Republik Indonesia
SOSIALISASI
UNDANG – UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012
TENTANG PERKOPERASIAN
I. KRONOLOGIS PEMBAHASAN UU NO 17 TAHUN 2012
TENTANG PERKOPERASIAN
10 PP
17 BAB 126 PASAL
8 PERMEN
3
III. BAB DALAM UNDANG –UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012
TENTANG PERKOPERASIAN
7. Jenis Koperasi :
1) Koperasi Produsen
2) Koperasi Konsumen
3) Koperasi Jasa
4) Koperasi Simpan Pinjam
8. Pengurus dapat berasal dari non anggota
9. RAT selambat-lambatnya 5 (lima) bulan, dengan undangan sudah diedarkan
14 (empat belas) hari
10. Bahan RAT secara lengkap terperinci
11.Bagi koperasi yang memiliki anggota lebih dari 500 orang, RAT bisa dilakukan
dengan sistem delegasi.
12.Pengawas sebagai unsur alat perlengkapan organisasi koperasi ditingkatkan
peranan dan kewenangannya
6
Lanjutan…
13. Modal Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi sebagai
modal awal yang dicantumkan dalam akte pendirian; (Pasal 66) dengan pengaturan
sebagai berikut :
a. Setoran Pokok
Harus dibuat dengan nilai yang serendah rendahnya, agar tidak ada hambatan
setiap orang untuk masuk sebagai anggota koperasi.
b. Sertifikat Modal Koperasi (SMK)
nilai nominal per lembar SMK tidak boleh melebihi nilai nominal Setoran Pokok.
SMK diharapkan menjadi instrumen penghimpunan modal / equity koperasi yang
dapat secara dinamis menangkap setiap peluang usaha bagi koperasi.
14. Istilah sisa hasil usaha diubah menjadi Selisih Hasil Usaha yang meliputi Surplus Hasil
Usaha dan Defisit Hasil Usaha;
15. Koperasi Simpan Pinjam hanya dapat menghimpun simpanan dan menyalurkan
pinjaman kepada anggota; (Pasal 89) untuk non anggota diberikan waktu 3 (tiga)
bulan harus sudah menjadi anggota.
7
Lanjutan…
16. Koperasi Simpan Pinjam harus mempunyai izin usaha, dilarang memberikan
pinjaman kepada sesama koperasi simpan pinjam lain, harus melalui sekundernya.
17. Unit Simpan Pinjam Koperasi dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun, wajib berubah /
memisahkan menjadi Koperasi Simpan Pinjam yang merupakan badan hukum
koperasi tersendiri; (Pasal 122)
18. Untuk meningkatkan dan memantapkan pelayanan Koperasi sesuai kharakteristik
masyarakat muslim secara tegas disebutkan bahwa koperasi diberi kesempatan
untuk melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip ekonomi syariah; (Pasal 87)
19. Untuk menjamin keamanan simpanan anggota Koperasi Simpan Pinjam, Pemerintah
diamanatkan untuk membentuk dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan anggota
Koperasi Simpan Pinjam (LPS-KSP) melalui Peraturan Pemerintah;
(Pasal 95 ayat (2).
20. Pengawasan dan Pemeriksaan terhadap Koperasi akan lebih diintensifkan, dalam
kaitan ini khususnya untuk pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam Pemerintah
juga diamanatkan untuk membentuk Lembaga Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam (LP-
KSP) yang bertanggung jawab kepada Menteri dan dibentuk melalui Peraturan
Pemerintah; (Pasal 100) 8
Lanjutan…
21. Dalam pemberdayaan koperasi, pemerintah dan pemerintah daerah
memberikan bimbingan kemudahan diantaranya; adalah memberikan insentif
pajak dan fiscal.
22. Lembaga gerakan Koperasi didorong untuk menjadi lembaga yang mandiri
dengan menghimpun iuran dari anggota serta membentuk Dana
Pengembangan Dewan Koperasi Indonesia. (Pasal 115).
A. Peraturan Pemerintah
1. Ketentuan mengenai tata cara pemakaian nama Koperasi (Pasal 17 ayat (4))
2. Ketentuan mengenai tata cara pengembangan jenis Koperasi (Pasal 85)
3. Ketentuan mengenai Koperasi berdasarkan prinsip ekonomi syariah (Pasal 87 ayat (4))
4. Ketentuan mengenai Lembaga Penjamin Simpanan Koperasi Simpan Pinjam (Pasal 94 ayat
(5))
5. Ketentuan mengenai Koperasi Simpan Pinjam (Pasal 95)
6. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pembubaran, penyelesaian, dan hapusnya
status badan hukum Koperasi (Pasal 111)
7. Ketentuan mengenai peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta persyaratan dan tata
cara pemberian perlindungan kepada Koperasi (Pasal 113 ayat (2))
8. Ketentuan mengenai jenis, tata cara, dan mekanisme pengenaan sanksi administratif (Pasal
120 ayat (3))
9. Ketentuan mengenai Modal Koperasi (Pasal 77)
10.Ketentuan mengenai Lembaga Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam (Pasal 100 ayat (3))
10
V. TINDAK LANJUT PERATURAN PELAKSANAAN UU TENTANG PERKOPERASIAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN
B. Peraturan Menteri
(1) Ketentuan mengenai tata cara dan persyaratan permohonan pengesahan Koperasi sebagai
badan hukum (Pasal 10 ayat (5))
(2) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang
Pembantu, dan Kantor Kas (Pasal 90 ayat (3))
(3) Ketentuan mengenai pengawasan dan pemeriksaan Koperasi (Pasal 99)
(4) Ketentuan mengenai penggabungan atau peleburan Koperasi (Pasal 101 ayat (6))
(5) Ketentuan mengenai Tata Cara Perubahan Unit Simpan Pinjam menjadi KSP
(Pasal 122 ayat (4))
(6) Ketentuan mengenai persyaratan standart kompetensi pengawas dan pengurus
koperasi simpan pinjam (pasal 92 ayat (2)).
(7) Ketentuan tentang izin usaha simpan pinjam
(8) Ketentuan tentang penyelenggaraan Buku Daftar Umum Koperasi
11
VI. IMPLIKASI BAGI KOPERASI
I. Difinisi Koperasi
Sesuai amanat UU no. 17 / 2012 tentang Perkoperasian pada Bab I pasal 1
yang berbunyi :
Ayat (1) :
1. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau
badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai
modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama
dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip.
13
2. Dimanakah Koperasi Berada.?
Koperasi
INSTUTISIONALISASI
14
3. Pendirian Koperasi Sebagai “Badan Hukum”
Produsen
Konsumen
Koperasi USAHA Jasa
Sbg BH
Simpan
Pinjam
Akte AD
Pendirian (Belum)
AD
(sudah)
Sebagai anggota
Mengikatkan diri ART
Menjadi PJ & P
Persus - persus
- Pendidikan
- Rekomendasi
Tata tertib 15
4. Perbaikan Format Permodalan Koperasi
Tidak ada
..... : kewajiban PJ
PT Modal dasar
Yang disetor Saham : - Pemilik
- Tidak ada
Dicantumkan
minimal / maximal
Badan
Hukum
SP : PJ
Koperasi Modal Awal
Yang disetor
Dicantumkan SMK : Pemilik
Minimal
Maximal
Yayasan Mencantumkan
16
5. Jenis USaha
Sektor Riil
Usaha
Keuangan
17
6. KEGIATAN USAHA
B, P, P, P, P
USAHA
LKM
19
“Statistik Ekonomi”
1 Koperasi
2 BUMN / D
3 Swasta
4 UKM
20
7. PERPUTARAN UANG
Sektor Riil Sektor Keuangan
UANG
Pinjaman
UANG
Angsuran
UANG
Tabungan
UANG
Pengambilan
21
8. ALUR PENEMPATAN MODAL USP
Neraca Induk
Simpanan
Simpanan
MODAL
USP
Anggota
22
9. Riwayat Pengaturan Simpan Pinjam
UU 25 / 1992
UU 17/2012
14/15/19/20
351/194
226/227
PP 9/1995
1995 2012
1992
23
10. Format Regulasi KSP
24
11. POLA PELAYANAN
Konvensional
Pola
Pelayanan
Syariah
25
12. MEMPERTEGAS FUNGSI REGULATOR
Tugas Tugas Mandatory Kementerian Koperasi dan
UKM :
•Mengatur
•Mengawasi
•Memeriksa
•Menilai kesehatan
•Sanksi
26
13. PERBEDAAN ANTARA BADAN HUKUM DAN
IJIN USAHA
27
14. PERBEDAAN RUANG LINGKUP URUSAN
KELEMBAGAAN DAN USAHA
NO KELEMBAGAAN NO USAHA
28
15. Perbedaan Badan Hukum dan Ijin Usaha
Badan Hukum Usaha Instansi YMIU
30
17. Kesimpulan
Koperasi yang bergerak disektor Keuangan terdiri dari : Koperasi Simpan Pinjam
(KSP), Koperasi Kredit (Kopdit) dan KJK Syariah adalah lembaga yang berfungsi
sebagai intermediasi memiliki sifat – sifat :
a. Menghimpun, Mengelola & Menyalurkan Dana dari, oleh dan untuk
Anggotanya
b. Mengelola Dana Likwid (mudah hilang dan diselewengkan)
c. Mengelola Pinjaman yang Penuh Resiko.
d. Mengiliminir Asimetris information.
e. Menjaga Kepercayaan
Dengan tingkat kesulitan tersebut maka KJK tidak dapat dikelola, dibina, diawasi
oleh sembarangan orang, melainkan harus dikelola oleh orang-orang yang
kompeten dibidangnya.
Untuk itu telah disusun dan sudah terbit Standart Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Koperasi Jasa Keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor :KEP.133/MEN/III/2007 tentang SKKNI Bidang Koperasi
Jasa Keuangan.
Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, maka pengawas, pengurus, SDM Pengelola
Koperasi yang bergerak disektor keuangan harus meningkatkan kualitasnya sesuai
31
18. Mengiliminir Asemetris Information
70 %
30 % 95 %
5 % NPL yang ditolelir
98 %
2% 100 %
32
LANGKAH – LANGKAH PEMISAHAN USP MENJADI KSP
I. Langkah – Langkah Pemisahan Kelembagaan
A. Persiapan Organisasi / Panitia Kerja.
B. Persiapan Kelembagaan.
1. Kepengurusan calon koperasi baru
2. Pengawasan calon koperasi baru
3. Karyawan calon koperasi baru
4. Sarana dan prasarana kerja
5. Anggota
33
Lanjutan …
34
II. Langkah – Langkah Pemisahan Aset
IV. Exekusi
1. Persiapkan rapat anggota
2. Persiapkan draft keputusan – keputusan
3. Persiapkan acara rapat pembentukan KSP baru (lengkap)
4. Persiapkan berita acara pemisahan
5. Buat akte pendirian KSP Baru, tentukan nama koperasinya
6. Mengajukan pengesahan ke Dinas Koperasi Kabupaten/Kota/Propinsi/DI atau
Kementerian Koperasi dan UKM. 36
Langkah – Langkah Penyesuaian Koperasi Terhadap
Undang - Undang 17/2012
I. Latar Belakang
1. Sesuai amanat UU no. 17 / 2012 tentang Perkoperasian pada bab XVI pasal 121
yang berbunyi :
Huruf a :
Koperasi yang telah didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan diakui sebagai koperasi berdasarkan Undang – Undang ini;
Huruf b :
Koperasi sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib melakukan penyesuaian
anggaran dasarnya paling lambat 3 (tiga) tahun sejak berlakunya Undang –
Undang ini;
37
Lanjutan …
38
Lanjutan …
39
Lanjutan …
40
Lanjutan …
Lama Baru
1. Simpanan pokok Rp. 1.000.000.000,- asumsi 1. Setoran pokok @ Rp. 10.000,- maka total setoran
anggota 10.000, maka simpanan pokok per anggota pokok sebesar Rp. 1 0.000 x 10.000 = Rp. 100.000.000
@ Rp. 100.000,- Diupayakan nilai setoran pokok besarnya seminimal
mungkin untuk membuka peluang masyarakat untuk
menjadi anggota koperasi
2. Simpanan wajib Rp. 10.000.000.000,- 2. Sertifikat modal koperasi = Total Simpanan Wajib + sisa
simpanan pokok yang telah dikonversi menjadi setoran
pokok yaitu : Rp. 10.000.000.000 + Rp. 900.000.000 =
Rp. 10.900.000.000,-
terdiri dari …… 1.090.000 Lembar SMK
3. Cadangan Rp. 7.000.000.000,- 3. Cadangan Rp. 7.000.000.000,- (tidak boleh dikonversi)
Contoh : Contoh :
Setoran pokok = Rp. 10.000,-
Si Badu : Sertifikat modal koperasi = Rp. 100.090.000,-
Status anggota penuh
Simpanan pokok = Rp. 100.000,- Kepemilikan SMK si Badu :
Simpanan wajib = Rp. 100.000.000,- Rp. 100.090.000 / 10.000 = 1.009 lembar
41
Efektivitas Sertifikat Modal Koperasi Dalam
Mengantisipasi Peluang Usaha
SPBU
Rp. 10 M
42
1. KOPERASI KONSUMEN
MANAJER
43
43
2. KOPERASI PRODUSEN
MANAJER
44
44
3. KOPERASI JASA
MANAJER
45
45
STRUKTUR ORGANISASI USAHA
MANAJER
46
46
SEBAGAI BADAN HUKUM DAN BADAN USAHA
KOPERASI TIDAK DAPAT HIDUP SENDIRI
Keterangan.
I. Persiapan : Kelbgn, Mngt, S & P , Modal
II. Pengurusan izin usaha sektor riil
III. Pemantapan aktivitas usaha serta menempatkan
diri sebagai pelaku dunia usaha
IV. Orientasi pasar global
V. Siap export
I II III IV V
47
48
49