Anda di halaman 1dari 84

Arthritis

dr. Nunik Royyani,Sp.Rad


Your Picture Here Your Picture Here

Meet
Our
Team
Bella Corita. S Chitra Aulia. A

Your Picture Here Your Picture Here

Hesti Dwi Ningrum Marwan Hermawan


DAFTAR

01 PENDAHULUAN

02 TINJAUAN PUSTAKA

03 PEMBAHASAN

04 DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang

• Arthritis merupakan suatu kondisi • Osteoartritis (OA) adalah bentuk


peradangan sendi. Peradangan paling umum dari arthritis. OA
sendi ini dapat menyerang beberapa mempengaruhi sekitar 302 juta
sendi. orang di seluruh dunia.

• Sebanyak 4% populasi dunia • Prevalensi OA lutut secara


menderita osteoartritis, dengan 83% radiologis di Indonesia cukup
kasus osteoartritis merupakan tinggi, yaitu mencapai 15.5% pria
osteoartritis lutut, sehingga OA lutut dan 12.7% wanita
merupakan jenis OA terbanyak
Tujuan

it Gout
penyak tis dan out
ta hui Arthri pada G
m enge matoid linis. radiologi
k u k
Untu tis, Rhe secara s ecara
ri
arth arthriti
s rb edaan
o n pe itis.
Oste d a h r

01
n art
a mbara n O steo
g
.
etahui h ritis da
uk men
g
o id Art
Unt a t
Rh eum
,
ritis
02 arth
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
3 Jenis Utama Sendi

sendi fibrosa
sendi kartilago sendi sinovial
Klasifikasi struktural persendian :
• Persendian Fibrosa
• Persendian kartilago
• Persendian synovial

Klasifikasi fungsional persendian :


• Sendi sinartrosis.
• Amfiartosis
• Diartrosis

Sendi sinovial dapat diklasifikasikan


• Sendi sfenoidal
• Sendi engsel
• Sendi kisar (pifot joint)
• Persendian Kondiloid
• Sendi pelana,
Arthritis merupakan suatu kondisi peradangan sendi. Peradangan sendi ini dapat menyerang beberapa sendi.

2 4

osteoarthritis Septic atritis


(OA) (SA)
rheumatoid
Gout Arthritis arthritis (RA)

1 3
Reumatoid Arthritis

Artritis reumatoid adalah


penyakit multisistem kronis
Penyebab artritis yang penyebabnya tidak
reumatoid masih belum diketahui.
diketahui. Dikatakan
bahwa artritis reumatoid
mungkin merupakan
manifestasi dari respon
terhadap agen infeksius
pada orang-orang yang
rentan secara genetik.
Revised American Rheumatism Association
Criteria for the Classification of Rheumatoid
Arthritis
PATOFISIOLOGI
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Gambaran Klinis

Gejala-gejala konstitusional, Poliartritis simetris, terutama


misalnya lelah, anoreksia, Contents
pada sendi perifer
berat badan menurun dan Contents
demam.

Kekakuan pagi hari, selama Artritis erosif: merupakan


lebih dari satu jam: dapat Contents ciri khas dari penyakit ini
Contents
bersifat generalisata pada gambaran radiologik.

Nodul-nodul rheumatoid
Deformitas: kerusakan adalah massa subkutan yang
struktur penunjang sendi ditemukan pada sekitar
meningkat dengan Contents sepertiga orang dewasa
perjalanan penyakit. pasien artritis reumatoid.
Pemeriksaan peradangan pada sendi
Fisik Penilaian
standar untuk kelemahan

keterbatasan gerak.

Skleritis
Gejala-gejala Nodul-nodul

ekstra- Garukan perikardial


Efusi pleura
artikular Splenomegali
Ulkus kulit pada ekstremitas bawah.

deformitas boutonnierre dimana


Artritis terjadi (DIP) (PIP).

reumatoid Deformitas swan-neck


yang lanjut
ANATOMI

Gambar 3 : Gambaran skematik dari


deformitas swan-neck dan deformitas
boutonniere, sering telihat pada artritis
reumatoid lanjut. 9
Osteoarthritis (OA)

Osteoarthritis (OA) merupakan proses


terjadinya inflamasi kronik pada sendi
sinovial, yang ditandai dengan
perubahan patologis pada struktur sendi
Osteoartritis (OA) adalah tersebut yaitu berupa degenerasi tulang
bentuk paling umum dari rawan/kartilago hialin”
arthritis. OA
mempengaruhi sekitar
302 juta orang di seluruh
dunia.
A.Klasifikasi
• Osteoartritis primer
• OA Primer/osteoartritis idiopatik yaitu
osteoartritis yang kausanya tidak
diketahuiOsteoartritis sekunder
• OA sekunder
• osteoarthritis yang didasari oleh adanya
kelainan endokrin), inflamasi, post
traumatik, metabolik, kelainan pertumbuhan,
herediter, jejas mikro dan makro serta
imobilisasi yang terlalu lama.23
A.Faktor Resiko
• Individu
• Umur dan gender
• Obesitas
• Genetik
• Sendi
• Aktivitas fisik
• Kekuatan Otot
• Keselarasan Lutut
PATOFISIOLOGI
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Gambaran Klinis

Menurut The European League


Against Rheumatism, diagnosis OA
memerlukan tiga gejala dan tiga tanda.
Pada OA lutut dan OA
Tiga gejala terdiri dari nyeri persisten,
lain, pasien biasanya datang
kekakuan sendi di pagi hari, dan
dengan keluhan nyeri sendi.
menurunnya fungsi sendi, sedangkan
tiga tanda adalah krepitasi, range of
motion berkurang, dan pembesaran
tulang.
KRITERIA DIAGNOSIS YANG DIKEMBANGKAN OLEH AMERICAN
COLLEGE OF RHEUMATOLOGY

1.OA Nyeri, ngilu atau kaku pada


Tangan a)Berdasarkan tangan

Klinis
Pembengkakan jaringan
keras dari 2 atau lebih sendi-
sendi tangan di bawah ini :

1.Pembengkakan jaringan
keras dari 2 atau lebih sendi
distal interfalang

1.Kurang dari 3
pembengkakan sendi
metakarpofalang

1.Deformitas sedikitnya pada


1 dari 10 sendi-sendi tangan
pada kriteria 2 di atas.
KRITERIA DIAGNOSIS YANG DIKEMBANGKAN OLEH AMERICAN
COLLEGE OF RHEUMATOLOGY

OA
Nyeri sendi lutut hampir tiap hari

1.Klinis : Krepitasi pada gerakan sendi aktif

LUTUT
1.Kaku di pagi hari dengan durasi kurang dari 30 menit
1.Usia >50 tahun,
1.Pembesaran tulang lutut saat pemeriksaan
1.Nyeri tekan pada lutut saat pemeriksaan
1.Tidak teraba hangat

radiografi adanya osteofit pada tepi sendi ditambah 1

a)Klinis
ditambah
radiografi
LED <40 mm/jam

Klinis Rheumatoid factor < 1:40

ditambah
laboratorium
cairan sinovial sesuai tanda OA.
KRITERIA DIAGNOSIS YANG DIKEMBANGKAN OLEH AMERICAN
COLLEGE OF RHEUMATOLOGY

OA a)Berdasarkan
Panggul kriteria klinis dan
laboratorium

Rotasi internal sendi panggul <15o disertai


Nyeri pada sendi LED < 45 mm/jam atau fleksi sendi panggul
<115o
panggul/koksa
Rotasi internal sendi panggul >15o
disertaiBerdasarkan kriteria klinis,
laboratorium dan radiologis :

1.LED <20 mm pada jam pertama


Nyeri pada sendi
panggul/koksa dan 1.Osteofit pada femoral dan atau
paling sedikit 2 dari 3 asetabular pada gambaran radiologis

kriteria dibawah ini : 1.Penyempitan celah sendi secara


radiologis (superior, axial dan atau medial)
Penatalaksanaan

Terapi utama adalah mengelola gejala, mengurangi nyeri dan disabilitas, meningkatkan fungsi sendi dan kestabilan
sendi. Pada OA dengan Kellgren – Lawrence grade 1- 3, terapi dapat dilakukan dengan metode non-farmakologi tanpa
pembedahan, pada OA dengan Kellgren – Lawrence grade 4 dapat dilakukan terapi nonfarmakologi dengan
pembedahan.
1) Tatalaksana Non-farmakologi

a) Latihan fisik dan terapi manual


b) Penurunan berat badan
c) Braces dan orthosis
d) Pembedahan
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Tatalaksana Farmakologi

1. Mengurangi rasa nyeri sangat penting dalam penanganan OA.

2. Obat analgesik berbagai jenis seperti obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), opiat, dan analgesik lain non-opiat.

3. AAOS merekomendasikan pemberian OAINS atau tramadol untuk osteoartritis lutut dengan kekuatan rekomendasi
strong.

4. Sedangkan untuk parasetamol dan opioid, rekomendasinya inconclusive.

5. Namun pada tahun 2013, AAOS mengeluarkan rekomendasi agar tidak menggunakan glucosamine dan chondroitin
karena suplementasi obat tersebut tidak memiliki efek signifikan dibandingkan placebo. 23
6. Injeksi Intraartikular
7. Kortikosteroid intra-artikular
Your Picture Here

Artritis reumatoid
nampak erosif yang
mengenai tulang karpal
dan sendi
metakarpofalangs.

Pseudogout nampak
gambaran klasik
kondrokalsinosis, sclerosis
subchondral, dan kista
subkondral. Os skafoid-
lunate kalsifikasi dapat
menyebabkan kelemahan
sendi dan gangguan
ligamen scapholunate
Gout Arthritis

Artritis pirai (gout) merupakan


kelompok penyakit heterogen sebagai
akibat deposisi kristal monosodium urat
pada jaringan atau akibat supersaturasi
asam urat didalam cairan ekstraseluler.
Penyebab hiperurisemia
dan gout dapat dibedakan
dengan hiperurisemia
primer, sekunder.
PATOFISIOLOGI
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Gambaran Klinis

Stadium artritis Gout Akut


Stadium hiperurisemia asimtomatik
pembengkakan dan nyeri yang luar biasa,
Nilai asam urat meningkat sampai sampai 9-10
biasanya pada ibu jari kaki dan sendi
mg/dl pada seseorang dengan gout
metatarsofalangeal. Arthritis bersifat
tahap ini pasien tidak menunjukkan gejala-
monoartikular

Stadium gout kronikStadium gout kronik


Stadium interkritik
Tidak terdapat gejala-gejala pada masa ini, nyeri, sakit, dan kaku juga pembesaran dan
yang dapat belangsung dari beberapa bulan penonjolan sendi yang bengkak
sampai tahun.
Permeriksaan Hiperurisemia jika kadar asam urat
Laboratorium a.Pemeriksaan darah diatas 7 mg/dl.

Asam Urat
darah Kadar asam urat dalam urin juga
tinggi 500 mg%/l per 24 jam.
Pemeriksaan kadar ureum darah
dan kreatinin

kadar urea darah normal 5 – 20


Pemeriksaan mg/dl.

kadar ureum
darah dan Kadar kreatinin darah normal pria
0,6 - 1,3 mg/dl dan 0,5 - 1 mg/dl
kreatinin pada perempuan.

Merupakan gold standar untuk


a.Aspirasi diagnose gout.

cairan sendi
Dianosis Banding
• Reumatoid artritis
• Artritis reumatoid adalah gangguan kronik
yang menyerang berbagai sistem organ
• Pseudogout
• Pseudogout merupakan sinovitis
mikrokristalin yang dipicu oleh
penimbunan Kristal calcium
pyrophosphate dehidrogenase crystal
(CPPD), dan dihubungkan dengan
kalsifikasi hialin serta fibrokartilago.
Penatalaksanaan

1. Secara umum penanganan arthritis gout adalah memberikan edukasi, pengaturan diet, istirahat sendi dan
pengobatan.
2. Pengobatan dilakukan secara dini agar tidak terjadi kerusakan ataupun komplikasi lain misalnya pada ginjal.
3. Pengobatan arthritis gout akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan dengan obat –
obat, antara lain kolkisin, obat anti inflamasi non steroid (OAINS), kortikosteroid, atau hormon ACTH.
4. Obat penurun asam urat seperti alopurinol atau obat urikosurik tidak boleh diberikan pada stadium akut.
Septic Arthritis

Septik arthritis adalah suatu penyakit


radang sendi yang disebabkan oleh
infeksi bakteri atau jamur.

Infeksi sendi dapat disebabkan oleh


berbagai mikroorganisme (bakteri, jamur,
virus), tetapi pada infeksi septic arthritis
disebabkan oleh bakteri piogenik.
Kriteria 1)Erythrocyte Sedimentation
kocher Rate >40 mm/hr
terdiri
dari
(Bond, 1)WBC > 12.000 mm3
2011):
1)Sendi yang terkena
adalah non weight-bearing
1)Demam
Klasifikasi Tipe I: Terdapat sedikit tulang yang collaps pada caput femur, namun
masih dapat mengalami osifikasi.
Hunka

Tipe 2: Terdapat deformitas pada caput femur. Pada subtipe IIa tidak
terdapat kerusakan pada epifisis, sedangkan pada subtipe IIb terjadi
penutupan epifisis yang prematur sehingga tampak deformitas pada
collum femur

Tipe 3: Amati pseudoartrosis pada collum femur, jika caput femur masih
viabel, maka dapat dilakukan bone grafting. Jika caput femur tidak viabel
maka dapat dilakukan reseksi pada caput dan collum femur kemudian
dilakukan atroplasti pada trochanter major.

Tipe 4: Destruksi caput femur yang disertai dengan destruksi sebagian


collum femur. Subtipe A, collum femur masih cukup stabil dalam
mempertahankan artikulasi sendi. Sedangkan subtipe B, collum femur
yang tersisa hanya sedikit sehingga dan artikulasi sendi tidak stabil.

Tipe 5: Destruksi caput femur dan collum femur


Klasifikasi Tipe I: Terdapat sedikit tulang yang collaps pada caput femur, namun
masih dapat mengalami osifikasi.
Hunka

Tipe 2: Terdapat deformitas pada caput femur. Pada subtipe IIa tidak
terdapat kerusakan pada epifisis, sedangkan pada subtipe IIb terjadi
penutupan epifisis yang prematur sehingga tampak deformitas pada
collum femur

Tipe 3: Amati pseudoartrosis pada collum femur, jika caput femur masih
viabel, maka dapat dilakukan bone grafting. Jika caput femur tidak viabel
maka dapat dilakukan reseksi pada caput dan collum femur kemudian
dilakukan atroplasti pada trochanter major.

Tipe 4: Destruksi caput femur yang disertai dengan destruksi sebagian


collum femur. Subtipe A, collum femur masih cukup stabil dalam
mempertahankan artikulasi sendi. Sedangkan subtipe B, collum femur
yang tersisa hanya sedikit sehingga dan artikulasi sendi tidak stabil.

Tipe 5: Destruksi caput femur dan collum femur


Klasifikasi Tipe 1: Tidak ada deformitas (Ia), mild coxa
Choi magna (Ib)

Tipe 2: Coxa breva dengan deformitas caput


femur (IIa), coxa vara/valga yang disebabkan oleh
penutupan epifiseal femur bagian proksimal yang
tidak simetris (IIb)

Tipe 3: Coxa vara atau coxa valga yang disertai


dengan atau tanpa anteversi/ retroversi femur
(IIIa), Pseudoartrosis collum femur (IIIb)

Tipe 4: Destruksi caput dan collum femur dengan


sedikit sisa pada sisi medial colum femur (IVa),
destruksi caput dan collum femur total sehingga
tidak terdapat artikulasi pada sendi panggul (IVb)
Faktor Ederly
Resiko
Penyakit seperti diabetes mellitus,
rheumatoid arthritis
Suntikan Intra-artikular atau prostetik sendi

Cedera terbuka

Infeksi kulit.

Intravenous drug abuser (IVDU)

Immunocompromised
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi
Bakteri penyebab septik arthritis bisa berasal dari beberapa
sumber, yaitu:
a. Hematogen atau melalui pembuluh darah dari sumber
infeksi lain,

b. Contiguous atau secara perkontinuitatum dari jaringan


atau organ sekitar yang mengalami infeksi seperti
osteomyelitis,
Infeksi secara langsung terhadap sendi tersebut baik selama
proses pembedahan, penyuntikan, trauma, gigitan hewan atau
manusia, atau tindakan-tindakan invasif lainnya.
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Gambaran Klinis
Gejala pada sendi biasanya parah dan bersifat

Arthritis Non-gonococcal asimetrik. Pasien biasanya mengalami demam


gejala kardinal seperti nyeri sendi dan dengan suhu sedang, menggigil, dan sampai
keterbatasan gerak yang terjadi selama mengalami kelemahan badan.Lesi dermatitis.
1-2minggu. Selain itu didapatkan juga
gejala seperti bengkak, kulit tampak Lesi tidak terasa sakit atau gatal, bahakan tidak
merah, dan sendi teraba hangat. disadari oleh pasien.

Artritis Virus
Artritis yang disebabkan oleh
Walaupun gejala sendi hilang dalam
mukobakteri dan jamur ditandai waktu 2 minggu, artritis poliartikular
yang menetap dapat diikuti dengan
dengan perjalanan evolusi penyakit
infeksi parvovirus
dan temuan radiologi yang lambat.
Pemeriksaan
Laboratoium
Peningkatan laju endap darah dan C reactive protein,

Hitung sel darah putih darah tepi biasanya meningkat

Nilai hitung sel polimorfonuklear dari aspirasi cairan


sendi juga bisa dijadikan standar diagnose..

1)Analisa Mikrobiologi

Untuk menentukan diagnosa etiologi dari septik artritis


adalah dengan melakukan pewarnaan Gram, kultur
cairan atau membran sinovial.
BAB 3
PEMBAHASAN
Rheumatoid arthritis
Foto Rontgen

Artritis erosif yang mengenai tulang


karpal dan sendi metakarpofalangs
A. Perubahan erosif pada ulna dan distal
radius.
B. B. Erosi komplit pada pergelangan
tangan.
C. Swelling dan erosi pada sendi MTP 5.
D. Nodul subkutaneus multipel pada
tangan
USG

Erosi (tanda panah) pada sendi


metakarpofalangs pada penderita artritis
reumatoid (A) bidang longitudinal (B)
bidang transverse. M, kaput metakarpal
dan P, falangs.
(A) Gambaran normal bagian longitudinal
dari sendi metakarpofalangs.
(B) Sendi metakarpofalangs pada pasien
artritis reumatoid. FP, bantalan lemak; M
dan MC,kaput metakarpal; P, falangs; S,
sinovitis.
MRI

koronal T1-weighted pada sendi


metakarpofalangs 2-4, memperlihatkan
erosi radial yang luas pada kaput
metakarpal 2 dan 3.
Gout Atritis
Foto Rontgen

Artritis gout tampak sclerosis dan


penyempitan ruang terlihat di sendi
metatarsophalangeal pertama, serta pada
sendi interphalangeal keempat.
Artritis gout nampak erosi gout (panah)
terlihat sepanjang margin medial caput
metatarso-phalangeal pertama pada
pasien dengan gout.
USG

USG metatarsophalangeal pertama


nampak avascular kistik (edema) dengan
serpihan di dalam.
CT-SCAN

nampak deposit asam urat di kedua sendi


metatarsophalangeal pertama kaki kiri
dan kanan, serta pengendapan urat di
beberapa sendi pada kaki dan sendi
pergelangan kaki.
CT-Scan 3D volume-rendered dari kaki
kanan pasien dengan gout kronis,
menunjukkan deposit tofi yang luas
(divisualisasikan dengan warna merah) –
terutama pada sendi phalangeal pertama
metatarsal, midfoot dan tendon achilles.
(a) tampak dari dorsal
(b) tampak dari lateral.
MRI

A. Potongan axial – formasi dengan


hyposignal – tophus (panah) - pada
metatarsalphalangeal pertama dengan
erosi tulang (bintang).
B. B. potongan axial T2 – Nampak lesi
dengan hypersignal (panah) dan erosi
tulang (bintang) C. potongan sagital –
Nampak lesi (panah)
Osteo Atritis
Foto Rontgen
Eburnation (panah).

(a) peningkatan subchondral


sclerosis di kedua sisi sendi,

(b) normal

(c) sklerosis sekunder akibat


penyakit sendi degeneratif di
tibiofemoral joint space.
(a) Mild medial tibiofemoral joint space loss
(b) Normal
(c) Moderate to severe
(d) Severe, almost complete, joint space loss
medially
Grading OA Genu, menurut
Kellgren-Lawrence
MRI

Joint space narrowing, sklerosis dan


osteofit
Septic Athtritis
Foto Rontgen
Menunjukkan adanya penyempitan celah
sendi panggul, adanya sklerosis dari tulang
subkondral, erosi tulang pada efifis dari
tulang femur.
Laki-laki 6 tahun dengan
septik arthritis di bahu kanan,
dengan gambaran radiologi
normal.
Bayi berusia 4 bulan dengan peningkatan
celah sendi disertai dengan dislokasi di
femur kanan, serta edema jaringan lunak,
lesi litik di proksimal metafisis femur
kanan.
Seorang anak usia 4 tahun dengan
edema jaringan lunak dan
peningkatan dari celah sendi yang
menunjukkan gambaran efusi
sendi. Tidak tampak kelainan pada
tulang yang dapat dilihat
USG

Seorang anak berusia 4 tahun


dengan adanya efusi sendi
minimal, anechoic, tanpa ada
septa didalamnya. Disertai
dengan penebalan dari
sinovial
Wanita 72 tahun terdapat kelebihan
cairan anechoic disekitar caput
humeri dextra
Laki-laki 10 tahun dengan moderat
echogenic cairan sendi dengan penebalan
synovial
USG bahu kanan dengan arthritis hari ke
15, dimana penebalan sinovial dapat
dilihat dan adanya hiperemia sinovial
periartikular yang dapat dievaluasi
CT-SCAN
Laki-laki 45 tahun pada CT scan
lutut potongan coronal dan sagital
terdapat Kerusakan tulang di distal
fibula, tibia, talus dan calcaneus
dengan daerah litik, dan deformitas
tulang yang dapat diamati.
Kerusakan subkondral dan garis
articular semua berhubungan
dengan septik arthritis dan
osteomyelitis
Seorang laki-laki MRI
78 tahun dengan nyeri
panggul kiri. Coronal T1 (a). STIR (b).
Dan PD Fat Sat dengan gadolinium (c)
dan Axial T2 (d). STIR (e). dan PD Fat
Sat dengan gadolinium (f). Terdapat
perubahan sinyal intensitas di caput dan
colum femoris, kerusakan dari
anterosuperior dari caput femoris sinistra,
penyempitan celah sendi dengan
kerusakan dari kartilago, efusi sendi
minimal, dan edema jaringan lunak.
Setelah pemberian kontrastampak
penyengatan di caput femoris dan
acetabulum
. Seorang anak berusia 3 tahun
dengan septik arthritis di lutut
kanan. Pada MRI potongan coronal
T1 (a) STIR (b,dan c) dan T1
dengan gadolinium. Axial T1 (e)
STIR (f) dan T1 dengan
gadolinium SPIR
mengidentifikasikan adanya efusi
sendi, penebalan sinovial dan
terdapat penyengatan setelah
pemberian gadolinium dan
hiperintensitas di jaringan lunak
periartikular dan penyengatan di
metafisis-epifisis posterior dari
condilus femoralis lateralis
. Seorang anak berusia 3 tahun
dengan septik arthritis di lutut
kanan. Pada MRI potongan coronal
T1 (a) STIR (b,dan c) dan T1
dengan gadolinium. Axial T1 (e)
STIR (f) dan T1 dengan
gadolinium SPIR
mengidentifikasikan adanya efusi
sendi, penebalan sinovial dan
terdapat penyengatan setelah
pemberian gadolinium dan
hiperintensitas di jaringan lunak
periartikular dan penyengatan di
metafisis-epifisis posterior dari
condilus femoralis lateralis
KESIMPULAN

Arthritis merupakan suatu kondisi


peradangan sendi. Peradangan sendi ini dapat
menyerang beberapa sendi. Berikut beberapa
1 jenis arthritis yaitu : Gout Arthritis,
rheumatoid arthritis (RA), dan osteoarthritis
(OA).
DAFTAR PUSTAKA
1. Lipsky, Peter E. Rheumatoid Arthritis. In: Kasper LK, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, and Jameson
JL, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th ed. New York: McGraw-Hill; 2005.p.1968-76
2. Kent PD and Matteson EL, editors. Clinical Feature and Differential Diagnosis. In: St.Clair EW, Pisetsky DS, and
haynes BF, editors. Rheumatoid Arthritis 1st ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2004.p.11-23
3. Calleja, Michele. Rheumatoid Arthritis, Spine. [Online]. 2009. [cited 2011 March 3]:[2 screens]. Available from:
URL: http://emedicine.medscape.com/article/398955-overview
4. Snaith, Michael L. ABC of Rheumatology 3rd ed. London: BMJ Books; 2004.p.50-5
5. Sommer OF, Kladosek A, Weiller V, Czembirek H, Boeck M, and Stiskal S. Rheumatoid Arthritis: A Practical Guide
to State-of-the-Art Imaging, Image Interpretation, and Clinical Implications. Austria: RadioGraphics; 2005.p.381-398
6. Eisenberg RL and Johnson NM, editors. Comprehensive Radiographic Pathology 4 th ed. Philadelphia: Mosby
Elsevier; 2003.p.1134-5
7. Coote A and Haslam P, editors. Crash Course Rheumatology and Orthopaedics 1 st ed. New York : Mosby; 2004.p.51-9
Thank You
Insert the Sub Title of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai