Anda di halaman 1dari 31

OM SWASTIASTU

KONTRIBUSI ENERGI DAN PROTEIN MAKANAN JAJANAN SEKOLAH


TERHADAP KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN ANAK DENGAN
STATUS GIZI LEBIH

OLEH :
GEDE YUDIA RAHARJA
LATAR BELAKANG

Menurut Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 tahun 2010. SD N 1


Penebel berada diwilayah desa perkotaan, dimana wilayah perkotaan menjadikan
salah satu faktor dalam perkembangan penganekaragaman jenis makanan jajanan.
Berdasarkan pengamatan awal di SD N 1 Penebel dilihat dari penampilan fisiknya
siswa di sekolah ini bersifat heterogen dimana dijumpai anak yang gemuk dan juga
kurus, serta kebiasaan konsumsi makanan jajajanan sekolah yang beragam yang
dipengaruhi oleh lokasi sekolah serta berdekatam dengan pasar umum Penebel.
Mengingat banyaknya anak yang gemar mengkonsumsi jajanan sekolah, serta
berdasarkan permasalahan diatas maka dilaksanakan penelitian mengenai kontribusi
energi dan protein makanan jajanan sekolah terhadap konsumsi energi dan protein
anak dengan status gizi lebih.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Kontribusi Energi dan Protein Makanan Jajanan Sekolah Terhadap
Konsumsi Energi dan Protein Anak Dengan Gizi Lebih di SD N 1 Penebel
Tujuan Khusus
• Menghitung kontribusi energi dan protein makanan jajanan sekolah di SD N 1 Penebel
• Menilai status gizi anak sekolah di SD N 1 Penebel
• Menganalisis hubungan konsumsi energi dan protein total anak dengan status gizi lebih
di SD N 1 Penebel
Tinjauan Pustaka
• Pengertian status gizi lebih
• Makanan Jajanan sekolah
• Pengukuran pola konsumsi makanan
• Lingkungan sekolah
Kerangka Konsep

Kontribusi energi dan


Konsumsi Energi dan Anak Dengan Status
protein makanan
Protein Total Gizi Lebih
jajajan sekolah
Definisi Operasional
Kontribusi Energi dan Protein Makanan Jajanan Metode wawancara
dengan form recall

Metode wawancara
Konsumsi energi dan protein total
dengan form recall

Pengukuran
Status Gizi antropometri , BB,
TB
BAB IV

-Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian adalah observasional dengan rancagan penelitian cross-sectional
-Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SD N 1 Penebel
-Populasi Penelitian
Dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD N 1 Penebel baik laki-laki maupun perempuan dan populasi targetnya
adalah dari kelas III, IV dan V yang tercatat sebagai siswa di SD N 1 Penebel yang berjumlah 63 orang.
-Cara Pengumpulan Data
Data primer : Identitas sampel, data antropometri, status gizi, recall makanan jajanan dan diluar jajajan
Data sekunder : gambaran umum sekolah
Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan bantuan komputer kemudian hasilnya disajikan
dalam bentuk tabel yang dinarasikan.
Identitas sampel
Data identitas sampel seperti umur dan jenis kelamin diolah secara deskriftif
Status gizi
Data status gizi diolah dengan cara memasukan data berat badan dan tinggi badan ke dalam
program komputer, selanjutnya hasil data perhitungan IMT/ U dikategorikan berdasarkan
standar WHO 2005 yang dikelurakan oleh Kemenkes (2010)
Data Konsumsi
• Yaitu jumlah konsumsi makanan yang meliputi jenis, jumlah dan frekunesi
dikumpulkan melalui metode recall 1 x 24 jam. Peneliti akan melakukan
wawancara mengenai komposisi masing-masing bahan makanan dengan URT
setelah dikonpersikan dalam gram. Untuk jumlah makanan yang diperoleh
diolah menggunakan program komputer. Jumlah asupan gizi energi dan protein
dari sampel kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG)
sampel berdasarkan golongan umur serta jenis kelamin kemudian dikalikan 100
% selanjutnya dikategorikan berdasarkan Widya Karya Pangan dan Gizi (2004)
Analisis data.

• Data yang diperoleh disajikan pada tabel silang kemudian dianalisis


secara deskriptif disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis
selanjutnya dengan uji statistik yaitu untuk mengetahui hubungan antara
variabel yang diteliti. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
uji korelasi paerson :
• Tolak Ho, terima Ha jika p < 0.05 berarti ada hubungan
• Terima Ho, tolak Ha jika p > 0.05 berarti tidak ada hubungan
Hasil Penelitian
• Gambaran Umum
SD N 1 Penebel terletak di jalan Kresna No.16 Penebel, desa Penebel Kecamatan
Penebel. SD N 1 Penebel berdiri sejak tahun 1916 dimana awal mula sekolah ini
digunakan sebagai tempat untuk Gudang senjata dan penyimpanan persediaan makanan
oleh pemerintah colonial Belanda. Pada halaman sekolah oleh pemerintah dibuatkan
monument perjuangan rakyat yang disebut “Markas Legeum Veteran Kecamatan
Penebel. sekolah ini memiliki 10 orang guru yang teridiri dari; 7 orang guru dengan
Status PNS, 1 orang sebagai pengabdi, 1 orang tenaga kontrak dan 1 orang sebagai Tata
Usaha. Tahun ajaran 2017/2018 memiliki siswa sebanyak 127 orang.
Karakteristik Sampel
• Sampel dibedakan dan dikelompokan berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur
dan kelas. Menurut jenis kelamin 34 sampel (54,0%) berjenis kelamin laki-laki dan
29 sampel (46,0%) berjenis kelamin perempuan.
• Berdasarkan kelompok umur yang terbesar terdapat pada kelompok umur 9 tahun
25 sampel (39,7%), dan terkecil pada kelompok umur 8 tahun 8 sampel (12,7%).
• Sedangkan menurut kelas yang tersebsar terdapat pada kelompok kelas III sebesar
24 sampel (38,1%) dan terkecil kelompok kelas V sebesar 18 sampel (28,6%).
No Karakteristik f %

1 Jenis Kelamin    

Laki-Laki 34 54,0

Perempuan 29 46,0

Jumlah 63 100,0

2 Umur    
8 tahun 8 12,7
9 tahun 25 39,7
10 tahun 20 31,7
11 tahun 10 15,9

Jumlah 63 100,0

3 Kelas    
Kelas III 24 38,1
Kelas IV 21 33,3
Kelas V 18 28,6

Jumlah 63 100,0
Konsumsi Total Energi dan Protein

• Hasil recall konsumsi makanan sampel selama 2 kali 24 jam dalam hari
yang berbeda di ketahui rata-rata konsumsi energi sampel 1903 kkal,
dengan konsumsi terendah 668 kkal dan konsumsi tertinggi 2523 kkal.
Rata-rata angka kebutuhan energi dari 63 sampel 1757 kkal. Jadi rata-rata
tingkat konsumsi energi dari 63 sampel 108,3 %.
• Dilihat dari rata-rata konsumsi protein sampel 51,83 gram, dengan
konsumsi terendah 20,42 gram dan tertinggi 98,78 gram. Sedangkan angka
kebutuhan protein rata-rata 43,93gram, sehingga tingkat konsumsi protein
dari 63 sampel 117,98 %.
Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

• Rata -rata Tingkat konsumsi Energi dari 63 sampel di SD N 1 Penebel


110,62 % dengan tingkat konsumsi tertinggi 175,31 % dan teredah
34,70%. Dilihat berdasarakan kategori asupan zat gizi makro menurut
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004)
• Rata -rata Tingkat konsumsi Protein dari 63 sampel di SD N 1 Penebel
121,2 %, tingkat konsumsi protein tertinggi 214 % dan terendah 39 %.
Dilihat berdasarakan kategori asupan zat gizi makro menurut Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (2004)
Kontribusi Konsumsi Energi dan Protein Makanan
Jajanan Sekolah

• Kontribusi konsumsi energi makanan jajanan sekolah


Konsumsi rata-rata energi makanan jajanan sekolah di ketahui 369 kkal, dengan
konsumsi terendah 0 kkal dan tertinggi 954 kkal. Jadi rata-rata kontribusi energi
makanan jajanan sekolah terhadap total adalah 403 kkal. 
• Kontribusi konsumsi protein makanan jajanan sekolah
Konsumsi rata-rata protein makanan jajanan sekolah di ketahui sebanyak 12,22
gram, konsumsi protein terendah adalah 0 gram, tetinggi sebanyak 43,49 gram.
Jadi rata-rata kontribusi protein makanan jajanan sekolah adalah 25,17 gram
Status Gizi

• Hasil pengolahan data antropometri anak sekolah dalam penilaian status


gizi menggunakan indeks IMT menurut Umur, kemudian dikelompokan
menjadi gizi lebih ( obesitas dan gemuk ) , normal dan gizi kurus ( kurus
dan sangat kurus) diketahui sebagian besar sampel dengan gizi lebih
sebanyak 37 sampel (58,7%) terdiri dari 21 sampel (33,3%) dengan
statsus gizi obesitas dan 16 sampel (25,4%) dengan status gizi gemuk.
Status gizi normal sebanyak 16 sampel (25,4%) dan 10 sampel (15,8%)
dengan gizi kurus.
Kontribusi Makanan Jajanan dan Status Gizi
• Secara rinci sebaran sampel rata-rata kontribusi energi makanan jajanan sekolah pada tabel 8, dapat dilihat
dari sampel dengan status gizi sangat kurus 10 sampel dengan rata-rata kontribusi energi 339 kkal , sampel
dengan status gizi normal 16 sampel dengan rata-rata kontribusi energi 417 kkal, sampel dengan status gizi
lebih 37 sampel dengan rata-rata kontribusi 448 kkal. Dari rata -rata kontribusi dapat dilihat bahwa sebaran
menurut rata-rata kontribusi energi tertinggi 448 kkal dan terendah 339 kkal dan dengan rata-rata kontribusi
401 kkal
•  Secara rinci sebaran sampel rata-rata kontribusi protein makanan jajanan sekolah pada Tabel 9, dapat
dilihat dari sampel dengan status gizi sangat kurus 10 sampel dengan rata-rata kontribusi protein 28,67
gram, sampel dengan status gizi normal 16 sampel dengan rata-rata kontribusi protein 29,61 gram, sampel
dengan status gizi lebih 37 sampel 30,54 gram ,dengan rata-rata kontribusi 29,60 gram. Dari rata -rata
kontribusi dapat dilihat bahwa sebaran menurut rata-rata kontribusi protein tertinggi 30,54 gram, terendah
28,67 gram
Tingkat Konsumsi dan Status Gizi
• Sebaran Sampel menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Status Gizi
• Secara rinci sebaran sampel menurut tingkat konsumsi energi dengan status gizi berdasarkan IMT menurut Umur
dapat dilihat bahwa, sampel dengan tingkat konsumsi kurang dengan status gizi kurus 2 sampel (20,00)% , pada
sampel dengan konsumsi kurang dengan status gizi normal 7 sampel (43,75%) dan tidak ditemukan tingkat konsumsi
kurang pada sampel dengan status gizi lebih. Total sampel dengan tingkat konsumsi kurang 9 sampel (14,29%).
• Pada sampel dengan tingkat konsumsi energi dalam kategori baik dilihat status gizi kurus 4 sampel (40,00%), sampel
dengan tingkat konsumsi baik dengan status gizi normal 5 sampel (31,25%) dan terdapat 8 sampel (21,62%) status
gizi lebih dengan tingkat konsumsi baik. Total sampel dengan tingkat konsumsi baik 17 sampel (26,98%)
• Pada sampel dengan tingkat konsumsi energi dalam kategori lebih dilihat dari status gizi kurus 4 sampel (40,00%),
sampel dengan tingkat konsumsi lebih dengan status gizi normal 4 sampel (25,00%) dan terdapat 29 sampel (78,38%)
dengan status gizi lebih dengan konsumsi lebih. Toal sampel dengan tingkat konsumsi lebih 37 sampel (58,73%).
Dapat dilihat bahwa dari tingkat konsumsi diatas sampel dengan status gizi lebih memiliki kecendrungan dengan
tingkat konsumsi yang lebih pula.
Secara rinci sebaran sampel menurut tingkat
konsumsi protein dan status gizi
• sampel dengan tingkat konsumsi kurang dengan status gizi kurus 1 sampel (10,00%) , pada sampel dengan
konsumsi kurang dengan status gizi normal 3 sampel (18,75%) dan pada tingkat konsumsi kurang pada
sampel dengan status gizi lebih 3 sampel (8,10%). Total sampel dengan tingkat konsumsi protein kurang 7
sampel (11,11%).
• Pada sampel dengan tingkat konsumsi protein dalam kategori baik dilihat status gizi kurus 2 sampel (20,0%),
sampel dengan tingkat konsumsi baik dengan status gizi normal 5 sampel (31,25%) dan terdapat 13 sampel
(35,14) status gizi lebih dengan tingkat konsumsi baik. Total sampel dengan tingkat konsumsi protein baik 20
sampel (31,75%).
• Pada sampel dengan tingkat konsumsi protein dalam kategori lebih dilihat dari status gizi kurus 7 sampel
(70,00%), sampel dengan tingkat konsumsi lebih dengan status gizi normal 8 sampel (50,00%) dan terdapat
21 sampel (56,76%) dengan status gizi lebih dengan konsumsi lebih. Total sampel dengan tingkat konsumsi
protein lebih 36 sampel (57,24%). Dapat dilihat bahwa dari tingkat konsumsi diatas sampel dengan status
gizi lebih memiliki kecendrungan dengan tingkat konsumsi yang lebih pula.
Hasil Analisis Data

• Konsumsi rata-rata energi makanan jajanan sekolah di ketahui 369 kkal, dengan konsumsi
terendah 0 kkal dan tertinggi 954 kkal. Dari rata -rata Konsumsi rata-rata energi makanan
jajanan sekolah di ketahui 369 kkal, dengan konsumsi terendah 0 kkal dan tertinggi 954 kkal.
Jadi rata-rata kontribusi energi makanan jajanan sekolah terhadap total adalah 403 kkal.
• Dilihat dari konsumsi protein, konsumsi rata-rata protein makanan jajanan sekolah di ketahui
sebanyak 12,22 gram, konsumsi protein terendah adalah 0 gram, tetinggi sebanyak 43,49
gram. Jadi rata-rata kontribusi protein makanan jajanan sekolah adalah 25,17 gram. Dilihat
dari kontribusi protein makanan jajanan kontribusi protein tertinggi 29,61 gram, kontribusi
terendah 15,09 gram dan dengan rata-rata kontribusi 25,17 gram Jadi protein makanan
jajanan sekolah berkontribusi 25,17 gram dari total konsumsi protein sampel.
Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Total Dengan Status Gizi

• Pengkategorian tingkat konsumsi energi berdasarkan Widya Karya


Nasional Pangan dan Gizi (2004) dikategorikan menjadi 3 yait; kategori
kurang (< 80% AKG), baik (80%-110% AKG) dan lebih (>110%AKG).
Status gizi dikategorikan berdasarkan IMT menurut Umur yaitu; kurus,
normal dan lebih Berdasarkan hasil analisis uji korelasi pearson di
peroleh nilai significancy sebesar 0,001, sehingga nilai p< 0,05 dan Ho
ditolak, yang artinya ada hubungan antara konsumsi energi total dengan
status gizi pada anak SD N 1 Penebel
• Pengkategorian tingkat konsumsi protein berdasarkan Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (2004) dikategorikan menjadi 3 yaitu; kategori
kurang (< 80% AKG), baik (80%-110% AKG) dan lebih (>110%AKG).
Status gizi dikategorikan berdasarkan IMT menurut Umur yaitu; kurus,
normal, dan lebih. Berdasarkan hasil analisis uji paerson di peroleh nilai
significancy sebesar 0,923, sehingga nilai p> 0,05 dan Ho diterima, yang
artinya ada tidak hubungan antara tingkat konsumsi protein total dengan
status gizi lebih pada anak SD N 1 Penebel.
Pembahasan

• Rata-rata hasil konsumsi makanan jajanan sekolah dilihat dari konsumsi energi 369 kkal dengan konsumsi terendah 0 dan
tertingi 954 kkal. Untuk mengetahui kontribusi makanan jajajan, konsumsi energi makanan jajanan dibandingan dengan
konsumsi energi total dari sampel. Jadi rata-rata kontribusi energi makanan jajanan sekolah terhadap total adalah 401 kkal.
Dari rata -rata kontribusi dapat dilihat bahwa sebaran menurut rata-rata kontribusi energi tertinggi 448 kkal dan terendah 339
kkal.
• Berdasarkan konsumsi protein, rata-rata protein makanan jajanan sekolah di ketahui sebanyak 12,22 gram, konsumsi protein
terendah adalah 0 , tetinggi sebanyak 43,49 gram. Untuk mengetahui kontribusi protein makanan jajanan diperoleh dengan
membandingan konsumsi protein makanan jajanan dengan konsumsi protein total sampel. Jadi dilihat dari kontribusi protein
makanan jajanan, kontribusi protein tertinggi 30,54 gram, kontribusi terendah 28,67 gram dan dengan rata-rata kontribusi
29,60 gram dari total konsumsi protein sampel. Dari semua sampel yang diambil di SD N 1 hanya 3 dari total sampel yang
pada saat dilakukan penelitian tidak jajan disekolah, menurut sampel tersebut karena telah terbisa sarapan dirumah, jadi uang
jajan yang diberikan dikumpulkan/ditabung. Namun ada juga dari sebagian sampel yang menghabiskan uangnya untuk jajan
di sekolah. Pada pengamatan saat penelitian makanan yang paling sering dikonsumsi yaitu makanan ringan dan minuman
kemasan.
Hubungan Konsumsi Energi dan Protein Total Terhadap Anak Dengan
Status Gizi Lebih Di SD N 1 Penebel

• Salah satu yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah pola
asupan nutrisi. Anak sekolah membutuhakan makanan yang cukup secara kuantitas dan kualitas
agar memiliki status gizi yang baik. Dalam memenuhi status gizi anak perlu diperhatikan jenis dan
jumlah makanan yang dikonsumsi agar sesuai dengan kebutuhan. Pada penelitian yang dilakukan
di SD N 1 Penebel dilihat dari konsumsi total energi dan protein, diperoleh dengan cara recall 2x
24 jam yang dilakukan di hari yang berbeda. Konsumsi total energi dan protein diperoleh dari total
konsumsi disekolah dan di luar sekolah. Untuk mengetahui tingkat konsumsi anak, total konsumsi
energi dan protein di bandingan dengan kebutuhan dari masing-masing anak kemudian di
kelompokan berdasarkan asupan zat gizi makro menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
(2004), yaitu kurang (<80% AKG), baik (80%-110%) dan lebih (>110%). Berdasarkan hasil
analisis uji korelasi pearson di peroleh nilai significancy sebesar 0,001, dari hasil analisis data
tersebut didapatkan tingkat konsumsi energi berhubungan terhadap anak dengan status gizi lebih.
Dapat dilihat dari tingkat konsumsi energi, sampel dengan konsumsi lebih memiliki kecendrungan
memiliki status gizi lebih (obesitas dan gemuk) yaitu , 29 sampel (78,38%).
• Hal ini sejalan dengan salah satu faktor yang menyebabkan munculnya
masalah gizi lebih (gemuk dan obesaitas), apabila seseorang
mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi yang sesuai dengan
yang dibutuhkan maka tidak ada energi yang disimpan. Sebaliknya jika
pola makan melebihi kebutuhan energi dan sedikit sayur dan buah maka
kelebihan energi akan disimpan sebagai cadangan lemak (Suiraoka,2012).
Hal ini disebabkan Karena infisiensi energi yang menyebabkan gizi lebih
dan obesitas (Hertog Nursanyoto,2012).
•Dilihat dari konsumsi protein berdasarkan hasil analisis uji korelasi pearson di peroleh nilai significancy sebesar 0,923,
sehingga nilai p > 0,05 dan Ho diterima, yang artinya ada tidak hubungan bermakna antara tingkat konsumsi protein total
dengan status gizi lebih pada anak SD N 1 Penebel. Hal ini disebabkan Karena protein merupakan zat penghasil energi yang
tidak berperan sebagai sumber energi, tetapi berperan sebagai pengganti jaringan dan sel tubuh yang rusak. Apabila tubuh
mengalami kekurangan energi maka protein akan terlebih dahulu menghasilkan energi untuk membentuk glukosa. Namun
dengan mengkonsumsi banyak protein, tidak akan disimpan sebagai cadangan dalam tubuh seperti halnya jika mengkonsumsi
energi berlebih maka akan disimpan dalam tubuh berupa lemak, protein bereperan dalam status gizi namun lebih sebagai zat
pembangun yang berfungsi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Secara umum protein sangat penting untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Protein merupakan zat gizi kunci yang berperan dalam
pertumbuhan tulang dan otot.

 
 
 
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN
• Jadi rata-rata kontribusi energi makanan jajanan sekolah terhadap total adalah 401 kkal. Dari rata -rata kontribusi dapat
dilihat bahwa sebaran menurut rata-rata kontribusi energi tertinggi 448 kkal dan terendah 339 kkal.
• Berdasarkan konsumsi protein, rata-rata protein makanan jajanan sekolah di ketahui sebanyak 12,22 gram. Jadi dilihat
dari kontribusi protein makanan jajanan, kontribusi protein tertinggi 30,54 gram, kontribusi terendah 28,67 gram dan
dengan rata-rata kontribusi 29,60 gram dari total konsumsi protein sampel.
• Hasil pengolahan data antropometri anak sekolah dalam penilaian status gizi menggunakan indeks IMT menurut Umur
diketahui sebagian besar sampel dengan gizi lebih sebanyak 37 sampel (58,7%) terdiri dari 21 sampel (33,3%) dengan
statsu gizi obesitas dan 16 sampel (25,4%) dengan status gizi gemuk. Status gizi normal sebanyak 16 sampel (25,4%) dan
10 sampel(15,8%) dengan status gizi kurus.
• Ada hubungan antara tingkat konsumsi energi total terhdadap anak dengan status gizi lebih. Berdasarkan hasil analisis uji
korelasi pearson di peroleh nilai significancy sebesar 0,001, sehingga nilai p<0,05.
• Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi protein total terhdap anak status gizi lebih berdasarkan hasil analisi uji
korelasi pearson peroleh nilai significancy sebesar 0,923, sehingga nilai p > 0,05 dan Ho diterima
SARAN

• Saran yang dimaksud disini yaitu semacam bahan masukan yang dpat digunakan sebagai dasar pertimbangan, khususnya
yang terkait dengan konsumsi dan status gizi anak sekolah di SD N 1 Penebel.
• Kepada pihak sekolah SD N 1 Penebel, agar bersama-sama dengan orang tua siswa dalam mengawasi konsumsi anak, baik
dari pihak sekolah melakukan dengan memberikan himbauan di sekolah dan dari pihak orang tua mengawasi pola makan
dirumah, agar tidak sampai mengkonsumsi makanan baik dirumah atau di sekolah dalam jumlah yang melebihi kebutuhan
yang bisa menyebabkan anak memiliki status gizi lebih yang nantinya akan berpengaruh kepada kesehatan anak itu sendiri.
• Untuk siswa agar menghindari makanan yang kurang sehat dan mulai menerapkan gizi seimbang baik di rumah maupun di
sekolah, diharapkan konsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan dan diimbangi dengan olah raga secara teratur dan cukup
istirahat untuk menjaga status gizi anak.
• Bagi peneliti yang lain yang ingin meneliti lebih jauh tentang kontribusi energi dan protein makanan jajanan sekolah
terhadap konsumsi energi dan protein pada anak dengan status gizi lebih, agar bisa mengkaji lebih dalam terutama pada hal-
hal yang belum terungkap pada penelitian ini dan dapat menyempurnakan hal yang masih kurang.
Mohon Masukan dan Saran
OM SANTI SANTI SANTI OM

Anda mungkin juga menyukai