Anda di halaman 1dari 21

Hipoglikemia

Disusun oleh:
Harzalina Zilfi Amly (1310070100195)
Nurhabibah Fitri Nasution (1310070100170)
Yulin Mustika Sari (1310070100160)

Pembimbing:
dr. Zulfahmi Nizardi
dr. Erny Erdoris
SMF ILMU PENYAKIT DALAM

RSUD Dr. PIRNGADI


Diabetes melitus merupakan salah satu
masalah kesehatan yang besar.Data dari
studi global menunjukkan bahwa
jumlah penderita diabetes melitus pada
tahun 2015 telah mencapai 415 juta
orang
Asia Tenggara mempunyai jumlah pasien
diabetes mellitus berjumlah 78.3 juta penderita
dan diperkirakan akan meningkat 140.2 juta
penderita pada tahun 2040. ¾ dari penderita
diabetes hidup di negara dengan pendapatan
rendah (International Diabetes Federation,
2015).
RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam laoran kasus ini adalah ‘bagaimana
gambaran klinis dan penatalaksanaan
penyakit pasien yang mengalami hipoglikemi

Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian


Tujuan penulisan laporan Manfaat yang diharapkan dari
kasus ini diantaranya : penulisan laporan kasus ini
a. Untuk memahami tinjauan diantaranya :
ilmu teoritis tentang Memperkokoh landasan teoritis
Hipoglikemi ilmu kedokteran di bidang ilmu
b. Untuk mengintegrasikan penyakit dalam, khususnya
ilmu kedokteran terhadap mengenai Hipoglikemi
kasus Hipoglikemi Sebagai bahan informasi bagi
c. Untuk memahami perjalanan pembaca yang ingin mendalami
penyakit pada pasien lebih lanjut topik-topik yang
Hipoglikemi berkaitan dengan Hipoglikemi
Tinjauan Pustaka

Defenisi Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan kumpulan gejala klinis yang


disebabkan konsentrasi glukosa darah yang rendah.
Hipoglikemia secara harfiah berarti konsentrasi glukosa
darah dibawah harga normal. Batas konsentrasi glukosa
darah untuk mendiagnosis hipoglikemia tidak sama
untuk setiap orang
Hipoglikemia diklasifikasikan menjadi ringan, sedang, dan berat
menurut gejala klinis yang dialami oleh pasien

Ringan Simtomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada


gangguan aktivitas sehari – hari yang nyata
Sedang Simtomatik, dapat diatasi sendiri,
menimbulkan gangguan aktivitas sehari –
hari yang nyata
Berat Sering (tidak selalu) simtomatik, karena
gangguan kognitif pasien tidak dapat
mengatasi sendiri
Membutuhkan pihak ketiga tetapi tidak
membutuhkan terapi parenteral
Membutuhkan terapi parenteral (glukagon
intramuskuler atau intravena)
Disertai kejang atau koma
American Diabetes Association Workgroup on Hypoglycemia
mengklasifikasikan kejadian hipoglikemia terkait dengan derajat
keparahannya

Hipoglikemia Pasien membutuhkan bantuan orang lain


berat untuk pemberian karbohidrat, glukagon
atau resusitasi lainnya.

Hipoglikemia Kadar gula darah plasma ≤ 70 mg/dl


simptomatik disertai gejala klinis hipoglikemia

Hipoglikemia Kadar gula darah plasma ≤ 70 mg/dl tanpa


asimptomatik disertai gejala klinis hipoglikemia
Probable Gejala klinis hipoglikemia tanpa disertai
hypoglycemia pengukuran kadar gula darah plasma
1. Pada pasien DM
• Defisiensi insulin endogen, yang sekaligus menandakan
bahwa telah terjadi penurunan respon glukagon
• Terapi DM secara agresif, yang terlihat dari rendahnya target
terapi, baik glukosa darah, HbA1C atau keduanya
• Riwayat hipoglikemia
• Latihan jasmani dengan intensitas ringan-berat
• Tidur
• Gagal ginjal
• Gaal hati
• Pasca persalinan pada ibu yan mengunakan terapi insulin saat
hamil
• Asupan makanan tidak adekuat
2. Pada pasien non DM
• Pasien yang sakit atau dalam pengobatan
• Obat (alcohol, beta blockers, pentamidine, kombinasi
sulfametoksazole dan trimethopirm)
• Penyakit kritis (gaal hati, gagal ginjal, gagal jantung, sepsis,
inanition)
• Defisiensi hormone (kortisol, glucagon dan epinefrin)
• Tumor non sel islet
• Pasien yang tampak sehat
• Hiperinsulinisme endoen (insulinoma, angguan sel beta
fungsional, hipoglikemia akibat insulin autoimun, Insulin
sekretagog
• Hipoglikemia accidental, surreptitious,malicious
• Gejala dan Tanda

Gejala
Gejala
neuroglikopeni
neurogenic
k
Gemetaran Sulit berfikir
Kulit lembab dan pucat
Bingung
Rasa cemas
Keringat berlebihan Sakit kepala

Mudah rangsang Kejang-kejang


Penglihatan kabur atau
kembar koma
patofisiologi
Tubuh memerlukan kadar gula darah yang normal melalui
regulasi gula darah yang fisiologis untuk memenuhi
kebutuhan energi jaringan

Pada kejadian hipoglikemi, mekanisme pertahanan tubuh


yang berfungsi akan mengaktifasi beberapa system
neuroendokrin, tidak berlangsung secara adekuat atau
mengalami gangguan.

Gangguan mekanisme tersebut menyebabkan keadaan


hipolikemi karena tubuh gagal mempertahankan kadar
normal gula darah baik oleh penyebab dari luar maupun
dalam tubuh sendiri
Diagnosis
Untuk membuat diagnosis hipoglikemi, berdasarkan definisi
diperlukan adanya trias dari whippel (whippel triad) yang terdiri
atas:
1. Adanya gejala klinis hipoglikemi, berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik,
2. Kadar glukosa dalam plasma yang rendah pada saat yang
bersamaan, berdasarkan pemeriksaan penunjang/
laboratorium dan
3. 3. Keadaan klinis segera membaik segera setelah kadar
glukosa plasma menjadi normal setelah diberikan pengobatan
pemberian glukosa
1. Anamnesa
 Rasa gemetar
 Perasaan lapar
 Pusing
 Keringat dingin
 Jantung berdebar
 Gelisah
 Penurunan kesadaran sampai koma dengan atau tampa
kejang
 Pada pasien atau keluarga perlu ditanyakan adanya
pemakaian preparat insulin atau obat hipoglikemik oral,
dosis terakhir, waktu pemakaian terakhir, perubahan dosis,
waktu makan terakhir, jumlah asupan makanan, dan aktivitas
fisik yan dilakukan.
2. Pemeriksaan fisik
 Pucat
 Keringat dingin
 Tekanan darah menurun
 Frekuensi denyut jantung meningkat
 Penurunan kesadaran
 Defisit neurologic (reflek patologis + pada satu sisi tubuh)
sesaat

3. Pemeriksaan penunjang
 Kadar glukosa darah (GD), tes fungsi ginjal, tes fungsi hati,
C-peptide
Diagnosa Banding:

Hipoglikemia karena
• Obat:
o (sering): insulin, sulfonilurea, alkohol
o (kadang): klinin, pentamidine
o (jarang): salisilat, sulfonamid
• Hiperinsulinisme endogen: insulinoma, kelainan sel
jenis lain, autoimun, sekresi insulin ektopik
Penatalaksanaan
1. Stadium permulaan (sadar)
o Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirup/permen
gula murni (bukan pemanis pengganti gula atau gula diet/gula
diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat
o Hentikan obat hipoglikemik sementara
o Pantau glukosa darah sewaktu
o Pertahankan gula darah diatas dan makanan yang mengandung
karbohidrat
o Hentikan obat hipoglikemik sementara
o Pantau glukosa darah sewaktu
o Pertahankan gula darah diatas 100mg/dL (bila sebelumnya tidak
sadar)
o Cari penyebab
2. Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga
hipoglikemia)
o Diberika larutan dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon ( = 50
mL) bolus intravena
o Diberikan cairan dektrosa 10% per infus, 8 jam per kolf bila
tanpa penyulit lain
o Periksa gula darah sewaktu (GDs), kalau memungkinkan
dengan glukometer:
• Bila GDs < 50 mg/dL, tambahkan bolus dekstrose 40%
50 mL IV
• Bila GDs < 100 mg/dL tambahkan bolus dekstrose 40%
25 mL IV
o Periksa GDs setiap Periksa GDs setiap 15 menit setelah
pemberian dekstrose 40%
• Bila GDs < 50 mg/dL, tambahkan bolus dekstrose 40%
50 mL IV
• Bila GDs < 100 mg/dL tambahkan bolus dekstrose 40%
25 mL IV
• Bila GDs 100-200 mg/dL, tanpa bolus dekstrose 40%
• Bila GDs > 200 mg/dL, pertimbangkan menurunkan
kecepatan drip dekstrose 10%
o Bila GDs > 100mg/dL sebanyak tiga kali berturut-turut,
pemantauan GDs setiap 2 jam, dengan protokol sesuai di
atas. Bila GDs >200 mg/dL pertimbangkan mengganti infus
dengan dekstrose 5% atau NaCl 0,9%
o Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak tiga kali berturut-turut
masing-masing selang 2 jam, pemantauan GDs setiap 4
jam, dengan protokol sesuai di atas. Bila GDs > 200 mg/dL
pertimbangkan mengganti infus dengan dekstrose 5% atau
NaCl 0,9%
o Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak tiga kali berturut-turut
masing-masing selang 4 jam, pemeriksaan GDs dapat
diperpanjang sesuai kebutuhan sampai efek obat penyebab
hipoglikemia diperkirakan sudah habis dan pasien sudah
dapat makan seperti biasa.
o Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan
pemberian antagonis insulin, seperti glukagon 0,5-5-1 mg
IV/IM atau kortison, adrenal
o Bila pasien belum sadar, sementara hipoglikemia sudah
teratasi, maka cari penyebab lain atau sudah terjadi brain
damage akibat hipoglikemia berkepanjangan.
Pencegahan
• Pada pasien baru, sebaiknya dosis OHO dimulai dari dosis
kecil
• Pada pasien ganguan fungsi ginjal, dosis obat harus hati-hati
karena terjadi akumulasi
• Hati-hati pemberian obat DM pada orang tua
• Hati-hati pemakaian obat untuk penyakit penyerta DM, seperti
derifat salisilat, sulfa, fenibutazon obat-obat ini dapat
menurunankan gula darah.

Anda mungkin juga menyukai