SC Covid
SC Covid
1. Hamil 1 : PSP/laki”/3800gr
2. Hamil 2 : Abortus
3. Hamil ini
Time Sequence
29-12-2020
Pkl. 20.07 wib masuk RSHAM
29-12-2020
Konsul anestesi 23.30—Acc anestesi jam 00.10
30-12-2020
Pkl. 01.10 WIB
Operasi SC
Pemeri ksaan F isi k
Bed rest
Pasang iv line Veno cath 18 G, pastikan iv line lancar, ambil
sampel darah, crossmatch
Puasakan sejak direncanakan operasi
Pasang kateter urin dan nilai UOP (+)
Ganjal Panggul Kanan
LABORATORIUM 29/12/2020
Hb/ Ht/Leu/Tr : 12,5/40/21.220/348.000
BUN/Ur/ Cr : 8/17/0,75
KGD Ad R : 96
Na/K/Cl : 143/2,8/104
PTT/aPTT/INR : 13,2(14,2)/21,5(30,1)/0,92
Hbsag : non reaktif
Anti HIV : non reaktif
IgG : non reaktif
Tindakan Preoperatif
Persiapan pasien:
Persiapan Spinal anestesi
Persiapan untuk Intubasi
Pasang IV line dengan bore 18 G
O2 via nasal canul 2 lpm
Monitoring hemodinamik: kesadaran, TD, HR, T/V
nadi, UOP, DJJ.
Informed consent+ SIA
Masalah Pemecahan
• Pasien operasi emergensi - Puasa sejak direncanakan operasi
• Pasien puasa - Ganti cairan puasa dan pastikan iv line lancar, pasang
bore besar
•Pasien dengan terkonfirmasi - Cegah penyebaran infeksi dengan Alat Pelindung Diri
swab Covid19 (+) (APD) Level 3
- Persiapan ruang OKA bertekanan negatif
- Pasien tetap mengunakan masker untuk mencegah
penyebaran aerosol
MASALAH PEMECAHAN
PRE OPERASI
•Karena adanya perubahan secara anatomi
•Wanita hamil dengan perubahan anatomi
dan fisiologi dan fisiologi GIT pada wanita hamil maka
wanita hamil harus selalu diperhitungkan
A. Perubahan pada Anatomi GIT
•Akibat pembesaran bagian fundus dan lambung penuh, dengan Pastikan puasa
antrum tek.intragastrik meningkat.
cukup cegah Mendelson Syndrome.
B. Perubahan pada Fisiologi GIT
•Uterus yang gravid menyebabkan ;
- peningkatan intra gastrik masa •Berikan antasida 30 cc ½ jam sebelum
pengosongan lambung memanjang. operasi, sebaiknya yang non partikulat ,
- adanya peningkatan sekresi hormon karena molekulnya kecil mencegah
gastrin meningkatkan sekresi asam
lambung. aspirasi.
- akibat peningkatan kadar progesteron
plasma, motilitas GIT absorbsi
makanan dan tekanan sphincter
oesophageal bgn distal menurun.
- adanya obat-obat analgesik dapat
memperlambat pengosongan gaster.
PROBLEM LIST
Masalah Pemecahan
Pre operasi
C. Perubahan pada Anatomi dan Fisiologi
Respirasi
Masalah Pemecahan
• Pasien dengan spinal anestesi , Pastikan IV line lancar, preloading cairan 10-20
resiko hipotensi post spinal cc/kgBB
anestesi
• Pasien dengan spinal anestesi , - Atur ketinggian block setinggi T6 dan pantau
resiko Hight block atau total Hemodinamik.
block
•Pasien dengan regional anestesi, - Gunakan jarum spinocain nomor yang kecil dan cegah
resiko PDPH tusukan yang berulang-ulang
Problem List Potensial (lanj..)
Masalah Pemecahan
Durante op:
• Potensial bayi lahir dengan APGAR • Siapkan alat dan obat resusitasi bayi
scor rendah baru lahir
Problem List post Operatif
Masalah Pemecahan
Post op:
• Nyeri post op memicu TD • Monitoring ketat terhadap
meningkat hemodinamik dan balans cairan
• Infeksi Post operasi • Beri analgetik kuat
• Antibiotik adekuat
2 PATOGENESA
3
4 HELLP
Patogenesa dari keterlibatan hepar pada sindroma
HELLP masih belum diketahui
Deposisi fibrin intravascular hepatic dengan obstruksi
Normal : 7-10
Moderate impairment : 4-6
Needs resuscitation :0-3
TOKSISITAS
Toksisitas sistemik dari obat-obat anestetik lokal, Intoksisikasi obat-obat
anestetik lokal tergantung pada beberapa hal :
Konsentrasi obat.
Vaskularisasi di tempat suntikan.
Absobsi obat.
Dosis.
Jenis obat yang digunakan. Obat-obat dengan toksisitas yang paling rendah
adalah prilokain, mepivakain, kloroprokain, dan prokain dibandingkan
dengan obat-obat lainnya.
Kecepatan penyuntikan.
Penambahan epinefrin. Penambahan epinefrin maka puncak konsentrasi
dapat diturunkan 20% - 50% akan mengurangi insiden intoksikasi, juga dapat
memperpanjang masa kerja serta lapangan operasi bersih.
Hipersensitivitas.
Usia.
Keadaan umum.
Berat badan.
Tanda-tanda dan Gejala-gejala Toksisitas
Gejala awal intoksikasi anestetik lokal adalah gejala SSP (CNS),
sedang gangguan jantung (miokard) akan muncul kemudian
setelah konsentrasi dalam plasma semakin meningkat.
Sistem Saraf Pusat (SSP)
1. Numbness of the mouth and tongue.
2. Lightheadedness.
3. Tinnitus
4. Visual disturbance.
5. Irrational behavior and speech.
6. Muscle twitching.
7. Unconsciousness.
8. Generalized convulsion.
9. Coma.
10. Apnoea.
Sistem kardiovaskular.
Intoksikasi kardiovaskular menyebabkan :
Depresi / lambatnya konduksi otot jantung (otomatisasi
miokard).
Depresi / melemahnya otot jantung (kontraktilitas miokard).
Vasodilatasi perifer.
Gejala ini biasanya timbul jika dosis yang digunakan 2-4 kali
dosis yang dapat menimbulkan konvulsi (dosis sangat
tinggi). Hipotensi, bradikardi dan kemudian henti jantung
dapat segera terjadi. Berbeda dengan Bupivacaine, gangguan
konduksi miokard sudah dapat terjadi walaupun konsentrasi
dalam plasma masih relatif rendah. Gejala ventrikular
fibrilasi secara tiba-tiba telah dilaporkan setelah pemberian
Bupivacaine secara IV dan celakanya biasanya resisten
terhadap RKP.
Sistem pernapasan
Relaksasi otot polos bronkus.
Henti nafas akibat paralise saraf frenikus, paralise
interkostal atau depresi langsung pusat pengaturan nafas.
Sistem muskolosletal
Bersifat miotoksik (bupivacain > lidokain > prokain).
Tambahan adrenalin beresiko kerusakan saraf. Regresi
dalam waktu 3 – 4 minggu.
Imunologi
Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering
karena merupakan deripat PABA
Pencegahan Terhadap Toksisitas
Intoksikasi anestetik lokal umumnya dapat dihindari jika pedoman
sederhana dibawah ini dapat diikuti :
Gunakan dosis anjuran (hafal dosis maksimal).
Aspirasi berulang-ulang setiap obat disuntikkan.
Gunakan test dose yang mengandung epinefrin. (EPIDURAL)
Jika dibutuhkan obat dalam dosis besar atau jika obat diberikan
secara IV, (misalnya untuk anestesi regional IV) gunakan obat
dengan toksisitas rendah, dan berikan secara bertahap dan
gunakan waktu yang lebih lama sampai mencapai dosis total.
Obat harus selalu disuntikkan secara perlahan-lahan (jangan lebih
cepat dari 10 ml/menit) dan pertahankan kontak verbal dengan
pasien, yang dapat melaporkan gejala-gejala ringan sebelum
seluruh dosis yang harus diberikan masuk. Hati-hati terhadap
pasien yang mulai bicara dan bertingkah irrasional. Hal ini
mungkin merupakan gejala awal dari intoksikasi SSP, namun hal
ini kadang dikelirukan pada penderita histeria.
Pengobatan intoksikasi.
Berikan oksigen, jika perlu dengan pernapasan buatan menggunakan bag dan mask
Hentikan konvulsi jika berlanjut sampai 15-20 detik. Berikan antikonvulsan IV, misalnya
thiopental 100-150 mg atau diazepam 5-20 mg. Thiopental merupakan pilihan utama
karena efeknya lebih cepat, oleh karena itu seharusnya sudah tersedia sebelum
penggunaan anestetik lokal. Beberapa ahli lebih suka memberikan suksinilkolin 50-100
mg, yang akan dengan cepat menghentikan konvulsi tetapi akan membutuhkan intubasi
dan ventilasi buatan sampai efeknya habis.
Gejala intoksikasi dapat hilang secepat munculnya, dan keputusan harus dibuat apakah
menunda pembedahan, mengulangi blok saraf, menggunakan teknik yang berbeda
(misalnya memberikan blok spinal sebagai ganti blok apidural) atau menggunakan
anestesi umum.
Jika hipotensi dan tanda-tanda depresi miokard muncul, maka vasopressor dengan
aktivitas a- dan b- adrenergik harus diberikan, misalnya efedrin 15-30 mg IV. Jika henti
jantung terjadi, harus ditangani dengan energetic cardiopulmonary resuscitation
termasuk epinefrin 1 mg dan atropin 0,6 mg IV atau intrakardial. Pemberian epinefrin IV
atau intrakardial dapat mengundang fibrilasi ventrikel. Jika ini terjadi, harus ditangani
dengan high energy DC conversion ditambah bretylium 80 mg sebagai anti-aritmia.
Jika ada keraguan akan reaksi alergi, pasien harus diberi skin test yang mana, jika
negatif, tetap harus berhati-hati dengan dosis penuh. Hal ini hanya boleh dilakukan
pada tempat yang sudah diperlengkapi dengan perlengkapan dan obat-obat emergensi.
Sehingga jika alergi muncul, dapat ditangani dengan cepat dan tepat. Sebaliknya
dengan skin test yang negatif tidak menjamin pemberian dosis penuh tidak terjadi
reaksi.
Sindrom Mendelson
Sindrom mendelson adalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh aspirasi cairan
lambung selama anastesi umum. Hal ini dapat terjadi jika :
pH cairan yang masuk <2,5 volume aspirasi lebih besar dari 0,3 ml/kg BB ( 20-25 ml pada
orang dewasa)
Gejala klinis :
Takipneu
Takikardi
Wheezing / ronkhi
Sianosis
Komplikasi :
1. Edema paru
2. Syok
3. Pneumonia
4. ARDS
5. Bronkiektasis
Bromage Score ( spinal Anastesi )
Gerakan penuh dari tungkai , 0
Tak mampu ekstensi tungkai, 1
Tidak mampu flexi lutut, 2
Tidak mampu flexi pergelangan kaki, 3
APGAR Score
Score 0 1 2
Color pale Pink body, Pink
pheripheral
acrocyanosis
HR Absents <100 >100
Respond to none grimace Cough, sneeze
stimulation
Muscle tone flaccid Some movement Moving
respiration none Weak ,irreguler Crying, regular
Normal : 7-10
Moderate impairment : 4-6
Needs resuscitation :0-3
Indikasi sc pada ibu hamil
Indikasi sc pada ibu hamil
Anatomi vetebrae
Kontraindikasi regional anestesi
Absolut
Sepsis
Pasien tidak kooperatif
Defisit neurologis
Lesi valvula jantung stenosis
Deformitas spinal berat
Kontroversi