Anda di halaman 1dari 13

NUTRASETIKAL UNTUK TERAPI DIABETES

Patofisiologi Diabetes
Hiperglikemia disebabkan gangguan dalam sekresi insulin dan peningkatan resistensi sel

terhadap insulin. Diabetes mellitus menyebabkan kerusakan jaringan dan organ dalam jangka

panjang atau disfungsi mata, ginjal, sistem saraf dan sistem vaskuler.

Patofisiologi diabetes mellitus berhubungan dengan hormon insulin, yang disekresi oleh sel sel

beda pada pankreas. Hormon ini bertanggung jawab terhadap pemeliharaan kadar glukosa

didalam darah, membuat sel-sel tubuh bisa menggunakan glukosa sebagai sumber energi

utama. Namun, pada subjek diabetes, akibat metabolisme insulin yang tidak normal, sel-sel dan

jaringan tubuh tidak memanfaatkan glukosa dari tubuh, sehingga menyebabkan peningkatan

kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.


Tipe-Tipe Diabetes Mellitus
1. Diabetes Mellitus tipe 1
• Pankreas tidak mensintesiskan hormon insulin dalam jumlah yang cukup.
• Adanya penyakit autoimun.
• Lebih sering terjadi pada anak-anak atau usia sekitar 20 tahun.
• Pengobatannya menggunakan insulin
Diabetes mellitus tipe 1 dikenal DM yang tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus, IDDM)
2. Diabetes Mellitus tipe 2
• Produksi insulin tetap normal, namun sel-sel tubuh menolak insulin.
• Lebih sering terjadi usia paruh baya sekitar 40 tahun.
• Diabetes mellitus tipe 2 dikenal DM yang tidak tergantung insulin (Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus, NIDDM)
Diabetes Gestasi disebabkan oleh fluktuasi
hormon selama kehamilan. Biasanya kadar
glukosa kembali normal, setelah bayi dilahirkan.
Tanda dan Gejala
• Gejala klinis :
• Polyuria (Sering buang air kecil)
• Polydipsia (meningkatnya rasa haus)
• Polyphagia (meningkatnya rasa lapar).
• Gejala – gejala pada DM tipe 1 berkembang cepat
(beberapa minggu atau beberapa bulan). Pada DM tipe 2
gejala berkembang jauh lebih lambat atau bahkan tidak
terlihat.
• Gangguan penglihatan
Diagnosis
• Kadar glukosa plasma puasa : 126 mg/dL (>7.0
mmol/L)
• Glukosa plasma dua jam setelah konsumsi
glukosa (makan) : 200 mg/dL (> 11,1 mmol/L)
• Gejala-gejala hiperglikemia dan glukosa
plasma kasual : 200 mg/dL (>11,1 mg/L)
Menurut definisi saat ini :
• Dua kali pengukuran glukosa puasa dengan hasil diatas
126 mg/dL dianggap diagnostic untuk diabetes mellitus.
• Subjek dengan kadar glukosa puasa 100-125 mg/dL
dianggap mengalami gangguan glukosa puasa.
• Pasien dengan glukosa plasma 140 mg/dL atau lebih,
namun tidak lebih dari 200 mg/dL, dua jam setelah
konsumsi glukosa dianggap mengalami gangguan
toleransi glukosa.
TERAPI NUTRASETIKAL
Tujuan utama dalam terapi adalah untuk
mencapai dan mempertahankan kadar glukosa
puasa yang optimal. Serta untuk mencegah
dan mengobati konsekuensi kronik dan
komplikasi karena rendahnya kontrol gula
darah selama bertahun-tahun.
1. Supplemen serat.

Serat makanan adalah suatu aspek penting dalam pengendalian gula darah.

Penambahan serat-serat yang larut dalam air, seperti garam, pectin dan getah dapat

menurunkan kecepatan absorpsi karbohidrat dan meningkatkan sensitivitas jaringan

terhadap insulin. Hal ini bermanfaat untuk penderita diabetes tipe 1 dan 2. Penggunaan

bubuk kulit ari psyllium ( 5 gram 2x sehari 20-30 menit sebelum makan) dapat menurunkan

kadar glukosa darah puasa dan postprandial.

Penambahan supplemen serat terhadap makanan dalam bentuk psyllium atau produk

yang sama merupakan cara yang sangat baik untuk memelihara dan mengkontrol glikemik.
2. Asam lemak esensial

Asam lemak 6 esensial menjadi gamma-asam linoleat (GLA) . GLA adalah

meningkatkan konduksi syaraf dan perbaikan penyakit-penyakit kulit.

Asam lemak omega 3 dari minyak biji atau suplemen minyak ikan, minyak ini

berfungsi terhadap sistem kardiovaskular, kolesterol, dan gangguan lipid lainnya. EPA

rantai panjang DHA yang ditemukan di dalam minyak ikan juga diperlukan untuk retina.

3. Mikronutrien

Produk multivitamin mineral berkualitas tinggi mesti menjadi dasar bagi terapi

dengan suplemen yang mengandung vit. B, vit. C dan magnesium yang cukup.
4.Krom

Merupakan unsur pokok 1 dalam molekul yang dikenal sebagai faktor toleransi. Kompleks ini

memfasilitasi pengambilan glukosa ke dalam sel-sel bersamaan dengan insulin, yang bertindak seperti

suatu co-faktor bagi insulin.

5.Vanadlum

Menunjukkan aktivitas seperti insulin idalm sel-sel dan jaringan yang terisolasi dan dianggap memiliki

potensi terapi bagi pasien diabetes

6.Blotin

Memiliki aktivitas untuk menstimulasi sekresi insulin yang diinduksi glukosa, meningkatkan sensitivitas

insulin dan mempercepat terjadinya glikolisis di dalam hati dan pankreas dengan peningkatan enzim

glukokinase. Pemberian suplemenbiotin dapat memperbaiki toleransi glukosa dan insulin pada hewan

coba model diabetes tidak bergantung dan tergantung insulin


7. Asam a-lipoat

Merupakan suatu antioksidan alami dan serbaguna. Untuk kasus gangguan metabolisme glukos dan

komplikasi akibat diabetes, asam lipoat sangat berguna. Asm lipoat tidak hanya mengatur sentivitas glukosa dan

insulin, namun juga untuk mencegah dan mengobati berbagai kerusakan oksidatif yang terjadi bersamaan dengan

hiperglikemia.

Penggunaan asam lipoat secara oral dalam dosis tinggi mesti diikuti oleh biotin untuk mencegah

terhambatnya proses enzim yang bergantung biotin. Banyak nutrasetikal lain yang telah berhasil digunakan untuk

pengobatan pasien diabetes. Nutrasetikal diantaranya carnitin, niacin, zinc, kuercetin dan agen-agen lipotropik

seperti inositol dan kolin.

8. Tanaman obat

Metformin adalah contoh dari agen penurunan glukosa oral yang sangat berkhasiat. Perkembangannya di

dasarkan kepada penggunaan Galega officianalis banyak mengandung guanidine (komponen hipoglikemik). Karena

guanidine terlalu toksik untuk digunakan, alkil biguanidin A dan synthalin B diperkenalkan sebagai obat antidiabetes

dieropa. Namun perkembangan tersebut menyebabkan penyembangan dari metformin.


• Ginseng species
Dapat menurunkan kadar glukosa

Anda mungkin juga menyukai