Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

BRONKIOLITIS

DIPRESENTASIKAN OLEH:
SUSASTI HASANAH
1310.221.073
PRESENTASI KASUS
Identitas Pasien

Nama : An. AHD


Umur : 3 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Berat badan : 6,2 kg
Agama : Islam
Alamat : Grabag, Magelang
Tanggal masuk RSMS : 1 Juli 2014
Tanggal periksa : 1 Juli 2014
Ruang Rawat : Flamboyan
No. CM :106849
Keluhan Utama

Demam
RPS

• Ibu pasien mengaku anaknya demam sejak sekitar 2 hari yang lalu.
Demam naik turun tidak menentu. Demam bertambah tinggi sejak
kemarin. Demam sempat turun jika setelah minum sanmol, namun
beberapa jam kemudian demam meningkat kembali. Pasien tidak
menangis sejak kemarin namun merintih. Pasien menolak untuk
menyusu. Pasien muntah 1x setelah menyusu kemarin. Pasien terkadang
batuk-batuk kering.

RPD
• Riwayat penyakit yang sama : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat DM : disangkal
• Riwayat penyakit jantung : disangkal
• Riwayat asma : disangkal

RPK
• Riwayat keluhan yang serupa : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat DM : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
RPO

• Pasien dua hari yang lalu berobat ke


bidan dan mendapat sanmol dan obat
puyer.

Sosial dan Exposure

• Community : Pasien tinggal bersama


orang tua dan 1 orang adiknya. Pasien
lahir spontan dalam keadaan normal
dan berat badan lahir normal
PEMERIKSAAN FISIK
(Tanggal 1-7-2014)

Keluhan :
Demam
Sesak
Batuk kering
Tidak mau menyusu
Tidak menangis, namun merintih

Keadaan umum : Lemah, merintih


Kesadaran : Somnolen
Vital Sign
(Tanggal 1-7-2014)

Heart Respiratory Temperatur


Rate Rate e

RR:
RR: 66x/m
66x/m lalu
lalu 3
3 jam
jam kemudian
kemudian

145 x/m
mendapat
mendapat RR
RR menjadi:
menjadi: RR
RR kembali
kembali
nebulizer 48x/m meningkat,
(fartolin) menjadi 68 x/m

38,3
(Normal °C
(Normal
range:
Range: 20-
140
30 x/m)
x/m)
Status Generalis

Bentuk kepala : Mesocephal, simetris, tanda radang (-)


Rambut : Warna rambut hitam kemerahan
Mata : Simetris, edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis
(+/+), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+) normal isokor
3 mm
Telinga : Discharge (-/-), deformitas (-/-)
Hidung : Dicharge (-/-), deformitas (-), nafas cuping
hidung (+)
Mulut : Bibir pucat (+), bibir kering (+), sianosis (-),
lidah sianosis, atrofi papil lidah(-)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid
(-)
Status Lokalis

Pulmo
Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi interkostal dan epigastrik (+), ketinggalan gerak (-), jejas (-)
Palpasi : Vokal fremitus hemitoraks kanan sama dengan hemitoraks kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler (+) normal, RBH (+/+), RBK (-/-), Wheezing (+/+), ekspirasi memanjang(+)

Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V 2 jari lateral LMCS, kuat angkat (-)
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1 > S2, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Perkusi : Timpani, tes pekak alih (-), pekak sisi (-)
Palpasi : Supel, undulasi (-), nyeri tekan (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba

Ekstremitas
Superior : Edema (-/-),akral dingin (-/-), sianosis (-/-),ptekie (-/-)
Inferior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), sianosis (-/-),ptekie (-/-)
Kulit teraba kering
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium
Foto Rontgen Thorax
Tanggal 01-07-2014

Leukosit 22,6 x 10³ H

Eritrosit 4,55 x 10 Kesan :


Hemoglobin 10,9 L
Gambaran infiltrate di
Hematokrit 34,0 L

Platelet 563 x 10° H perihiler dan


PCT 0,463 % paracardial bilateral
MCV 75 L

MCH 23,9 L
Besar cor normal
MCHC 32,0 L Sistem tulang intak
RDW 14,7 H

MPV 8,2

Limfosit 18,7%

Monosit 5,2%

Granulosit 76,1%
DIAGNOSIS KERJA
Bronkiolitis

DIAGNOSIS BANDING
Asthma, bronkopneumonia

PENATALAKSANAAN
IVFD D5% ¼ NS 600 cc/ 24 jam
Otopan drop 3 x 0,7 ml
Lapixim 3 x 200 mg
Fartolin 0,6 ml + NaCl 2 ml
O2 2L/menit (kp)
 
PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanamtionam : Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
• Bronchiolitis adalah inflamasi akut bronkiolus yang
biasanya disebabkan oleh infeksi virus (paling sering

Definisi respiratory syncytial virus dan metapneumovirus


manusia). Kondisi ini dapat terjadi pada orang dari
segala usia, tetapi gejala yang berat biasanya terlihat
hanya pada bayi muda.

• RSV

Etiologi
• human metapneumovirus
• parainfluenza virus
• influenza virus
• adenovirus
Anatomi dan Fisiologi Bronkiolus
PATOFISIOLOGI

Infeksi Bronkiolus

Cedera Bronkiolar

Nekrosis epitel
Infiltrasi limfosit Peningkatan neutrofil
Regenerasi epitel
Proliferasi sel goblet >> dan sel nonsilia Edema Radang
Produksi lendir >> Pengeluaran sekret
terganggu

Obstruksi bronkiolus

Hiperinflasi Peningkatan Atelektasis Gangguan


resistensi sal. nafas ventilasi-perfusi
DIAGNOSIS

Diagnosis bronkiolitis berdasarkan presentasi klinis, usia pasien, kejadian musiman, dan temuan dari pemeriksaan fisik, yang
diantaranya:
Wheezing, yang tidak membaik dengan tiga dosis bronkodilator cepat.
Ekspirasi memanjang/ekspiratory effort
Hiperinflasi dinding dada, dengan hipersonor pada perkusi
Demam (38-39 ° C)Retraksi dinding dada bagian bawah ke dalam
Crackles atau ronkhi halus pada auskultasi dada
Sulit makan, menyusu atau minum 

Tes Laboratorium:
Pengujian antigen virus yang cepat sekret nasofaring untuk respiratory syncytial virus
Sel darah putih dengan diff. count
Kadar protein C-reaktif (+ bila >0,8 mg/dL)
Pulse oximetry
Kultur darah
Analisis cairan serebrospinal dan kultur 

Foto Rontgen:
Hiperinflasi  akan tampak diameter antero-posterior yang membesar jika
difoto lateral
Diafragma mendatar
Bercak konsolidasi (krn atelektasis)
Hiperareasi
Gambaran jantung yang melayang
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS GEJALA

Asma Riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan dgn batuk-pilek


Hiperinflasi dinding dadaE
kspirasi memanjang
Berespon baik terhadap bronkodilator

Bronkiolitis Episode pertama wheezing pada umur < 2 tahun


Hiperinflasi dinding dada
Ekspirasi memanjang
Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai
Respons kurang/tidak ada respons terhadap bronkodilator

Wheezing berkaitan dengan batuk- Wheezing selaluberkaitan dengan batuk-pilek


pilek Tidak ada riwayat keluarga dengan asma/alergi
Ekspirasi memanjang
Cenderung lebih ringan dibandingkan wheezing akibat asma
Berespons baik terhadap bronkodilator

Benda asing Riwayat tersedak atau wheezing tiba-tiba


Wheezing umumnya unilateral
Air trapping dengan hipersonor dan pergeseran mediastinum
Tanda kolaps paru

Pneumonia Batuk dengan nafas cepat


Retraksi dinding dada bagian bawah
DemamCrackles/ronkhi
Pernapasan cuping hidung
Merintih/grunting
TATALAKSANA

• Sebaiknya anak mendapatkan uap dingin (mist-tent)


Nebulizer • Tujuannya mencairkan sekret bronkus yang liat

• Oksigen perlu diberikan walau anak tidak sianosis


Oksigen
• Bila curiga adanya infeksi bakteri
Antibiotik

Infus cairan • Diberikan untuk balance asam-basa tubuh karena


dapat terjadinya asidosis respiratorik atau metabolik
elektrolit
• Parasetamol untuk demam
Obat Simptomatik
KOMPLIKASI

Dengan bronkiolitis, seperti penyakit lainnya, berbagai komplikasi


yang mungkin, termasuk yang disebabkan oleh terapi. Pada
kebanyakan kasus, penyakit ini ringan dan self-limited. Namun, pada
bayi dengan imunosupresi dan orang-orang dengan penyakit jantung
dan paru didapat, RSV bronchiolitis dapat mengakibatkan salah satu
dari berikut:
Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS)
Bronchiolitis obliterans
Gagal jantung kongestif
Infeksi sekunder
Miokarditis
Aritmia
Penyakit paru-paru kronis
Asthma
PROGNOSIS

Infeksi saluran pernafasan akut pada anak-anak kurang dari 5


tahun masih merupakan penyebab utama kematian anak di dunia.
Pada tahun 2000, infeksi saluran pernapasan akut menyumbang
diperkirakan 1,9 juta kematian di seluruh dunia; 70% kematian ini
terjadi di Afrika dan Asia Tenggara.

Bronchiolitis adalah self-limiting disease yang menular. Terapi


didasarkan pada perawatan suportif, oksigenasi, hidrasi, dan
kontrol demam. Dengan pengenalan dini dan pengobatan,
prognosis biasanya sangat baik. Sebagian besar anak dengan
bronkiolitis, terlepas dari tingkat keparahan, dapat sembuh tanpa
gejala sisa. Perjalanan penyakit biasanya 7-10 hari

Resiko terdapatnya asthma di kemudian hari meningkat


PEMBAHASAN KASUS
Pasien berusia 3 bulan, laki-laki dengan berat 6,2 kg dengan kesan gizi baik. Aloanamnesa
dilakukan terhadap ibu pasien. Ibu pasien mengeluhkan anaknya demam sejak dua hari yang
lalu dan tidak mau menyusu. Kemarin pasien sempat satu kali muntah setelah menyusu. Ibu
pasien membawa pasien ke bidan untuk berobat namun tidak membaik. Demam dikeluhkan
naik turun tidak menentu, dan turun terutama setelah minum obat sanmol. Ibu pasien
hingga memutuskan membawa pasien ke rumah sakit pada malam hari tanggal 1 Juli 2014
karena keadaan pasien yang melemah, merintih, pucat, dan menolak menyusu sejak pagi.

Dari aloanamnesa dugaan awal yang dapat diambil adalah penyakit infeksi karena demam
yang ditemukan. Demam juga dapat disebabkan karena pasien tidak mau minum. Dugaan
infeksi terutama adalah infeksi saluran pernapasan akut karena tidak terdapat keluhan pada
BAB dan BAK, selain itu, pasien terkadang batuk-batuk kering dan menolak minum yang
memungkinkan adanya inflamasi di daerah rongga mulut, tonsil atau faring.

Pemeriksaan fisik dilakukan dan ditemukan adanya penurunan kesadaran pasien. GCS sulit
ditentukan, namun pasien lemas yang terlihat dari tonus ekstremitas yang menurun, hanya
merintih, tidak menangis dan membuka mata bila diberikan rangsangan. Pasien terlihat
pucat, kulit kering, dan ditemukan retraksi epigastrik dan dinding dada bagian bawah. Ibu
pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah sesak sebelumnya sehingga sesak yang
ditemukan pada pemeriksaan fisik tidak disadari oleh ibu pasien.
Hasil pemeriksaan vital sign ditemukan peningkatan
respiratory rate hingga 66 x/menit (nilai normal usia
<1tahun : 30-60 x/menit) sehingga diberikan nebul
yang berisi fartolin. Setelah dinebul RR kembali
diukur, dan ditemukan penurunan sampai 48 x/menit
dan pasien mulai berhenti merintih. Namun sekitar 2
jam kemudian pasien kembali merintih dan tidak bisa
tidur. RR kembali dihitung, dan didapatkan
peningkatan kembali hingga 68 x/menit. Kronologis
tersebut dapat menggambarkan bahwa respon pasien
terhadap bronkodilator yang diberikan tidak efektif.
Pemeriksaan status generalis dilakukan dan ditemukan gejala
yang menonjol adalah sesak, retraksi dada, serta ronkhi
basah halus dan wheezing halus yang ditemukan pada
auskultasi.

Diagnosis yang muncul dari keseluruhan gambaran kondisi


pasien diatas adalah bronkhiolitis karena infeksi yang belum
dapat ditentukan etiologinya. Diagnosis ditegakkan dari
temuan sesak, menolak menyusu, retraksi dinding dada,
ronkhi basah halus, dan wheezing pada pasien. Demam dan
suhu 38,3°C menandakan terdapatnya infeksi. Selain itu, hasil
rontgen thoraks mengkonfirmasi gambaran bronkiolitis.
HASIL FOLLOW UP
Hari ke-2

S O A P
 Demam Ku/Kes: Merintih/CM Dipsneu Terapi:
 Sesak berkurang VS Observasi febris H+3  IVFD D5% ¼ NS 600 cc/
 Minum ASI sudah HR: 160 x/m 24 jam
membaik RR: 70 x/m  Otopan drop 3 x 0,7 ml
 BAB/BAK + tanpa T: 37,1°C  Lapixim 3 x 200 mg
keluhan K/L  Fartolin 0,6 ml + NaCl 2
A/I/C/D: -/-/-/-, NCH + ml
Thoraks  O2 2L/menit (kp)
Retraksi dinding dada bawah
Cor: S1 S2 reg, M-, G-
Pulmo: SDVes +/+, Rh +/+, Wh
+/+
Abdomen
Retraksi epigastik
Ekstremitas
Sianosis -, Akral hangat +
 Minum ASI + Ku/Kes: sedang Bronkiolitis dd Terapi:
 BAB/BAK + tanpa VS Bronkopneumonia  IVFD D5% ¼ NS 600 cc/
keluhan HR: 140 x/m 24 jam
RR: 53 x/m  Otopan drop 3 x 0,7 ml
HASIL FOLLOW UP
Hari ke-3

S O A P

 Minum ASI + Ku/Kes: sedang Bronkiolitis dd Terapi:


 BAB/BAK + tanpa VS Bronkopneumonia  IVFD D5% ¼ NS 600 cc/
keluhan HR: 140 x/m 24 jam
RR: 53 x/m  Otopan drop 3 x 0,7 ml
T: 35,9°C  Lapixim 3 x 200 mg
K/L  Fartolin 0,6 ml + NaCl 2
A/I/C/D: -/-/-/-, NCH + ml
Thoraks  O2 2L/menit (kp)
Cor: S1 S2 reg, M-, G-  Kalmetasone 3 x ¼ mg
Pulmo: SDVes +/+, Rh +/+, Wh
+/+
Abdomen
retraksi epigastik
Ekstremitas
Sianosis -, Akral hangat +

 Sesak - Ku/Kes: sedang Bronkiolitis dd Terapi:


 Minum ASI (menurun) VS Bronkopneumonia  IVFD D5% ¼ NS 600 cc/
HASIL FOLLOW UP
Hari ke-4

S O A P

 Sesak - Ku/Kes: sedang Bronkiolitis dd Terapi:


 Minum ASI (menurun) VS Bronkopneumonia  IVFD D5% ¼ NS 600 cc/
 BAB/BAK + tanpa HR: 158 x/m 24 jam
keluhan RR: 64 x/m  Otopan drop 3 x 0,7 ml
T: 35,7°C  Lapixim 3 x 200 mg
K/L  Fartolin 0,6 ml + NaCl 2
A/I/C/D: -/-/-/-, NCH - ml
Thoraks  O2 2L/menit (kp)
Cor: S1 S2 reg, M-, G-  Kalmethasone 3 x ¼ mg
Pulmo: SDVes +/+, Rh +/+, Wh
-/-
Abdomen
Dbn
Ekstremitas
Sianosis -, Akral hangat +
HASIL FOLLOW UP
Hari ke-5

S O A P

 Sesak - Ku/Kes: sedang Bronkiolitis dd Terapi:


 Minum ASI (menurun) VS Bronkopneumonia  Dexacef 2 x 0,8 ml
 BAB/BAK + tanpa HR: 150 x/m  Otopandrop 3 x 0,7 ml
keluhan RR: 60 x/m  Kalmethasone 3 x ¼ mg
T: 35,4°C
K/L
A/I/C/D: -/-/-/-, NCH -
Thoraks
Cor: S1 S2 reg, M-, G-
Pulmo: SDVes +/+, Rh +/+, Wh
-/-
Abdomen
Dbn
Ekstremitas
Sianosis -, Akral hangat +

Anda mungkin juga menyukai