Anda di halaman 1dari 10

Kekuatan Karakter, Religiusitas Islam dan

Budaya pada Santri di Pondok Pesantren


Manarul Huda Cibiuk Garut

(Studi Awal: Analisis Korelasi Parsial Non-Parametrik)


Tahrir, Zulmi Ramdani, Yonathan Natanael
Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
PENDAHULUAN (1)
 Santri di Indonesia melakukan pembelajaran pengembangan nilai-nilai agama Islam dalam
kehidupannya sehari-hari di Pondok Pesantren
 Salsabila dkk (2019) individu yang memiliki aktivitas yang terfokuskan pada pembelajaran
agama Islam sangat dimungkinkan memiliki religiusitas Islam.
 Alghorani (2008) menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara religiusitas
Islam dengan waktu belajar di sekolah Islam/ Pesantren
 Fahmi dan Ramdani (2014) dalam proses pembelajaran, individu berlatih untuk
mengembangkan diri, menyelesaikan masalah, menemukan metode yang cocok bagi
dirinya. Proses tersebut membentuk yang namanya kekuatan karakter, salah satunya
kreativitas dalam proses pembelajaran.
 Ahmed (2009), religiusitas Islam memiliki hubungan yang sangat erat dengan kekuatan
karakter pada remaja muslim di Amerika, khususnya karakter bersyukur, optimisme, dan
self-regulation
 Penelitian terhadap 2909 warga di negara Algeria, menemukan religiusitas Islam memiliki
hubungan positif dengan kepuasan hidup(Mayasari, 2013)
 Bagaimana dengan Religiusitas Islam dan Kekuatan Karakter Santri di Indonesia?
Apakah ada korelasi seperti remaja Muslim di Amerika? (belum pernah dilakukan
kajian)
PENDAHULUAN (2)
 Santri-santri di Pondok Pesantren menurut Herman (2013) berasal dari banyak wilayah.
Dimana santri–santri mendalami keIslaman. Jadi, terdapat budaya yang berbeda-beda
dalam pondok pesantren
 Budaya Indonesia memiliki ciri khas pada setiap suku
 Wijayanti (2010) masing-masing suku budaya di Indonesia memiliki kekuatan karakter
yang berbeda. Misalnya suku jawa, memiliki kekuatan karakter yang dominan untuk
kebaikan, integritas, keadilan. Artinya suku budaya dapat menjadi satu variabel yang
mengindikasikan kelekatannya dengan kekuatan karakter
 Farani dan Musa (2012) mengemukakan bahwa Islamic Religiousness dan budaya
memiliki hubungan yang sangat signifikan.
Character
Islamic Strenght
Religiousness

Culture
24 Character Strenght
Islamic Religiousness

 Islamic Belief – Kepercayaan dasar dalam agama Islam


 Islamic Practices – Praktik ibadah dalam Islam
 Islamic Ethical Conduct Do – Etika dan perilaku yang dianjurkan
 Islamic Ethical Conduct Don’t – Etika dan perilaku yang tidak diperbolehkan
dalam ajaran Islam
 Islamic Universality – Hubungan muslim dengan kehidupannya
METODE PENELITIAN
 Partisipan Penelitian 
 60 Santri di Pondok Pesantren Manarul Huda Cibiuk, Garut
 34 Laki-laki (56.7%) dan 26 Perempuan (43.4%)
 Usia 11 sampai 21 tahun
 Suku Sunda 55 orang, Suku Non-Sunda 5 orang – Data Kategorik

 Teknik Sampling 
 Non-probability Sampling Technique, yaitu Purposive Sampling

 Instrumen Penelitian 
 Values in Action-Inventory Strenghts (VIA-IS) (Fahmi & Ramdani, 2014). Dari 24 kekuatan
karakter, penelitian ini hanya menggunakan 3 kekuatan karakter yang relevan yakni kreativitas (
= 0.79), keingintahuan ( = 0.767) dan ketekunan ( = 0.834)
 Indonesian-Psychological Measurement of Islamic Religiousness (I-PMIR) (Salsabila dkk, 2019)
dengan nilai  = 0.826

 Teknik Analisis Data 


 Korelasi Parsial Non Parametrik
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN

 Hasil korelasi Spearman menunjukan kesesuaian penelitian Ahmed (2009) dengan


penelitian yang dilakukan. Dimana Islamic Religiousness memiliki hubungan dengan
Kekuatan Karakter. Khususnya ketekunan, kreativitas dan keingintahuan
 Budaya dapat dipastikan sebagai variabel partial-out yang tepat, dikarenakan adanya
penurunan nilai korelasi Spearman ke korelasi parsial non-parametrik senada dengan
pendapat dari Wijaya (2010) serta mendukung hasil penelitian Farani dan Musa (2012)
KESIMPULAN DAN SARAN

 Dari nilai korelasi religiusitas Islam dan kekuatan karakter (tanpa adanya variabel parsial)
seluruh variabel memiliki hubungan yang positif dan signifikan.
 Dengan adanya variabel parsial (budaya) dalam penganalisisan korelasi parsial non
parametrik, diketahui bahwa terjadi penurunan nilai korelasi antara kekuatan karakter
dengan religiusitas Islam. Artinya budaya cocok sebagai variabel parsial, dimana budaya di
indikasikan dapat memengaruhi religiusitas Islam dan kekuatan karakter.
 Untuk penelitian selanjutnya, pengaruh budaya terhadap religiusitas Islam ataupun
kekuatan karakter dapat diujikan dengan metode regresi dummy coding. Dan bisa
dipadukan dengan variabel-variabel psikologi lainnya.
 Perlunya melibatkan lebih banyak responden dalam penelitian, sehingga penelitian dapat
digeneralisasikan.

Anda mungkin juga menyukai