek samping.

Pada gagal ginjal riwayat penyakit ginjal dan penyakit lainnya (seperti
kelaninan hati) yang mempengaruhi metabolisme obat perlu diketahui
dengan jelas. Juga perlu ditelusuri riwayat pemakaian obat dan
kemungkinan alergi obat.

Pemeriksaan fisis seperti tinggi badan, berat badan, bentuk tubuh, statu
s nutrisi dan adanya edema atau dehidrasi perlu diidentifikasi untuk pen
gaturan dosis obat
Penyesuaian Dosis pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik

Dosis Loading
Dosis loading dibutuhkan bila secara klinis diinginkan pencapaian dosis
terapeutik yang lebih cepat. Dalam keadaan normal pencapaian dosis terapeutik
memakan waktu 4-5x waktu paruh obat. Pada gagal ginjal waktu paruh beberapa
jenis obat akan memanjang sehingga dibutuhkan pemberian dosis loading.

Umumnya dosis loading semua pasien hampir sama tanpa memperhatikan fungsi
ginjal. Akan tetapi penyesuaian dosis tetap diperlukan sesuai dengan perhitungan
berdasarkan berat badan, status hidrasi dan adanya sepsis.
Penyesuaian Dosis pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik

Dosis Pemeliharaan
Bila kadar terapeutik obat sudah diperoleh, konsentrasi ini harus tetap dipertahankan
untuk menghindarkan toksisitas. Obat dengan waktu paruh panjang dan cakupan
terapi luas, interval pemberiannya dapat diperpanjang, atau juga dapat dilakukan
dengan interval tetap, namun dosisnya disesuaikan.

Regimen pengobatan yang telah diberikan harus tetap dipantau pemakaiannya


dengan ketat, karena kadar obat dapat turun sehingga tidak mencapai efek terapeutik.
Pemeriksaan kadar obat sangat dianjurkan setidaknya setelah pemberian dosis ketiga
sampai kelima. Secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa dosis loading dengan
manfaat cepat, sedangkan dosis pemeliharaan berkaitan degan toksisitas obat.
Perhitungan Penyesuaian Dosis
Tahap – tahap yang dilakukan dalam penyesuaian
dosis obat sesuai fungsi ginjal adalah:
2. Dosis penyesuaian obat pada literatur
1. Menghitung estimasi Kreatinin klirens pasien
Drug Information Handbook (DIH) edisi 22
dengan formula Cockroft Gault:
(2014) dan Renal Pharmacoterapy (2013).
Formula Giusti Hayton, mengunakan fraksi
obat yang diekskresikan dalam bentuk utuh
(f) sebagai berikut:

G: faktor Giusti Hayton


F: fraksi obat yang diekskresi
CLᵁ: Kliren kreatinin pasien gangguan ginjal;
CLᴺ: Kliren kreatinin normal;
Kᵁ: tetapan kecepatan eliminasi pasien gangguan ginjal;
Kᴺ: tetapan kecepatan eliminasi normal.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai