• Arti gambar dan rupa Allah
Kejadian 1:26-30; 2:7; 3:14-19; Maz. 8
• Dalam bahasa Ibrani sebagai bahasa asli PL, kata gambar adalah TSELEM
yang berarti gambar, patung, model yang asli. Sedangkan rupa disebut
dengan istilah DEMUTH yang berarti salinan, tembusan yang asli.
• Dalam bahasa Yunani yang merupakan bahasa asli PB, gambar disebut
dengan istilah EIKOON yang berarti bentuk yang asli atau perwujudan
yang dilukiskan, yang tampak.
• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , gambar berarti tiruan barang
(orang, binatang, tumbuhan, dll.) yang dibuat dengan coretan pensil dsb pada
kertas, lukisan. Gambaran adalah hasil menggambar, bayangan, uraian,
keterangan, penjelasan. Rupa diartikan sebagai keadaan yang tampak
diluar, tampang muka, wujud atau apa yang tampak (kelihatan), bentuk.
• Memiliki gambar atau rupa Allah, dalam pengertian yang paling sederhana,
berarti kita dibuat menyerupai Tuhan. Adam tidak menyerupai Tuhan dalam arti
Tuhan memiliki darah dan daging. Alkitab berkata bahwa Allah itu Roh
(Yohanes 4:24) dan karena itu memiliki keberadaan tanpa tubuh. Namun tubuh
Adam mencerminkan hidup Tuhan karena diciptakan dengan kesehatan yang
sempurna dan tidak tunduk pada kematian.
• Gambar Allah menunjuk pada bagian non-material dari manusia. Hal ini
membedakan manusia dari binatang dan memampukan manusia menjalankan
kekuasaan sebagaimana direncanakan Allah (Kejadian 1:28), dan
memampukan manusia berkomunikasi dengan PenciptaNya. Keserupaan ini
adalah dalam hal mental, moral dan sosial.
1.Secara mental, manusia diciptakan sebagai makhluk yang rasional dan
berkehendak dengan kata lain, manusia dapat menggunakan pikirannya dan
dapat memilih
2.Secara moral, manusia diciptakan dalam kebenaran dan kepolosan yang
sempurna, suatu refleksi dari kesucian Tuhan
3.Secara sosial, manusia diciptakan untuk bersekutu.
Secara sosial, manusia diciptakan untuk bersekutu.
• Gambar dan rupa Allah yang ada pada manusia hendaknya terwujud dalam hidup
manusia melalui ketaatannya dalam melakukan kehendak Allah. Menurut Kej. 1:28;
2:7, manusia diberi tanggung jawab untuk mengolah bumi, berkuasa dan memelihara
ciptaan Allah yang lain. Tanggung jawab di sini berarti melakukan perbuatan-
perbuatan yang bukan hanya menguntungkan dirinya sendiri melainkan untuk
kepentingan dan berkat bagi sesama dan lingkungannya. Hal ini menjadi bukti dan
teladan bagi sesamanya, sehingga gambar dan rupa Allah yang ada padanya menjadi
nyata dan dirasakan oleh setiap orang melalui cara berpikir, bertutur kata dan berbuat,
yang tujuan akhirnya adalah memuliakan Allah.
• Tanggung jawab ini hanya diberikan kepada manusia bukan kepada ciptaan lainnya.
Berkuasa di sini tidak boleh diartikan, bahwa manusia dapat menggunakan
kuasanya dengan bebas. Sebaliknya, ini berarti manusia mendapat tugas untuk
mengatur seluruh alam dan kehidupan di muka bumi ini. Dalam keterkaitannya
dengan Allah, manusia mempunyai hubungan yang khusus dengan Allah, yaitu
manusia adalah makhluk yang dapat bergaul dengan Allah dan hal ini tidak ada pada
ciptaan yang lain. Hal ini sangat istimewa, melalui hubungan khusus ini manusia dapat
mengetaui dengan baik, apa yang dikehendaki Allah darinya secara pribadi.
Implikasi praktis sebagai gambar Allah
• Manusia jatuh karena pengaruh eksternal yaitu ular, yang adalah instrumen
dari Iblis (Yoh 8:44, Roma 16:20).
• Dosa Adam adalah makan buah yang dilarang Tuhan. Namun secara prinsip
Adam telah melakukan hal yang mendasar yaitu tidak mau tunduk kepada
kehendak Allah dan melakukan kompromi.
• Istilah dosa dalam Alkitab cukup beragam dan banyak, dan ini harus
dilihat sebagai tema pemberontakan manusia dan intervensi
anugerah dan kasih Allah kepada manusia.
• Dalam PL kata dosa adalah khattat (Kel 32:30) serta istilah khet
(Maz 51:11). Istilah ini muncul ratusan kali dalam PL untuk
menjelaskan "pikiran yang tidak mengenai sasaran atau membuat
salah". Istilah pesya (Ams 28:13) artinya pemberontakan aktif atau
pelanggaran terhadap kehendak Allah. Ada juga istilah syaga (Im
4:12) menjelaskan tentang pikiran yang memilih jalan sesat. Istilah
lain adalah awon (I Raj 17:18) yang berarti memutar di mana
dihasilkan dari dosa yang menimbulkan rasa bersalah.
• Dalam PB kata dosa adalah hamartia (Mat 1:21) yang berarti
tidak kena sasaran dan meliputi gagasan kegagalan, salah dan
perbuatan jahat. Adikia (I Kor 6:8) yang berarti ketidakjujuran
atau ketidakadilan. Ada juga istilah parabasis (Rm 4:15)
mengenai pelanggaran hukum. Istilah anomia (I Yoh 3:4) berarti
tidak ada hukum. Asebeia (Tit 2:12) yang berarti tidak mengenal
Allah, dan juga ptaio berarti tergelincir secara moral (Yak 2:10).
• Tetapi penyebaran dosa bukan hanya secara waktu dan tempat, tetapi juga
memengaruhi seluruh eksistensi manusia menjadi rusak total (total depravity).
Kehendaknya, pikiran dan pengertian, perasaaan, ucapan dan perilaku manusia
telah rusak semuanya. Jadi seluruh kepribadian manusia telah rusak oleh karena
dosa. Dosa telah merusak inti dari esensi manusia yaitu hati-nya (Mrk 7:21-23).
• Memang ada kelihatan orang baik, tetapi kalau diamati tidak ada lagi manusia
yang dikatakan baik itu statusnya asli sebelum kejatuhan manusia. Kejatuhan
secara total ini menyebabkan kita memerlukan penebusan secara total di dalam
Kristus. Jadi kerusakan total berarti bahwa ia tidak memiliki kemampuan secara
total untuk menyelamatkan dirinya.
Dosa Waris
• Apakah itu dosa warisan? Dosa waris bukanlah dosa Adam yang diwarisi
keturunannya. Perlu diketahui bahwa tidak ada istilah dosa waris dalam Alkitab.
Dosa waris hanyalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan akibat yang
ditimbulkan oleh dosa Adam.
• Akibat ketidaktaatan Adam hubungan Allah dan manusia menjadi rusak dan
terputus sehingga menyebabkan seluruh keturunan Adam telah kehilangan
kemuliaan Allah (Roma 3:23). Dosa Adam membuat natur manusia menjadi
rusak. Oleh karena terputusnya hubungan manusia dengan Allah dan kerusakan
natur manusia maka seluruh manusia keturunan Adam mempunyai
kecenderungan untuk berbuat dosa.
Pengaruh Dosa
1. Dalam hubungan dengan Allah
Dosa menyebabkan: (1) manusia tidak layak untuk menghadap Allah; (2) tidak sanggup
melakukan kehendak Allah; (3) tidak benar di hadapan Allah; (4) tidak peka lagi terhadap Firman
Allah. Semua ini nampak dalam keangkuan manusia menentang pemerintahan Allah. Akibatnya
manusia di bawah kutukan hukum dosa.
2. Dalam hubungan dengan sesama manusia
Kelihatan dosa menyebabkan Adam dan Hawa saling mempersalahkan, yang terus berlanjut
kepada kehidupan manusia yang saling menyalahkan. Dosa akhirnya menyebabkan konflik
antara sesamanya. Begitu pula dosa menghasilkan eksploitasi manusia atas manusia.