Anda di halaman 1dari 29

PENGANGGARAN

SEKTOR PUBLIK
Konstantinus Pati Sanga, SE., MSA., Ak.

Akuntansi Sektor
Publik
PENGERTIAN ANGGARAN
SEKTOR PUBLIK
Menurut National Committee on Governmental Accounting (NCGA), yang
saat ini Govermental Accounting Standarts Board (GASB), definisi anggaran
(budget) sebagai berikut:
“…. Rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang
diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya
dalam periode waktu tertentu”.

Menurut Freeman (2003) anggaran adalah “sebuah proses yang dilakukan


oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang
dimilikinya kepada kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas (the process of
allocating resources to unlimited demands)”.

1
Jadi anggaran publik berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam
bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter.
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan suatu
rencana finansial yang menyatakan :
1. Berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja)
2. Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk
mendanai rencana tersebut (pendapatan)

 Perencanaan dalam menyiapkan anggaran sangatlah penting.


Bagaimanapun juga jelas mengungkapkan apa yang akan dilakukan
dimasa mendatang.
 Pemikiran strategis disetiap organisasi adalah proses dimana manajemen
berfikir tentang pengintegrasian aktivitas organisasional ke arah tujuan
yang beroerientasi kesasaran masa mendatang.

2
 Semakin bergejolak lingkungan pasar, teknologi atau ekonomi eksternal,
manajemen akan didorong untuk menyusun stategi. Pemikiran strategis
manajemen, direalisasi dalam berbagai perencanaan, dan proses integrasi
keseluruhan ini didukung prosedur penganggaran organisasi.
FUNGSI ANGGARAN
SEKTOR PUBLIK
Aggaran sektor publik mempunyai fungsi utama (mardiasmo), yaitu :
 Sebagai alat perencanaan (Planning Tool)
Anggaran sebaagi alat perencanaan digunakan untuk :
 Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi
dan misi yang ditetapkan.
 Merencanakan berbagai program dan kegiaatn untuk mencapai tujuan
organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaannya.
 Mengalokasilan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah
disusun.
3
 Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.
 Sebagai alat pengendalian (Control Tool)
Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan melalui empat cara,
yaitu :
 Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan
 Menghitung selisih anggaran (favourable and unfavourable variances)
 Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan
tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) atas suatu varians.
 Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.
 Sebagai alat kebijakan fiskal (Fiscal Tool)
Anggaran dapat digunakan sebagai alat menstabilkan ekonomi dan
mendorong pertumbuhan ekonomi.
 Sebagai alat politik (Politic Tool)
Anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen
eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik.
4
 Sebagai alat koordinasi dan komunikasi (Coordination and
Communication Tool)
Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi
terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam lingkungan eksekutif.
 Sebagai alat penilaian kinerja (Performance Measurement Tool)
Kinerja eksekutif dinilai berdasar pencapaian target anggaran dan
efisiensi anggaran.
 Sebagai alat motivasi (Motivation Tool)
Anggaran hendaknya bersifat challenging but attainable atau demanding
but achieveable.
 Sebagai alat motivasi (Public Sphere)
Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai organisasi
kemasyarakatan harus terlibat dalam proses penganggaran publik.

5
KARAKTERISTIK
ANGGARAN PUBLIK
 Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.
 Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa
tahun.
 Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajeman untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan.
 Usulan angggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih
tinggi dari penyusunan anggaran.
 Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

6
PRINSIP ANGGARAN
SEKTOR PUBLIK
 Otorisasi oleh legislatif.
Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih
dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
 Komprehensif.
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non budgetair pada dasarnya
menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.
 Keutuhan anggaran.
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana
umum.
 Nondiscretionary Appropriation.
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara
ekonomis, efisien dan efektif.
7
 Periodik.
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat tahunan
maupun multi tahunan.
 Akurat.
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang
tersembunyi, yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan
dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya
understimate pendapatan dan over estimate pengeluaran.
 Jelas.
Anggaran hendaknya sederhana, dapat difahami masyarakat dan tidak
membingungkan.
 Diketahui publik.
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

8
JENIS ANGGARAN SEKTOR
PUBLIK
1. anggaran modal (capital budget), yang memuat daftar dan menjelaskan
rencana pemerolehan aset,
2. anggaran kas, yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran kas,
3. anggaran operasi, yang menjelaskan rencana aktivitas operasi.
Anthony & Young (2003: 486)

2 (dua) pendekatan utama perencanaan dan penyusunan anggaran publik :


 Anggaran Tradisional / Konvensional
 New Public Management
 Yang beorientasi pada kinerja

9
Anggaran
Tradisional/Konvesional
Cirinya :
Cara penyusunan anggaran berdasarkan pendekatan incrementalism
Struktur dan susunan anggaran yg bersifat line-item
Cenderung sentralistis
Bersifat spesifikasi
Tahunan; dan
Menggunakan prinsip anggaran bruto

 INCREMENTALISM
a. Penekanan & tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada
pengawasan dan pertanggungjawaban yg terpusat.

10
b. Hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item
anggaran yangg sdh ada sebelumnya dg data tahun sebelumnya sebagai
dasar menyesuaikan besarnya penambahan/pengurangan tanpa kajian
yang mendalam/kebutuhan yang wajar.
c. Masalah utama anggaran tradisional adalah tidak memperhatikan
konsep value for money (ekonomi, efisiensi dan efektivitas).
d. Kinerja dinilai berdasarkan habis tidaknya anggaran yg diajukan, bukan
pada pertimbangan output yang dihasilkan dr aktivitas yg dilakukan
dibandingkan dg target kinerja yang dikehendaki (outcome).
e. Cenderung menerima konsep harga pokok pelayanan historis (historic
cost of service) tanpa memperhatikan pertanyaan sebagai berikut :
 Apakah pelayanan tertentu yang dibiayai dengan pengeluaran
pemerintah masih dibutuhkan atau masih menjadi prioritas?

11
 Apakah pelayanan yang diberikan telah terdistribusi secara adil dan
merata di antara kelompok masyarakat?
 Apakah pelayanan diberikan secara ekonomis dan efisien?
 Apakah pelayanan yang diberikan mempengaruhi pola kebutuhan
publik?
f. Akibat konsep historic cost of service adalah suatu item, program atau
kegiatan muncul lagi dalam anggaran tahun berikut meski sudah tak
dibutuhkan. Perubahan menyangkut jumlah rupiah yang disesuaikan
dengan tingkat inflasi, jumlah penduduk, dan penyesuaian lainnya.

 LINE ITEM
a. Tidak memungkinkan menghilangkan item-item penerimaan dan
pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran, walaupun secara
riil tidak relevan dengan kondisi sekarang.
12
b. Struktur anggaran bersifat line-item didasarkan atas sifat (nature) dari
penerimaan dan pengeluaran.
c. Penilaian kinerja tidak akurat, karena tolak ukur yg digunakan hanya
pada ketaatan dalam menggunakan dana yg diusulkan.
d. Dilandasi alasan orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk
mengontrol pengeluaran, bukan tujuan yang ingin dicapai dengan
pengeluaran yang dilakukan.

Kelemahan Anggaran Tradisional :


 Anggaran tradisional tidak mampu mengungkapkan besarnya dana
dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan bahkan gagal memberikan
informasi tentang besarnya rencana kegiatan.
 Sehingga tolak ukur yang dapat digunakan untuk tujuan pengawasan
hanyalah tingkat kepatuhan penggunaan anggaran.
13
 Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan
dengan rencana pembangunan jangka panjang.
 Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak
pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.
 Lebih berorientasi pd input daripada output, sehingga tidak dapat sebagai
alat untuk membuat kebijakan dan pilihan sumber daya, atau memonitor
kinerja. Kinerja dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis
dibelanjakan, bukan apakah tujuan tercapai.
 Sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional scr
keseluruhan sulit dicapai dan berpeluang menimbulkan konflik,
overlapping, kesenjangan, dan persaingan antar departemen.
 Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran
modal/investasi.

14
 Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tersebut tidak terlalu
pendek, terutama untuk proyek modal dan mendorong praktik yang tidak
sehat (KKN).
 Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak
memadai menambah lemahnya perencanaan anggaran sehingga muncul
budget padding atau budgetary slack.
 Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan
mekanisme pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti
seringnya dilakukan revisi anggaran dan manipulasi anggaran.
 Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tidak memadai yang
menjadi dasar mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah
dan tindakan.

15
New Public Management
(NPM)
Cirinya :
Komprehensif/komparatif
Terintegrasi dan lintas department
Proses pengambilan keputusan yang rasional
Berjangka panjang
Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
Orentasi pada Input-Output-Outcome
Adanya pengawasan

16
Reinventing Goverment
Merupakan model pemerintahan yg diajukan oleh Osborne dan Gaebler
(1992) yg dikenal dengan 10 persepektif :
1. Pemerintah Katalis
Fokus pd pemberian pelayanan bukan produksi pelayanan publik.
2. Pemerintah Milik Masyarakat
Memberdayakan masyarakat daripada melayani.
3. Pemerintah Kompetitif
Menyuntikan semangat kompetisi dalam memberikan pelayanan publik.
4. Pemerintah Yang Digerakkan Oleh Misi
Merubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi
yang digerakkan oleh misi.
5. Pemerintah Yang Berorientasi Pada Hasil
Pemerintah membiaya hasil bukan masukan.
17
6. Pemerintah Yang Berorientasi Kepada Pelanggan
Memenuhi kebutuhan pelanggan bukan birokrasi.
7. Pemerintah Wira Usaha
Pemerintah harus mampu menciptakan pendapatan dan tidak hanya
sekedar membelanjakan.
8. Pemerintah Antisipatif
Pemerintah berupaya mencegah daripada mengobati.
9. Pemerintah Desentralisasi
Perubahan struktur dari hierarki menuju partisipatif dan tim kerja.
10. Pemerintah Yang Berorientasi Pada Mekanisme Pasar
Melakukan perubahan dengan mekanisme pasar dan bukan dengan
mekanisme administratif.

18
Performance
Budgeting

NPM Zero Based


Budgeting

Planning,
Programming and
Budgeting System

19
PERFORMANCE BUDGETING (ANGGARAN KINERJA)
 Anggaran dengan pendekatan kinerja menekankan pada konsep VFM
(Value For Money) dan pengawasan atas kinerja ouput.
 Dominasi peemrintah dapat diawasi dan dikendalikan melalui internal
cost awareness, audit keuangan dan audit kinerja, serta evaluasi kinerja
eksternal.
 Sistem anggaran kinerja merupakan sistem yang mencakup penyusunan
program dan tolak ukur kinerja sebagai instrument untuk mencapai tujuan
dan sasaran.
ZERO BASED BUDGETING (ZBB)
 Anggaran disusun mulai nol atau zero.
 Penentuan besarnya anggaran berdasarkan kebutuhan saat ini.
 Item anggaran yang sudah tidak relevan dan tidak mendukung pencapaian
tujuan organisasi dapat hilang dari struktur anggaran atau mungkin juga
muncul item baru . 20
Identifikasi
Unit
Keputusan

Proses Penentuan
Implementasi Paket
ZBB Keputusan

Merangking,
Mengevaluasi
Paket Keputusan

21
Keunggulan Zero Based Budgeting (ZBB) :

 Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi


sumber daya secara lebih efisien
 ZBB berfokus pada value for money
 Memudahkan identifikasi terjadinya inefisiensi & ketidakefektifan biaya
 meningkatkan pengetahuan dan motivasi staf & manajer
 Meningkatkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses
penyusunan anggaran
 Merupakan cara yang sistematik untuk menggeser status quo dan
mendorong organisasi untuk selalu menguji alternatif aktivitas dan pola
perilaku biaya serta tingkat pengeluaran

22
Kelemahan Zero Based Budgeting (ZBB) :

 Time consuming, terlalu teoritis dan tidak praktis, membutuhkan biaya


besar, dan hasilkan kertas kerja yang menumpuk karena pembuatan paket
keputusan
 ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek
 Implementasi ZBB membutuhkan teknologi maju
 Masalah terbesar ZBB adalah proses meranking & mereview paket
keputusan yang merupakan pekerjaan melelahkan dan membosankan
sehingga dapat mempengaruhi keputusan
 Peranking paket keputusan membutuhkan staf yang mempunyai keahlian
yang tidak mungkin dimiliki organisasi. Dalam perankingan seringkali
muncul pertimbangan subyektif dan tekanan politik

23
 Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket
keputusan harus masuk dalam anggaran
 Implementasi ZBB menimbulkan masalah keperilakuan dalam organisasi

PLANNING, PROGRAMMING, AND BUDGETING SYSTEM (PPBS)


 Teknik penganggaran berdasarkan teori yg berorentasi pd output dan
tujuan.
 Penekan pada alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi.

24
Penentuan Tujuan

Identifikasi program
Proses
Evaluasi Program
Implementasi
PPBS Pemilihan Program

Alokasi sumber Daya

25
Keunggulan Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS) :

 Berfokus pada tujuan dan aktifitas (program)


 Berorientasi masa depan
 Memeprtimbangkan semua biaya yang terjadi
 Dilakukan analisis secara sistematis atas berbagai alternatif program

Kelemahan Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS) :

 Membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data, adanya


sistem pengukuran, dan staf yang memiliki kapabiltas tinggi.
 Butuh biaya besar karena teknologi yang canggih
 Mengabaikan realitas politik, dan realitas organisasi
 Orientasi statistik
26
Masalah utama penggunaan ZBB & PPBS :
 Bounded rationality; keterbatasan dalam menganalisis semua alternatif
untuk melakukan aktivitas
 Kurangnya data untuk membandingkan semua alternatif, utamanya
mengukur output
 Masalah ketidakpastian sumber daya, pola kebutuhan di masa yang akan
datang, perubahan politik dan ekonomi
 Pelaksanaan teknik tersebut menimbulkan beban pekerjaan yang sangat
berat
 Kesulitan menentukan tujuan dan perankingan terutama karena conflict of
interest
 Seringkali tak memungkinkan perubahan program secara cepat dan tepat
 Resistance to change berupa hambatan birokrasi dan perlawanan politik

27
 Pelaksanaannya sering tidak sesuai dengan proses pengambilan keputusan
politik.
 Pemerintah beroperasi pd situasi yg tidak rasional.
PERBANDINGAN ANGGARAN TRADISIONAL VS ANGGARAN BERBASIS NPM :
ANGGARAN TRADISIONAL NEW PUBLIK MANEGEMENT
1. Sentralistis 1. Desentralisasi & devolved management
2. Berorientasi pada input 2. Berorientasi pada input,ouput dan outcome
(value for money)
3. Tidak terkait dgn perencanaan jangka 3. Utuh komprehensif dgn perencanaan jangka
panjang panjang
4. Line-item dan incremental 4. Berdasarkan sasaran kinerja
5. Batasan departemen yg kaku (rigid 5. Lintas departemen ( cross departement)
departement)
6. Menggunakan aturan klasik : 6. Zero Base Budgeting, planing programing
vote accounting Budgeting Sytem
7. Prinsip Anggaran bruto 7. Sistematik dan rasional
8. Bersifat tahunan 8. Bottom-up budgeting
9. Spesifik
28

Anda mungkin juga menyukai