Anda di halaman 1dari 14

Manusia & Dosa

Oleh : Ibu Nela Sartika, S.I.Kom


 
PENCIPTAAN: MENGAPA MANUSIA DICIPTAKAN?

1. Manusia diciptakan untuk kemuliaan nama Tuhan


Allah tidak memerlukan ciptaan, tetapi manusia dan segala ciptaan diciptakan
untuk memuliakan Dia (Yes. 43:7; Ef. 1:11-12). Jadi semua kita diciptakan untuk
melakukan segala sesuatu untuk memuliakan Dia (I Kor 10:31).

2. Tujuan Manusia Hidup 


• Tujuan kita hidup adalah memuliakan dan menikmati persekutuan dengan Dia (Yoh
10:10). Jadi sukacita persekutuan dengan Tuhan terjadi bila memasuki hadirat
Allah. Ini sebuah pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari bersama Tuhan.
• Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah bukan kesombongan bahwa Allah
memuliakan diriNya dalam penciptaan? Bukan, karena Allah sebagai pencipta Ia
tidak merampok kehormatan dari suatu makhluk. Dia adalah pencipta sehingga Dia
layak mendapatkan semua kemuliaan (Wah 4:11).
• Manusia dalam penciptaan diberi harkat dan mandat khusus yaitu sebagai
pemerintah dunia di bawah kuasa Allah (Kej 1:27-2:3). Yang walaupun sudah jatuh
ke dalam dosa, harkat dan mandat itu masih ada.
 
MANUSIA DICIPTAKAN MENURUT GAMBAR DAN RUPA ALLAH

 
• Arti gambar dan rupa Allah
Kejadian 1:26-30; 2:7; 3:14-19; Maz. 8

• Dalam bahasa Ibrani sebagai bahasa asli PL, kata “gambar ” adalah TSELEM
yang berarti gambar, patung, model yang asli. Sedangkan “rupa” disebut
dengan istilah DEMUTH yang berarti salinan, tembusan yang asli.
• Dalam bahasa Yunani yang merupakan bahasa asli PB, “gambar ” disebut
dengan istilah EIKOON yang berarti bentuk yang asli atau perwujudan
yang dilukiskan, yang tampak.
• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , “gambar” berarti tiruan barang
(orang, binatang, tumbuhan, dll.) yang dibuat dengan coretan pensil dsb pada
kertas, lukisan. “Gambaran” adalah hasil menggambar, bayangan, uraian,
keterangan, penjelasan. “Rupa ” diartikan sebagai keadaan yang tampak
diluar, tampang muka, wujud atau apa yang tampak (kelihatan), bentuk.
• Memiliki “gambar” atau “rupa” Allah, dalam pengertian yang paling sederhana,
berarti kita dibuat menyerupai Tuhan. Adam tidak menyerupai Tuhan dalam arti
Tuhan memiliki darah dan daging. Alkitab berkata bahwa “Allah itu Roh”
(Yohanes 4:24) dan karena itu memiliki keberadaan tanpa tubuh. Namun tubuh
Adam mencerminkan hidup Tuhan karena diciptakan dengan kesehatan yang
sempurna dan tidak tunduk pada kematian.

• Gambar Allah menunjuk pada bagian non-material dari manusia. Hal ini
membedakan manusia dari binatang dan memampukan manusia menjalankan
“kekuasaan” sebagaimana direncanakan Allah (Kejadian 1:28), dan
memampukan manusia berkomunikasi dengan PenciptaNya. Keserupaan ini
adalah dalam hal mental, moral dan sosial.
1.Secara mental, manusia diciptakan sebagai makhluk yang rasional dan
berkehendak – dengan kata lain, manusia dapat menggunakan pikirannya dan
dapat memilih
2.Secara moral, manusia diciptakan dalam kebenaran dan kepolosan yang
sempurna, suatu refleksi dari kesucian Tuhan
3.Secara sosial, manusia diciptakan untuk bersekutu.
Secara sosial, manusia diciptakan untuk bersekutu.
• Gambar dan rupa Allah yang ada pada manusia hendaknya terwujud dalam hidup
manusia melalui ketaatannya dalam melakukan kehendak Allah. Menurut Kej. 1:28;
2:7, manusia diberi tanggung jawab untuk mengolah bumi, berkuasa dan memelihara
ciptaan Allah yang lain. Tanggung jawab di sini berarti melakukan perbuatan-
perbuatan yang bukan hanya menguntungkan dirinya sendiri melainkan untuk
kepentingan dan berkat bagi sesama dan lingkungannya. Hal ini menjadi bukti dan
teladan bagi sesamanya, sehingga gambar dan rupa Allah yang ada padanya menjadi
nyata dan dirasakan oleh setiap orang melalui cara berpikir, bertutur kata dan berbuat,
yang tujuan akhirnya adalah memuliakan Allah.

• Tanggung jawab ini hanya diberikan kepada manusia bukan kepada ciptaan lainnya.
“Berkuasa” di sini tidak boleh diartikan, bahwa manusia dapat menggunakan
kuasanya dengan bebas. Sebaliknya, ini berarti manusia mendapat tugas untuk
mengatur seluruh alam dan kehidupan di muka bumi ini. Dalam keterkaitannya
dengan Allah, manusia mempunyai hubungan yang khusus dengan Allah, yaitu
manusia adalah makhluk yang dapat bergaul dengan Allah dan hal ini tidak ada pada
ciptaan yang lain. Hal ini sangat istimewa, melalui hubungan khusus ini manusia dapat
mengetaui dengan baik, apa yang dikehendaki Allah darinya secara pribadi.
 
 
Implikasi praktis sebagai gambar Allah

Sebagai orang percaya kita harus seringkali berefleksi atas


manusia sebagai gambar dan rupa Allah, di mana itu akan
membuat kita kagum dan bersyukur sebagai ciptaan yang
berharga di mataNya. Di sini setiap orang yang ingin
mendalami Firman Allah tentang siapakah manusia akan
menyadari betapa berharga dan pentingnya manusia atas
seluruh ciptaan.

Karena kita ini buatan  Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus


untuk melakukan pekerjaan baik,   yang dipersiapkan Allah
sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Efesus 2:10
Manusia jatuh kedalam Dosa
• Kej 3:1-7 berbicara tentang dosa pertama yang dilakukan
manusia yang dalam hal ini adalah Adam dan Hawa
• Hubungan Allah dan manusia yang begitu dekat Rusak
karena ketidaktaatan manusia kepada perintah Allah
sehingga membuat citra diri manusia telah rusak.
• Alkitab berbicara tentang fakta kejatuhan yang benar
terjadi (Roma 5:12-13), lokasi kejatuhan di taman Eden (Kej
2:10-14), dan Adam disebutkan sebagai nenek moyang
pertama dalam keturunan bangsa Yahudi (Kej 4:1; 5:4;
11:27; Luk 3:38). Dapat disimpulkan bahwa kejatuhan
adalah peristiwa yang sungguh terjadi dalam sejarah
manusia.
Asal Mula Dosa
• Alkitab mengajarkan bahwa asal mula dosa masuk ke dunia adalah karena
pelanggaran Adam dan Hawa. Itu dimulai dari godaan Iblis yang mengambil
bentuk ular, yang menanamkan benih di hati manusia hal ketidakpercayaan
(untrust dan unbelief).

• Manusia jatuh karena pengaruh eksternal yaitu ular, yang adalah instrumen
dari Iblis (Yoh 8:44, Roma 16:20).

• Dosa Adam adalah makan buah yang dilarang Tuhan. Namun secara prinsip
Adam telah melakukan hal yang mendasar yaitu tidak mau tunduk kepada
kehendak Allah dan melakukan kompromi.

• Intelektulitasnya menunjukkan dosa sombong dan ketidakpercayaan, serta


yakin dapat menjadi sama seperti Allah. Itu sebabnya manusia kemudian
mendapatkan hukuman yaitu dinyatakan bersalah, mengalami kerusakan
gambar Allah, dan mengalami kematian (Kej 3:19, Rom5:12, 6:23).
Sifat dan Jangkauan Dosa
a. Sifat Dosa

•  Istilah dosa dalam Alkitab cukup beragam dan banyak, dan ini harus
dilihat sebagai tema pemberontakan manusia dan intervensi
anugerah dan kasih Allah kepada manusia.

• Dalam PL kata dosa adalah khattat (Kel 32:30) serta istilah khet
(Maz 51:11). Istilah ini muncul ratusan kali dalam PL untuk
menjelaskan "pikiran yang tidak mengenai sasaran atau membuat
salah". Istilah pesya (Ams 28:13) artinya pemberontakan aktif atau
pelanggaran terhadap kehendak Allah. Ada juga istilah syaga (Im
4:12) menjelaskan tentang pikiran yang memilih jalan sesat. Istilah
lain adalah awon (I Raj 17:18) yang berarti memutar di mana
dihasilkan dari dosa yang menimbulkan rasa bersalah.
• Dalam PB kata dosa adalah hamartia (Mat 1:21) yang berarti
tidak kena sasaran dan meliputi gagasan kegagalan, salah dan
perbuatan jahat. Adikia (I Kor 6:8) yang berarti ketidakjujuran
atau ketidakadilan. Ada juga istilah parabasis (Rm 4:15)
mengenai pelanggaran hukum. Istilah anomia (I Yoh 3:4) berarti
tidak ada hukum. Asebeia (Tit 2:12) yang berarti tidak mengenal
Allah, dan juga ptaio berarti tergelincir secara moral (Yak 2:10).

• Dari istilah-istilah di atas dapat disimpulkan bahwa sifat dosa yang


paling hakiki adalah bertujuan memberontak melawan Allah
(Maz 51:6; Rm 8:7; Yak 4:4). Kita tidak bisa menguranginya
dengan menjelaskan bahwa dosa berarti pementingan diri sendiri
atau kesombongan. Dosa adalah menjelaskan bahwa manusia
ingin mengambil tempat sebagai Allah (Kej 3:5). Peristiwa
kejatuhan menjelaskan tentang pemberontakan manusia dengan
mempertanyakan integritas Allah.
Jangkauan Dosa
• Akibat dari dosa adalah bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan tidak ada
seorang pun yang benar (Rm 3:1-10, 23; Maz 14:1). Di sini menggambarkan
bahwa jangkauan dosa bersifat universal. Hanya manusia Yesus yang tidak
berdosa (Ibr 4:15). Keuniversalan dosa bersifat menyeluruh kepada semua
manusia di segala abad dan tempat.

• Tetapi penyebaran dosa bukan hanya secara waktu dan tempat, tetapi juga
memengaruhi seluruh eksistensi manusia menjadi rusak total (total depravity).
Kehendaknya, pikiran dan pengertian, perasaaan, ucapan dan perilaku manusia
telah rusak semuanya. Jadi seluruh kepribadian manusia telah rusak oleh karena
dosa. Dosa telah merusak inti dari esensi manusia yaitu hati-nya (Mrk 7:21-23).
 
• Memang ada kelihatan orang baik, tetapi kalau diamati tidak ada lagi manusia
yang dikatakan baik itu statusnya asli sebelum kejatuhan manusia. Kejatuhan
secara total ini menyebabkan kita memerlukan penebusan secara total di dalam
Kristus. Jadi kerusakan total berarti bahwa ia tidak memiliki kemampuan secara
total untuk menyelamatkan dirinya.
 
Dosa Waris

• Ketidaktaatan Adam menghasilkan dosa warisan bagi manusia selanjutnya, di


mana Alkitab mengajarkan bahwa dosa Adam melibatkan seluruh umat manusia
(Rm 5:12). Kita harus mengerti bahwa maksudnya adalah Adam sebagai
perwakilan manusia telah membuat kita berdosa dan oleh persatuan di dalam
Yesus membuat kita dibenarkan.  

• Apakah itu dosa warisan? Dosa waris bukanlah dosa Adam yang diwarisi
keturunannya. Perlu diketahui bahwa tidak ada istilah dosa waris dalam Alkitab.
Dosa waris hanyalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan akibat yang
ditimbulkan oleh dosa Adam.
 
• Akibat ketidaktaatan Adam hubungan Allah dan manusia menjadi rusak dan
terputus sehingga menyebabkan seluruh keturunan Adam telah kehilangan
kemuliaan Allah (Roma 3:23). Dosa Adam membuat natur manusia menjadi
rusak. Oleh karena terputusnya hubungan manusia dengan Allah dan kerusakan
natur manusia maka seluruh manusia keturunan Adam mempunyai
kecenderungan untuk berbuat dosa.
Pengaruh Dosa
1. Dalam hubungan dengan Allah
 Dosa menyebabkan: (1) manusia tidak layak untuk menghadap Allah; (2) tidak sanggup
melakukan kehendak Allah; (3) tidak benar di hadapan Allah; (4) tidak peka lagi terhadap Firman
Allah. Semua ini nampak dalam keangkuan manusia menentang pemerintahan Allah. Akibatnya
manusia di bawah kutukan hukum dosa.
 
2. Dalam hubungan dengan sesama manusia 
Kelihatan dosa menyebabkan Adam dan Hawa saling mempersalahkan, yang terus berlanjut
kepada kehidupan manusia yang saling menyalahkan. Dosa akhirnya menyebabkan konflik
antara sesamanya. Begitu pula dosa menghasilkan eksploitasi manusia atas manusia.

3. Dalam hubungan dengan dirinya


Dosa menyebabkan ada "perkelahian" dalam dirinya yang mengakibatkan ada ketakutan
dalam dirinya, atau menghasilkan pemujaan diri, bahkan penipuan pada diri sendiri. Akibatnya
juga muncul rasa malu dan hilang kepercayaan diri sendiri.

4. Dalam hubungan dengan alam


Manusia dalam melihat alam tidak lagi melihatnya sebagai ciptaan Allah yang harus dipelihara,
tetapi mengeksploitasinya sehingga menimbulkan berbagai macam pencemaran dan
kehancuran. Manusia tidak lagi hidup harmonis dengan alam.
• Bahwa manusia akhirnya hanya dapat diselamatkan oleh
intervensi ilahi yaitu Kristus sendiri. Tetapi apakah manusia
terbebas dari dosa? Akibat kejatuhannya, maka manusia tetap
berpotensi untuk jatuh ke dalam dosa. Namun pengampunan
senantiasa diberikan kepada kita (I Yoh 1:9) dan yang paling
penting adalah kita tidak lagi di bawah hukuman kutuk dosa.

• Di dalam proses kehidupan manusia setelah percaya inilah


disebut proses pengudusan (sanctification), di mana manusia
selalu meminta Roh Kudus berkarya di dalam dirinya dan
mengingatkan manusia akan dosanya. Pemazmur selalu
mengingatkan dirinya bahwa penting baginya untuk meminta
Allah menguji dirinya sendiri dan mengenali jalannya.

Anda mungkin juga menyukai