Anda di halaman 1dari 33

ASMA BRONKIAL Suryani Padua F

DEFINISI
Asma adalah inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan
berbagai sel inflamasi dan elemennya yang berhubungan dengan
hipereaktivitas bronkus
sehingga menyebabkan episode berulang berupa mengi, sesak
nafas, rasa berat di dada, dan batuk terutama malam atau dini hari,
episodik perburukan tersebut berkaitan dengan luasnya
peradangan, variabilitas beratnya obstruksi jalan nafas yang
bersifat reversibel baik spontan ataupun dengan pengobatan
FAKTOR RISIKO
Faktor Host Faktor Lingkungan
Genetik : riwayat atopi Alergen
- Dalam ruangan : debu rumah, serpihan kulit,
bulu binatang, kecoa, jamur, dll
- Luar ruangan : tepung sari, jamur
Obesitas Infeksi Pernafasan terutama yang disebabkan
virus
Jenis kelamin (laki-laki > perempuan) Sensitisasi Lingkungan kerja (okupasi)
Asap rokok (aktif, pasif)
Polusi udara
-Dalam rumah : asap dapur, bau yang
keras/merangsang dari masakan, dll
-Luar rumah : asap kendaraan, dll
FAKTOR PENYEBAB
OBSTRUKSI JALAN NAFAS
Bronkokonstriksi :
- mekanisme utama obstruksi jalan nafas pada asma
- respons baik dengan bronkodilator (reversibel)
Edema dinding saluran nafas :
- akibat inflamasi kronik pada kondisi asma sehari-hari yang meningkat pada saat eksaserbasi
akut
Penebalan dinding saluran nafas
- akibat penebalan membran basal, merupakan perubahan struktur jalan nafas yang disebut
airway remodelling
Hipersekresi mukus
- akibat inflamasi terjadi hipersekresi mukus dan eksudasi yang menyebabkan sumbatan
lumen jalan nafas oleh lendir yang mengental (mucus plugging)
Bronkokonstriksi

Membran Basalis
Menebal

Edema Dinding
Bronkus

Sekret Kental
Hipereaktivitas Bronkus
- tanda khas kelainan fungsional pada asma, menghasilkan penyempitan jalan
nafas sebagai respons rangsangan (hipereaktif), yang pada orang normal tidak
terjadi
PATOFISIOLOGI ASMA
BRONKIAL

Bronkodilator
Antiinflamasi
GEJALA KLINIS
- batuk berulang
- sesak nafas
- rasa berat di dada
- nafas berbunyi (mengi)
Dengan karakteristik :
- episodik : serangan berulang yang di antaranya terdapat periode bebas serangan
- variabilitas : bervariasinya kondisi asma pada waktu-waktu tertentu, dalam 1 hari terjadi
variabilitas dengan perburukan pada malam atau dini hari
- reversibel : meredanya gejala asma dengan atau tanpa obat bronkodilator agoonis beta 2
kerja singkat (SABA)
- disertai gejala lain, yang tersering : rinitis alergika
- disertai gejala atopi (rinitis alergika, konjungtivitis alergik dan
dermatitis atopi)
- mempunyai riwayat alergi dalam keluarga
- jika batuk pilek berlangsung lama (>10 hari) dan sering
komplikasi ke saluran nafas bawah
PEMERIKSAAN FISIK
- bervariasi dari normal (saat stabil/tidak eksaserbasi), sampai gambaran
klinis berat pada saat eksaserbasi akut berat
- inspeksi : pasien tampak sesak, gelisah, penggunaan otot-otot bantu
nafas, retraksi dinding dada
- palpasi : simetris jika tidak ada komplikasi pneumothorax
- perkusi : sonor
- auskultasi : wheezing (mengi) yang pada umumnya bilateral, polifonik
dan lebih terdengar pada fase ekspirasi.
Jika obstruksi total dapat tidak terdengar wheezing lagi, penurunan
kesadaran.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
SPIROMETRI
- VEP1 (Volume Ekspirasi Paksa detik pertama) < 75-80%
- perbandingan VEP1/KVP (Kapasitas Vital Paksa) < 70%
 Menandakan obstruksi jalan nafas

- menilai reversibilitas dengan menilai perubahan cepat VEP1 atau APE (arus puncak
ekspirasi) setelah pemberian bronkodilator
- reversibilitas (+) jika terdapat perubahan VEP1 sebesar 12% atau 200 ml dari sebelum
bronkodilator dan setelah pemberian bronkodilator  hal ini mengindikasikan adanya
respons terhadap bronkodilator
PENGUKURAN APE (ARUS PUNCAK EKSPIRASI)
- alat peak flowmeter tidak mahal, plastik, ringan, portable sehingga ideal
untuk pasien melakukan di rumah sehari-hari
- dapat menilai :
* reversibilitas : APE meningkat >60 l/mnt atau 20% setelah pemberian
bronkodilator menandakan respons terhadap bronkodilator
* variabilitas harian : mengukur APE pagi dan malam jika nilai variasi
harian >20% selama 2 minggu menandakan kemungkinan diagnosis asma

Variabilitas harian = APE malam – APE pagi x 100%


 ----------------------------------------------
 ½ (APE malam + APE pagi)
PEMERIKSAAN PENUNJANG TAMBAHAN :
- uji provokasi bronkus
- uji alergi untuk menilai status alergi
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Eosinofilia 5-15%
Kadar IgE spesifik serum meningkat pada penderita dengan alergi
tertentu
Skin prick test : uji kulit dengan alergen pada asma alergi
RADIOLOGI
Foto thoraks asma : normal atau hiperinflasi
Untuk menyingkirkan penyulit : pneumonia, pneumothoraks,
pneumomediastinum, atelektasis
DIAGNOSIS BANDING
- sindroma hiperventilasi atau serangan panik
- obstruksi saluran nafas atas dan benda asing
- disfungsi pita suara
- bronkitis kronik
- PPOK
- bronkiolitis
- interstitial lung disease
- kondisi lain bukan respirasi (misal gagal jantung ventrikular)
KLASIFIKASI ASMA
N Derajat Asma Gejala Gejala Malam Spirometri
o
1 Intermiten - Gejala < 1x/minggu ≤ 2x/bulan - VEP1 atau APE ≥ 80%
- Tidak ada gejala diluar eksaserbasi prediksi
- Eksaserbasi singkat - Variabilitas VEP1 atau
APE < 20%
2 Persisten ringan - Gejala >1x/minggu tetapi < 1x/hari > 2x / bulan - VEP1 atau APE ≥ 80%
- Eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan prediksi
tidur - Variabilitas VEP1 atau
APE 20 – 30 %
3 Persisten sedang - Gejala setiap hari > 1x / minggu - VEP1 atau APE 60 -80%
-Eeksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur prediksi
-Membutuhkan bronkodilator setiap hari - Variabilitas VEP1 atau
APE > 30%
4 Persisten berat - Gejala setiap hari Sering - VEP1 atau APE ≤60%
- Eeksaserbasi sering prediksi
- Aktivitas fisik terbatas - Variabilitas VEP1 atau
APE > 30%
PENGOBATAN ASMA
RELIEVER : dipakai saat serangan, bersifat bronkodilator
Contoh : SABA inhalasi atau oral, kortikosteroid sistemik,
antikolinergik inhalasi, teofilin kerja singkat
CONTROLLER : dipakai rutin setiap hari, bertujuan untuk
mengontrol gejala, berupa bronkodilator dan antiiflamasi
Contoh : kortikosteroid inhalasi atau sistemik, LABA inhalasi atau
oral, teofilin lepas lambat, antileukotrien, antihistamin
PENGOBATAN ASMA
INTERMITEN
OBAT PENGONTROL
Tidak perlu

OBAT PELEGA
Bronkodilator aksi singkat
Inhalasi beta-2 agonis bila perlu
PENGOBATAN ASMA
PERSISTEN RINGAN
OBAT PENGONTROL
Inhalasi kortikosteroid < 500 g
OBAT PENGONTROL LAIN
Teofilin lepas lambat atau kromolin atau antileukotrien
OBAT PELEGA NAPAS
Bronkodilator aksi singkat
Inhalasi agonis beta-2 bila perlu
PENGOBATAN ASMA
PERSISTEN SEDANG
OBAT PENGONTROL
 Inhalasi kortikosteroid 500-1000 g
 Bronkodilator aksi lama inhalasi/oral atau Teofilin
lepas lambat
 Anti leukotrien

OBAT PELEGA
Bronkodilator aksi singkat
Inhalasi beta-2 agonis bila perlu, tidak melebihi 3-4 x/hari
PENGOBATAN ASMA
PERSISTEN BERAT
OBAT PENGONTROL
Inhalasi kortikosteroid > 1000 g +
inhalasi LABA + 1 atau lebih obat berikut bila perlu :
 Teofilin lepas lambat
 Antileukotrien
 Agonis beta-2 kerja lama oral
 Kortikosteroid oral
OBAT PELEGA
SABA
Inhalasi agonis beta-2 bila perlu
EKSASERBASI AKUT
Episodik perburukan yang ditandai dengan meningkatnya gejala (sesak nafas, batuk,
mengi, rasa berat di dada) dengan penurunan APE atau VEP1 pada pemeriksaan
spirometri.
Disebabkan berbagai faktor, seperti alergen, infeksi pernafasan terutama karena virus,
polutan dan obat-obatan
Penanganan eksaserbsi :
- penilaian berat eksaserbasi
- pengobatan yang adekuat sesuai beratnya serangan
- penilaian respons pengobatan
- tindakan sesuai respon pengobatan
STATUS ASMATIKUS
Serangan asma akut yang berulang atau terus menerus , yang tidak
memberi respons terhadap pengobatan yang biasa diminum
penderita
PENILAIAN BERAT
EKSASERBASI
Gejala & tanda Ringan Sedang Berat Mengancam jiwa

Sesak nafas jika Berjalan Berbicara Istirahat


Posisi Dapat tidur Duduk Duduk Berbaring
telentang
Cara berbicara 1 kalimat Beberapa kata Kata per kata
Kesadaran Mungkin gelisah Gelisah Gelisah Mengantuk,
gelisah, kesadaran
menurun
Frekuensi nafas <20 x/mnt 20-30x/mnt >30x/mnt
Otot bantu nafas - + + Pergerakan
torakoabdominal
paradoksal
Mengi Sedang, akhir Keras, jelas saat Keras saat insp Tidak ada / silent
ekspirasi ekspirasi dan eksp chest
Nadi < 100x / mnt 100-120 >120 bradikardia
Pulsus paradoksus <10 mmHg 10-25 >25 - (krn kelelahan
otot)
APE > 80% 60-80% <60%
PaO2 Normal  60 mmHg <60 sianosis
Pa CO2 < 45 mmHg  < 45 > 45
Sa O2 >95% 91-95% <90%
TATALAKSANA EKSASERBASI
Oksigenasi hingga mencapai saturasi > 90%
Inhalasi SABA melalui nebuliser tiap 20 menit dalam 1 jam
Kortikosteroid sistemik pada kondisi pasien : tidak respon terhadap SABA,
sedang dalam kortikosteroid oral, eksaserbasi akut berat
Evaluasi ulang setelah 1 jam (2x), jika :
- respons baik : pasien dapat pulang ke rumah
- respons parsial APE < 60% dan risiko asma fatal  observasi rawat inap
- respons buruk (tanda-tanda gagal nafas, APE <30%)  perawatan ICU jika
perlu dengan intubasi dan ventilasi mekanik
Penilaian Awal :
-riwayat asma sebelumnya
- menilai derajat serangan

Terapi Awal :
-Oksigenasi (target saturasi O2 ≥ 90%, anak ≥ 95%)
-Inhalasi SABA 3x (selang 20 menit) selama 1 jam
-Kortikosteroid sistemik (jika respon awal tidak adekuat, riwayat KS oral
sebelumnya, atau serangan berat)

Evaluasi Ulang Setelah 1 jam


Serangan Berat :
-Riwayat serangan asma yang mengancam
Serangan Sedang :
jiwa
-PEF 60-80% prediksi
-PEF <60% prediksi
- PF : penggunaan otot bantu nafas +
-PF : gejala berat saat istirahat, retraksi +
Terapi :
Terapi :
-Oksigenasi
-Oksigenasi
-Inhalasi SABA tiap 60 menit
-Inhalasi SABA dan inhalasi antikolinergik
-Kortikosteroid oral
-Kortikosteroid sistemik
-Injeksi MgSO4

Evaluasi Ulang Setelah 1- 2 jam


Respon Baik : Respon Buruk :
Respon Parsial :
-PF normal, tidak -PF : gejala berat,
-PF : gejala sedang
ada tanda2 gagal mengantuk, gelisah
atau ringan
nafas -PEF <30%
-PEF < 60%
-PEF >70% -AGD : PCO2 >45
-SaO2 tidak ada
-SaO2 >90% mmHg, PO2 < 60
perbaikan
mmHg

Rawat Jalan Rawat Inap ICU


THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai