Anda di halaman 1dari 49

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Republik Indonesia

SOSIALISASI
UNDANG – UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012
TENTANG PERKOPERASIAN
I. KRONOLOGIS PEMBAHASAN UU NO 17 TAHUN 2012
TENTANG PERKOPERASIAN

Tahun 2000, Kementerian Pada tgl 1 September 2010,


Koperasi dan UKM menyusun berdasarkan surat Presiden Rapat Panitia Kerja dilakukan
Naskah Akademis (NA) nomor : R-69/Pres/09/2010 sebanyak 11 kali mulai tanggal 5
tentang Undang Undang tanggal 1 September 2010 Maret 2012, 7 Maret 2012, 21
Koperasi, perihal Rancangan Undang- Maret 2012, 4 April 2012, 9 April
Undang tentang Koperasi, 2012, 30 Mei 2012, 7 Juni 2012,
Pada 21 Desember 2000, Pemerintah menyampaikan 25 Juni 2012, 4 Juli 2012, 13
berdasarkan Surat Sekretaris Naskah RUU Koperasi kepada September 2012, dan 9 Oktober
Kabinet (Seskab) No.: Ketua Dewan Perwakilan 2012.
B.1034/Seskab /12/2000 Rakyat. Naskah RUU tersebut
tanggal 21 Desember 2000, terdiri atas 15 BAB dan 124 Rapat Tim Perumus dan Tim
Presiden memberikan Pasal. Sinkronisasi dilakukan sebanyak 1
persetujuan ijin prakarsa untuk kali yaitu pada tanggal 1- 3
menyusun RUU Perubahan Rapat kerja dilakukan sebanyak Oktober 2012.
atas Undang-Undang tentang 6 kali mulai 13 Desember 2010,
Perkoperasian. 30 Juni 2011, 29 September Rapat Paripurna tanggal 18
2011, 20 Oktober 2011, 26 Oktober 2012, DPR RI menyetujui
Penyusunan RUU tersebut Januari 2012, dan 21 Februari RUU tentang Perkoperasian.
melibatkan para pakar koperasi, 2012.
pakar ekonomi, pakar hukum, Disahkan sebagai UU Nomor 17
akademisi, praktisi Pada Rapat Kerja (Raker) DPR Tahun 2012 tentang Perkoperasian
perkoperasian, gerakan tanggal 13 Desember 2010, dan diundangkan dalam Berita
koperasi, dan lembaga/instansi RUU Koperasi disetujui untuk Negara pada tanggal 30 Oktober
terkait. dibahas di DPR. 2012
2
II. CAKUPAN UU NO.17/2012 TENTANG PERKOPERASIAN

10 PP
17 BAB 126 PASAL
8 PERMEN

3
III. BAB DALAM UNDANG –UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012
TENTANG PERKOPERASIAN

Bab I Ketentuan Umum


Bab II Landasan, Asas dan Tujuan
Bab III Nilai dan Prinsip
Bab IV Pendirian, Anggaran Dasar, Perubahan Anggaran Dasar, dan Pengumuman
Bab V Keanggotaan
Bab VI Perangkat Organisasi
Bab VII Modal
Bab VIII Selisih Hasil Usaha dan Dana Cadangan
Bab IX Jenis, Tingkatan, dan Usaha
Bab X Koperasi Simpan Pinjam
Bab XI Pengawasan dan Pemeriksaan
Bab XII Penggabungan dan Peleburan
Bab XIII Pembubaran, Penyelesaian, dan Hapusnya Status Badan Hukum
Bab XIV Pemberdayaan
Bab XV Sanksi Administratif
Bab XVI Ketentuan Peralihan
Bab XVII Ketentuan Penutup 4
IV. SUBSTANSI PENTING DALAM UNDANG –UNDANG NOMOR 17
TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN
1. Judul RUU tentang Koperasi disepakati berubah menjadi RUU tentang
Perkoperasian;
2. Diakomodasikannya Nilai dan Prinsip Koperasi sesuai dengan nilai-nilai luhur
Bangsa Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan hasil kongres International Cooperative Alliance
(ICA); (Pasal 5-6)
3. Pendirian Koperasi harus melalui akta autentik; (Pasal 9) yang dibuat oleh
Notaris Pejabat Pembuat Akta Koperasi (NPAK), dengan mencantumkan jenis
koperasi.
4. Penggunaan nama koperasi diatur.
5. Kemudahan rakyat dalam membentuk koperasi, dimana secara tegas diatur,
setiap permohonan pendirian koperasi harus sudah mendapat persetujuan
selambat – lambatnya 30 (tiga puluh) hari.
6. Dalam pengelolaan menganut sistem two layer:
-pengawas
-pengurus + pengelola (jika diperlukan) 5
Lanjutan…

7. Jenis Koperasi :
1) Koperasi Produsen
2) Koperasi Konsumen
3) Koperasi Jasa
4) Koperasi Simpan Pinjam
8. Pengurus dapat berasal dari non anggota
9. RAT selambat-lambatnya 5 (lima) bulan, dengan undangan sudah diedarkan
14 (empat belas) hari
10. Bahan RAT secara lengkap terperinci
11.Bagi koperasi yang memiliki anggota lebih dari 500 orang, RAT bisa dilakukan
dengan sistem delegasi.
12.Pengawas sebagai unsur alat perlengkapan organisasi koperasi ditingkatkan
peranan dan kewenangannya
6
Lanjutan…

13. Modal Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi sebagai
modal awal yang dicantumkan dalam akte pendirian; (Pasal 66) dengan pengaturan
sebagai berikut :
a. Setoran Pokok
Harus dibuat dengan nilai yang serendah rendahnya, agar tidak ada hambatan
setiap orang untuk masuk sebagai anggota koperasi.
b. Sertifikat Modal Koperasi (SMK)
nilai nominal per lembar SMK tidak boleh melebihi nilai nominal Setoran Pokok.
SMK diharapkan menjadi instrumen penghimpunan modal / equity koperasi yang
dapat secara dinamis menangkap setiap peluang usaha bagi koperasi.
14. Istilah sisa hasil usaha diubah menjadi Selisih Hasil Usaha yang meliputi Surplus Hasil
Usaha dan Defisit Hasil Usaha;
15. Koperasi Simpan Pinjam hanya dapat menghimpun simpanan dan menyalurkan
pinjaman kepada anggota; (Pasal 89) untuk non anggota diberikan waktu 3 (tiga)
bulan harus sudah menjadi anggota.
7
Lanjutan…
16. Koperasi Simpan Pinjam harus mempunyai izin usaha, dilarang memberikan
pinjaman kepada sesama koperasi simpan pinjam lain, harus melalui sekundernya.
17. Unit Simpan Pinjam Koperasi dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun, wajib berubah /
memisahkan menjadi Koperasi Simpan Pinjam yang merupakan badan hukum
koperasi tersendiri; (Pasal 122)
18. Untuk meningkatkan dan memantapkan pelayanan Koperasi sesuai kharakteristik
masyarakat muslim secara tegas disebutkan bahwa koperasi diberi kesempatan
untuk melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip ekonomi syariah; (Pasal 87)
19. Untuk menjamin keamanan simpanan anggota Koperasi Simpan Pinjam, Pemerintah
diamanatkan untuk membentuk dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan anggota
Koperasi Simpan Pinjam (LPS-KSP) melalui Peraturan Pemerintah;
(Pasal 95 ayat (2).
20. Pengawasan dan Pemeriksaan terhadap Koperasi akan lebih diintensifkan, dalam
kaitan ini khususnya untuk pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam Pemerintah
juga diamanatkan untuk membentuk Lembaga Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam (LP-
KSP) yang bertanggung jawab kepada Menteri dan dibentuk melalui Peraturan
Pemerintah; (Pasal 100) 8
Lanjutan…
21. Dalam pemberdayaan koperasi, pemerintah dan pemerintah daerah
memberikan bimbingan kemudahan diantaranya; adalah memberikan insentif
pajak dan fiscal.

22. Lembaga gerakan Koperasi didorong untuk menjadi lembaga yang mandiri
dengan menghimpun iuran dari anggota serta membentuk Dana
Pengembangan Dewan Koperasi Indonesia. (Pasal 115).

23. Dalam rangka penyesuaian terhadap Undang – Undang nomor 17 tahun


2012 tentang Perkoperasian diberi waktu 3 (tiga) tahun.

24. Pedoman pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang


Perkoperasian dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan menteri selambat
lambatnya 2 (dua) tahun.
9
V. TINDAK LANJUT PERATURAN PELAKSANAAN UU TENTANG PERKOPERASIAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN

A. Peraturan Pemerintah

1. Ketentuan mengenai tata cara pemakaian nama Koperasi (Pasal 17 ayat (4))
2. Ketentuan mengenai tata cara pengembangan jenis Koperasi (Pasal 85)
3. Ketentuan mengenai Koperasi berdasarkan prinsip ekonomi syariah (Pasal 87 ayat (4))
4. Ketentuan mengenai Lembaga Penjamin Simpanan Koperasi Simpan Pinjam (Pasal 94 ayat
(5))
5. Ketentuan mengenai Koperasi Simpan Pinjam (Pasal 95)
6. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pembubaran, penyelesaian, dan hapusnya
status badan hukum Koperasi (Pasal 111)
7. Ketentuan mengenai peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta persyaratan dan tata
cara pemberian perlindungan kepada Koperasi (Pasal 113 ayat (2))
8. Ketentuan mengenai jenis, tata cara, dan mekanisme pengenaan sanksi administratif (Pasal
120 ayat (3))
9. Ketentuan mengenai Modal Koperasi (Pasal 77)
10.Ketentuan mengenai Lembaga Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam (Pasal 100 ayat (3))
10
V. TINDAK LANJUT PERATURAN PELAKSANAAN UU TENTANG PERKOPERASIAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN

B. Peraturan Menteri

(1) Ketentuan mengenai tata cara dan persyaratan permohonan pengesahan Koperasi sebagai
badan hukum (Pasal 10 ayat (5))
(2) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang
Pembantu, dan Kantor Kas (Pasal 90 ayat (3))
(3) Ketentuan mengenai pengawasan dan pemeriksaan Koperasi (Pasal 99)
(4) Ketentuan mengenai penggabungan atau peleburan Koperasi (Pasal 101 ayat (6))
(5) Ketentuan mengenai Tata Cara Perubahan Unit Simpan Pinjam menjadi KSP
(Pasal 122 ayat (4))
(6) Ketentuan mengenai persyaratan standart kompetensi pengawas dan pengurus
koperasi simpan pinjam (pasal 92 ayat (2)).
(7) Ketentuan tentang izin usaha simpan pinjam
(8) Ketentuan tentang penyelenggaraan Buku Daftar Umum Koperasi
11
VI. IMPLIKASI BAGI KOPERASI

A. Bagi Koperasi Baru


Dalam pembentukan koperasi akte pendirian dan anggaran dasar langsung
menyesuaikan dengan UU no. 17 / 2012

B. Bagi koperasi Yang Telah Lama


1. Yang tidak ada unit simpan pinjam, cukup mengadakan perubahan anggaran dasar
menyesuaikan UU 17/2012
2. Bagi koperasi simpan pinjam, cukup mengadakan perubahan anggaran dasar
menyesuaikan UU 17/2012
3. Bagi koperasi yang mempunyai unit simpan pinjam :
a. Jika usahanya hanya simpan pinjam saja, cukup langsung perubahan
anggaran dasar menjadi Koperasi Simpan Pinjam.
b. Bagi koperasi yang memiliki usaha sektor riil dan unit usaha simpan pinjam
tetapi usaha sektor riilnya tidak ekonomis, maka unit sektor riil yang
tidak ekonomis dapat di liquidasi, dan langsung melakukan perubahan
anggaran dasar menjadi Koperasi Simpan Pinjam.
c. Bagi koperasi yang usaha sektor riil dan unit usaha simpan pinjam akan terus
dipertahankan maka, unit simpan pinjam melakukan pemisahan menjadi
koperasi simpan pinjam. 12
Pemahaman koperasi Sebagai Badan Hukum

I. Difinisi Koperasi
Sesuai amanat UU no. 17 / 2012 tentang Perkoperasian pada Bab I pasal 1
yang berbunyi :

Ayat (1) :
1. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau
badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai
modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama
dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip.

13
2. Dimanakah Koperasi Berada.?

Koperasi
INSTUTISIONALISASI

1. Anggota Sudah - PNPM - UPPKS


Menabung - LUEP - KUBE
2. Administrasi Keuangan - LEPMM
- BMT
Lanjutan Sudah Berjalan
- PKBM - MEP PRANATA
- KELOMPOK SOSIAL
Madya ? - ARISAN
- DLL
Pemula ?
Paguyuban

14
3. Pendirian Koperasi Sebagai “Badan Hukum”
Produsen

Konsumen
Koperasi USAHA Jasa
Sbg BH
Simpan
Pinjam
Akte AD
Pendirian (Belum)
AD
(sudah)

Sebagai anggota
Mengikatkan diri ART
Menjadi PJ & P

Persus - persus
- Pendidikan
- Rekomendasi

Tata tertib 15
4. Perbaikan Format Permodalan Koperasi
Tidak ada
..... : kewajiban PJ
PT Modal dasar
Yang disetor Saham : - Pemilik
- Tidak ada
Dicantumkan
minimal / maximal
Badan
Hukum
SP : PJ
Koperasi Modal Awal
Yang disetor
Dicantumkan SMK : Pemilik
Minimal
Maximal
Yayasan Mencantumkan

Paguyuban Tidak mencantumkan

16
5. Jenis USaha

Sektor Riil

Usaha

Keuangan

17
6. KEGIATAN USAHA
B, P, P, P, P

USAHA
LKM

Sektor Riil Keuangan


18
6. Arah Pengembangan Jenis – Jenis Koperasi

Akan Sampai Mana.??


Punya pabrik
Ada
Produsen Punya produk
Punya HKI Ijin – Ijin

Akan Sampai Mana.??


Jadi distributor
Konsumen Jadi agen Ada
Jadi pengecer Ijin – Ijin
Punya outlet

Akan Sampai Mana.?? Maskapai


Jasa Transportasi Ada
Hotel Ijin – Ijin
Dan lain – lain

Akan Sampai Mana.??


Ada
KSP Jelas terpisah
Ijin – Ijin

19
“Statistik Ekonomi”

No Jenis Komoditi Prestasi (%)

1 Koperasi
2 BUMN / D
3 Swasta
4 UKM

“Menjadi bagian yang sistemic dalam perekonomian


Nasional bukan sekedar pemain Spleteran”

20
7. PERPUTARAN UANG
Sektor Riil Sektor Keuangan

UANG
Pinjaman

UANG
Angsuran
UANG

Tabungan
UANG

Pengambilan

21
8. ALUR PENEMPATAN MODAL USP
Neraca Induk

Neraca USP - KOP

Simpanan
Simpanan

MODAL
USP

Anggota
22
9. Riwayat Pengaturan Simpan Pinjam
UU 25 / 1992

UU 17/2012

14/15/19/20

351/194

226/227

PP 9/1995

1995 2012
1992
23
10. Format Regulasi KSP

Usaha KSP itu termasuk disektor keuangan


Sub sektor perantara keuangan
Bidang simpan pinjam

Sektor keuangan itu High Risk

Oleh karena itu harus high regulated dan high control

Sehingga perlu lembaga pengawas KSP

24
11. POLA PELAYANAN

Konvensional

Pola
Pelayanan

Syariah

25
12. MEMPERTEGAS FUNGSI REGULATOR
Tugas Tugas Mandatory Kementerian Koperasi dan
UKM :

•Mengatur
•Mengawasi
•Memeriksa
•Menilai kesehatan
•Sanksi

26
13. PERBEDAAN ANTARA BADAN HUKUM DAN
IJIN USAHA

Izin Usaha Legalitas Usaha

Badan Hukum Legalitas Lembaga

27
14. PERBEDAAN RUANG LINGKUP URUSAN
KELEMBAGAAN DAN USAHA
NO KELEMBAGAAN NO USAHA

       

1 1 Legalisasi Usaha : Izin Usaha


Legalisasi Lembaga : Badan Hukum
     
2 Terkait disini adalah : 2 Terkait disini adalah :
     
  a Rapat Pembentukan   a Business Plan
  b Akta   b Modal Usaha

  c Pengesahan Badan Hukum, Perubahan Badan Hukum   c Struktur Organiasasi Usaha


  d Struktur Organisasi Kepengurusan   d Manager
  e Struktur Organisasi Pengawas   e Karyawan
  f Modal Pendirian   f Job Description Pengelola
  g Uraian Tugas Pengurus dan Pengawas   g Sistem dan Prosedur
  h Keanggotaan   h Pengendalian Internal
  i Administrasi Organisasi   i Persus - persus dibidang Usaha
  j Izin Pembentukan Kantor Cabang   j Audit External
  k Pembubaran   k Pencabutan Izin Usaha
  l Anggaran Rumah Tangga   l Jenis - jenis Simpanan / Tabungan
  m Pengembangan dan Pembagian   m Jenis - jenis Pembiayaan
  n Rating / pemeringkatan   n Izin Usaha Kantor Cabang
  o Job Description Pengurus, Pengawas dan Dewan Pengawas Syariah   o Penilaian Kesehatan
    p Jaringan / Kemitraan
           

28
15. Perbedaan Badan Hukum dan Ijin Usaha
Badan Hukum Usaha Instansi YMIU

Penerbangan Kementerian Perhubungan


PT Pelayaran Kementerian Perhubungan
Perdagangan Kementerian Perdagangan
Pegelolaan Hutan Kementerian Kehutanan dan Perkebunan
Perhotelan Kementerian Pariwisata
Perkebunan Kementerian Kehutanan dan Perkebunan
Perbankan Bank Indonesia

Koperasi Penerbangan Kementerian Perhubungan


Pelayaran Kementerian Perhubungan
Perdagangan Kementerian Perdagangan
Pegelolaan Hutan Kementerian Kehutanan dan Perkebunan
Perhotelan Kementerian Pariwisata
Perkebunan Kementerian Kehutanan dan Perkebunan
Perbankan Bank Indonesia

Istimewa Simpan Pinjam Kementerian Negara Koperasi dan UKM

Jadi harus lebih


Lembaga Usaha Full Comittmen Untuk
membina SP
29
16. Proses Pemberian Izin Usaha Simpan Pinjam
 Legalitas Kelembagaan / Badan Hukum
 Nama Koperasi
 Proses Perizinan usahanya

- Izin Prinsip, berupa :


Persiapan kantor, SDM, modal usaha, produk simpanan
dan pinjaman, sistem operasional dan prosedur pelayanan
(Peraturan – Peraturan Khusus), formulir-formulir
pelayanan.

- Izin Operasional, berupa :


Diterbitkan Ijin Usaha Simpan Pinjam.

30
17. Kesimpulan
Koperasi yang bergerak disektor Keuangan terdiri dari : Koperasi Simpan Pinjam
(KSP), Koperasi Kredit (Kopdit) dan KJK Syariah adalah lembaga yang berfungsi
sebagai intermediasi memiliki sifat – sifat :
a. Menghimpun, Mengelola & Menyalurkan Dana dari, oleh dan untuk
Anggotanya
b. Mengelola Dana Likwid (mudah hilang dan diselewengkan)
c. Mengelola Pinjaman yang Penuh Resiko.
d. Mengiliminir Asimetris information.
e. Menjaga Kepercayaan

Dengan tingkat kesulitan tersebut maka KJK tidak dapat dikelola, dibina, diawasi
oleh sembarangan orang, melainkan harus dikelola oleh orang-orang yang
kompeten dibidangnya.

Untuk itu telah disusun dan sudah terbit Standart Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Koperasi Jasa Keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor :KEP.133/MEN/III/2007 tentang SKKNI Bidang Koperasi
Jasa Keuangan.

Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, maka pengawas, pengurus, SDM Pengelola
Koperasi yang bergerak disektor keuangan harus meningkatkan kualitasnya sesuai
31
18. Mengiliminir Asemetris Information

70 %

30 % 95 %
5 % NPL yang ditolelir
98 %
2% 100 %
32
LANGKAH – LANGKAH PEMISAHAN USP MENJADI KSP
I. Langkah – Langkah Pemisahan Kelembagaan
A. Persiapan Organisasi / Panitia Kerja.

Diawali dengan pembentukan tim, jika diperlukan dapat melibatkan unsur


pengarah :

1. Bagi primer / sekunder Kabupaten/Kota dari Dinas Koperasi dan UKM


Kabupaten/Kota.
2. Bagi primer / sekunder Propinsi /DI dari Dinas Koperasi dan UKM
Propinsi/DI.
3. Bagi primer / sekunder Nasional dari Kementerian Koperasi dan UKM .

B. Persiapan Kelembagaan.
1. Kepengurusan calon koperasi baru
2. Pengawasan calon koperasi baru
3. Karyawan calon koperasi baru
4. Sarana dan prasarana kerja
5. Anggota
33
Lanjutan …

C. Persiapan AD/ART/Persus – Persus KSP Baru.

D. Mempersiapkan Dokumen – Dokumen Berita Acara Pengesahan


Pemisahan.

E. Persiapkan Formulir – Formulir Pelayanan KSP Baru.

F. Finalisasi Persiapan Kelembagaan


1. Kepengurusan calon koperasi baru
2. Pengawasan calon koperasi baru
3. Karyawan calon koperasi baru
4. Sarana dan prasarana kerja
5. Anggota

34
II. Langkah – Langkah Pemisahan Aset

A. Identifikasi Pos – Pos Dalam Neraca

1. Persiapkan Neraca Koperasi Induk (Audited)


2. Persiapkan neraca unit SP Koperasi otonom yang siap dipisahkan
3. Lihat pasiva rekontruksikan ulang, pastikan dari simpanan – simpanan /
tabungan / hutang modal penyertaan : bersih tidak ada yang dipinjam atau
digunakan untuk usaha di sektor riil (usaha koperasi induk)
4. Lihat aktiva rekonstruksi ulang pastikan tidak ada kas, Bank titipan dari
unit sektor riil.
5. Pastikan tidak ada pinjaman – pinjaman yang bersifat piutang dagang,
persekot pembelian, dan sejenis pada pos pinjaman.
6. Pastikan tidak ada penyertaan pada koperasi sekunder, investasi –
investasi disektor riil, surat berharga, dan sejenis pada kelompok pos aktiva.
7. Pastikan tidak ada : tanah/bangunan kantor, kendaraaan kantor,
perabotan kantor dan sejenis yang dipakai oleh aktivitas usaha koperasi
induknya.
8. Exercisekan konstruksi neraca KSP baru.
9. Temukan angka selisih pasiva dan aktiva
10. Perhatikan selisih pasiva tersebut.
11. Selisih itu adalah equity KSP, yang harus tersedia, dan bagaimana 35
Lanjutan …

III. Pemenuhan Equity KSP Baru


1. Split off dari simpanan pokok dan simpanan wajib pada saat koperasi
induknya melakukan konversi permodalan.
2. Anggota – anggota yang ikut menjadi anggota koperasi simpan pinjam,
menyetor : Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi (SMK) sejumlah
selisih tersebut diatas.
3. Sampai sini persiapan pemisahan sudah 90%, tinggal dilegalkan dalam
RAT koperasi induk .

IV. Exekusi
1. Persiapkan rapat anggota
2. Persiapkan draft keputusan – keputusan
3. Persiapkan acara rapat pembentukan KSP baru (lengkap)
4. Persiapkan berita acara pemisahan
5. Buat akte pendirian KSP Baru, tentukan nama koperasinya
6. Mengajukan pengesahan ke Dinas Koperasi Kabupaten/Kota/Propinsi/DI atau
Kementerian Koperasi dan UKM. 36
Langkah – Langkah Penyesuaian Koperasi Terhadap
Undang - Undang 17/2012

I. Latar Belakang
1. Sesuai amanat UU no. 17 / 2012 tentang Perkoperasian pada bab XVI pasal 121
yang berbunyi :

Huruf a :
Koperasi yang telah didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan diakui sebagai koperasi berdasarkan Undang – Undang ini;

Huruf b :
Koperasi sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib melakukan penyesuaian
anggaran dasarnya paling lambat 3 (tiga) tahun sejak berlakunya Undang –
Undang ini;

37
Lanjutan …

II. Persiapan Penguatan Kelembagaaan


A. AD -> Jenis Koperasi
B. ART
C. Persus – Persus
D. Revitalisasi keanggotaan
E. Pengawas
F. Pengurus -> Apa perlu luar
G. Usaha Focusing, mengkait kepada usaha atau kepentingan anggota
H. Database Usaha anggota
I. Melepas USP Kop -> atau berubah menjadi KSP

38
Lanjutan …

III. Penyesuaian Struktur Modal / Keuangan


1. Konversi Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib menjadi Setoran
Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi.

2. Identifikasi total kewajiban -> konstruksikan sebagai Liabilities


a. Simpanan – simpanan
b. Tabungan – tabungan
c. Hutang jangka pendek lainnya
d. Hutang jangka panjang
e. Hutang lainnya
f. Modal penyertaan

39
Lanjutan …

IV. Contoh Konversi Simpanan Pokok dan Simpanan


Wajib Menjadi Setoran Pokok adan Sertifikat Modal
koperasi Sesuai Undang – Undang 17 Tahun 2012
Tentang Perkoperasian.

40
Lanjutan …
Lama Baru

1. Simpanan pokok Rp. 1.000.000.000,- asumsi 1. Setoran pokok @ Rp. 10.000,- maka total setoran
anggota 10.000, maka simpanan pokok per anggota pokok sebesar Rp. 1 0.000 x 10.000 = Rp. 100.000.000
@ Rp. 100.000,- Diupayakan nilai setoran pokok besarnya seminimal
mungkin untuk membuka peluang masyarakat untuk
menjadi anggota koperasi

2. Simpanan wajib Rp. 10.000.000.000,- 2. Sertifikat modal koperasi = Total Simpanan Wajib + sisa
simpanan pokok yang telah dikonversi menjadi setoran
pokok yaitu : Rp. 10.000.000.000 + Rp. 900.000.000 =
Rp. 10.900.000.000,-
terdiri dari …… 1.090.000 Lembar SMK
3. Cadangan Rp. 7.000.000.000,- 3. Cadangan Rp. 7.000.000.000,- (tidak boleh dikonversi)

Contoh : Contoh :
Setoran pokok = Rp. 10.000,-
Si Badu : Sertifikat modal koperasi = Rp. 100.090.000,-
Status anggota penuh
Simpanan pokok = Rp. 100.000,- Kepemilikan SMK si Badu :
Simpanan wajib = Rp. 100.000.000,- Rp. 100.090.000 / 10.000 = 1.009 lembar

4. Simpanan / Tabunga 4. Bukan modal sendiri / equity, tetapi masuk kewajiban


lancar
5. Modal Penyertaan 5. Bukan modal sendiri / equity, tetap kewajiban jangka
panjang

41
Efektivitas Sertifikat Modal Koperasi Dalam
Mengantisipasi Peluang Usaha

Koperasi di Kecamatan Pameng Peuk

Anggota : 3.000 orang


Simpanan Pokok : @ Rp. 10.000,- Total Simpanan Pokok : Rp. 30.000.000,-
Simpanan Wajib : Total Simpanan Wajib : Rp. 120.000.000,-

Total : Rp. 150.000.000,-

Setoran Pokok : Rp. 30.000.000,-


Sertifikat Modal koperasi : : (12.000 lembar) Rp. 120.000.000,-

Total : Rp. 150.000.000,-

Sertifikat Modal Koperasi Baru : (1.000.000 lembar) Rp. 10.000.000.000,-

SPBU

Rp. 10 M
42
1. KOPERASI KONSUMEN

MANAJER

BAGIAN BAGIAN BAGIAN


PENGADAAN GUDANG PEMASARAN

43
43
2. KOPERASI PRODUSEN

MANAJER

BAGIAN BAGIAN BAGIAN


BAHAN BAKU PENGOLAHAN PEMASARAN

44
44
3. KOPERASI JASA

MANAJER

BAGIAN BAGIAN BAGIAN

DISESUAIKAN DENGAN JENIS JASA

45
45
STRUKTUR ORGANISASI USAHA

4. KOPERASI SIMPAN PINJAM

MANAJER

BAGIAN BAGIAN BAGIAN


PENGHIMPUNAN PENGELOLAAN PENYALURAN
DANA DANA DANA/PINJAMAN

46
46
SEBAGAI BADAN HUKUM DAN BADAN USAHA
KOPERASI TIDAK DAPAT HIDUP SENDIRI

Keterangan.
I. Persiapan : Kelbgn, Mngt, S & P , Modal
II. Pengurusan izin usaha sektor riil
III. Pemantapan aktivitas usaha serta menempatkan
diri sebagai pelaku dunia usaha
IV. Orientasi pasar global
V. Siap export
I II III IV V
47
48
49

Anda mungkin juga menyukai