Reaksi anafilaktik merupakan kumpulan gejala klinis akibat reaksi imunologis yang bersifat sistemik, cepat dan hebat yang dapat menyebabkan gangguan respirasi, sirkulasi, pencernaan dan kulit akibat adanya suatu alergen. Jika reaksi tersebut cukup hebat dapat menimbulkan syok anafilaktik yang membutuhkan pertolongan cepat dan tepat. pada tingkat yang berupa syok anafilaktik gejala yang menonjol adalah gangguan sirkulasi dan gangguan respirasi. Tatalaksana Nilai sirkulasi pasien, jalan napas, pernafasan, status kesadaran, kulit, dan berat badan Letakkan pasien telentang atau pada posisi paling
nyaman jika terdapat distress pernapasan atau
muntah. Elevasi ekstrimitas bawah. Jika diperlukan berikan oksigen (6-8 L/menit) dengan
masker. Berikan akses intravena menggunakan jarum atau
kateter berdiameter besar (14-16G) jika tidak tersedia
gunakan yang paling besar yang tersedia di lokasi. Jika diperlukan berikan 1-2 L cairan NaCl 0,9% dengan cepat (mis: 5-10 ml/kg pada 5-10 menit awal). Berikan larutan epinefrin (adrenalin) 1:1000 (1mg/ml) secara intramuscular pada region midanteriolateral paha dengan dosis 0,01 mg/kg, maksimal 0.5 mg pada dewasa.
Catat waktu pemberian dan ulangi 5-15
menit bila diperlukan.
Kebanyakan pasien respon terhadap 1-2
dosis. Aminophilin dapat diberikan dengan sangat hati-hati apabila bronkospasme tidak hilang setelah pemberian epinefrin. 250 mg aminophilin diberikan perlahan-lahan selama 10 menit intravena. Dapat dilanjutkan 250mg lagi melalui drip infuse bila dianggap perlu.
Difenhidramin HCL 5-20mg IV dan dexametason
5-10mg iv merupakan pilihan kedua setelah aderalin. Pada kasus syok anafilaktik kurang memberikan manfaat klinik. Jika diperlukan, berikan resusitasi jantung paru dengan kompres dada secara kontinyu bila terjadi henti jantung dan henti napas. Monitor TD pasien, denyut jantung,
pernapasan, dan oksigenasi pasien sesering
mungkin dalam interval regular. Petugas yang lain menyiapkan rujukan dan ambulans. Segera rujuk setelah pasien stabil. Mencatat penyebab reaksi anafilaktik di