Anda di halaman 1dari 26

Pancasila

Sebagai Sistem
Etika
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
KELOMPOK 3:

1. CAREN ANANDA TIKOLA (204110328)


2. ENDAH FIDILLAH (204110331)
3. HANNA ELSA PUTRI (204110335)
4. OLYVIA ADINDA PUTRI (204110344)
Pengertian Etika
Etika berasal dari Bahasa Yunani, Ethos yang artinya
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang,
kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir.
Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala
sesuatu yang biasa dilakukan atau tentang adat kebiasaan.
Dalam arti luas, etika adalah ilmu yang membahas
tentang kriteria baik dan buruk.
Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana
dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau
bagaimana kita bersikap dan bertanggungjawab dengan
berbagai ajaran moral. 
Jenis-jenis Etika

Etika umum Etika khusus


Etika Umum
Etika umum adalah etika yang berbicara
mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia
mangambil keputusan etis, teori-teori etika dan
prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan
bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur
dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
Etika umum dapat dianalogkan dengan ilmu
pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian
umum dan teori-teori.
Etika Khusus
Etika khusus merupakan penerapan prinsip-
prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus. Bagaimana mengambil keputusan dan
bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan
khusus yang dilakukan, yang didasari oleh cara,
teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Penerapannya
dapat berupa bagaimana mengambil keputusan dan
bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan
khusus yang dilakukan, yang didasari oleh cara,
teori dan prinsip-prinsip moral dasar.
Etika Khusus

Etika Individu Etika sosial


Etika individu ini adalah etika yang Etika social adalah etika yang
berkaitan dengan kewajiban dan membahas tentang kewajiban,
sikap manusia terhadap dirinya sikap, dan pola perilaku manusia
sendiri, misalnya: sebagai anggota masyarakat pada
1) Memelihara kesehatan dan umumnya.
kesucian lahiriah dan batiniah.
2) Memelihara kerapian diri,
kamar,tempat tingggal, dan
lainnya. Dalam hal ini menyangkut
3) Berlaku tenang hubungan manusia dengan
4) Meningkatkan ilmu manusia, baik secara individu
pengetahuan. maupun dalam kelembagaan
5) Membina kedisiplinan , dan (organisasi, profesi, keluarga,
lainnya. negara, dan lainnya).
Aliran-aliran Etika

Etika keutamaan Etika deontologis

Etika teleologis
Etika keutamaan

Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori yang


mempelajari keutamaan (virtue), artinya mempelajari
tentang perbuatan manusia itu baik atau buruk. Etika
kebajikan ini mengarahkan perhatiannya kepada
keberadaan manusia, lebih menekankan pada What should I
be?, atau “saya harus menjadi orang yang bagaimana?”.
Etika teleologis
Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa
hasil dari tindakan moral menentukan nilai tindakan atau
kebenaran tindakan dan dilawankan dengan kewajiban.
Seseorang yang mungkin berniat sangat baik atau
mengikuti asas-asas moral yang tertinggi, akan tetapi hasil
tindakan moral itu berbahaya atau jelek, maka tindakan
tersebut dinilai secara moral sebagai tindakan yang tidak
etis. Etika teleologis ini menganggap nilai moral dari suatu
tindakan dinilai berdasarkan pada efektivitas tindakan
tersebut dalam mencapai tujuannya.
Etika deontologis
Etika deontologis adalah teori etis yang bersangkutan
dengan kewajiban moral sebagai hal yang benar dan
bukannya membicarakan tujuan atau akibat. Kewajiban
moral bertalian dengan kewajiban yang seharusnya,
kebenaran moral atau kelayakan, kepatutan. Kewajiban
moral mengandung kemestian untuk melakukan tindakan.
Pertimbangan tentang kewajiban moral lebih diutamakan
daripada pertimbangan tentang nilai moral. Konsep-konsep
nilai moral (yang baik) dapat didefinisikan berdasarkan
pada kewajiban moral atau kelayakan rasional yang tidak
dapat diturunkan dalam arti tidak dapat dianalisis.
ETIKA

NILAI NORMA

MORAL
ETIKA PANCASILA
Etika Pancasila adalah cabang filasat yang
dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk mengatur
perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam
etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia
di Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.
Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai
spiritualitas yang mendekatkan diri manusia kepada Sang
Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya.
Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya
menjadikan manusia menjadi manusiawi, yaitu upaya
meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antar
sesama.
Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa
kebersamaan (mitsein), cinta tanah air.
Sila kerakyatan mengandung dimensi berupa sikap
mengghargai orang lain, mau mendengar pendapat orang
lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas
nasib orang lain, kesediaan membantu kesulitan orang lain.
CERMINAN PANCASILA
• Kebijaksanaan
Artinya melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh kehendak yang
tertuju pada kebaikan serta atas dasar kesatuan akal-rasa-kehendak yang
berupa kepercayaan yang tertuju pada kenyataan mutlak (Tuhan) dalam
memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan dan nilai-nilai hidup religious.
• Kesederhanaan
Artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam hal
kenikmatan.
• Keteguhan
Artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam hal
menghindari penderitaan.
• Keadilan
Artinya memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dn manusia
lain, serta terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah menjadi
haknya.
Alasan Diperlukannya
Pancasila sebagai Sistem Etika
Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam
kehidupan politik untuk mengatur sistem
penyelenggaraan negara. Apabila dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara tidak ada
sistem etika yang menjadi guidance atau tuntunan
bagi para penyelenggara negara, maka bisajadi
negara akan hancur.
Berikut alasan mengapa Pancasila sebagai sistem
etika itu diperlukan dalam penyelenggaraan
kehidupan bernegara di Indonesia :
Pertama, dekadensi moral yang melanda kehidupan
masyarakat, terutama generasi muda sehingga
membahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi
muda yang tidak mendapat pendidikan karakter yang
memadai dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda
Indonesia sebagai akibat globalisasi sehingga mereka
kehilangan arah.
Contoh-contoh dekadensi moral,antara lain:
Penyalahgunaan narkoba
Kebebasan tanpa batas
Kesemuanya itu menunjukkan lemahnya tatanan nilai
moral dalam kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
Pancasila sebagai sistem etika diperlukan kehadirannya
sejak dini, terutama dalam bentuk pendidikan karakter di
sekolah-sekolah.
Kedua, korupsi akan merajalela karena para
penyelenggara negara tidak memiliki rambu-rambu
normatif dalam menjalankan tugasnya. Para penyelenggara
negara tidak dapat membedakan batasan yang boleh dan
tidak, pantas dan tidak, baik dan buruk (good and bad).
Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan pemahaman
atas kriteria baik (good) dan buruk (bad). Archie Bahm
dalam Axiology of Science, menjelaskan bahwa baik dan
buruk merupakan dua hal yang terpisah.
Namun, baik dan buruk itu eksis dalam kehidupan
manusia, maksudnya godaan untuk melakukan perbuatan
buruk selalu muncul. Ketika seseorang menjadi pejabat dan
mempunyai peluang untuk melakukan tindakan buruk
(korupsi), maka hal tersebut dapat terjadi pada siapa saja.
Oleh karena itu, simpulan Archie Bahm, ”Maksimalkan
kebaikan, minimalkan keburukan”
Ketiga, kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam
pembangunan melalui pembayaran pajak. Hal tersebut
terlihat dari kepatuhan pajak yang masih rendah, padahal
peranan pajak dari tahun ke tahun semakin meningkat
dalam membiayai APBN.
Pancasila sebagai sistem etika akan dapat mengarahkan
wajib pajak untuk secara sadar memenuhi kewajiban
perpajakannya dengan baik. Dengan kesadaran pajak yang
tinggi maka program pembangunan yang tertuang dalam
APBN akan dapat dijalankan dengan sumber penerimaan
dari sektor perpajakan.
Keempat, pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM)
dalam kehidupan bernegara di Indonesia ditandai dengan
melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak
lain. Kasus-kasus pelanggaran HAM yang dilaporkan di
berbagai media, seperti penganiayaan terhadap pembantu
rumah tangga (PRT), penelantaran anak-anak yatim oleh
pihak-pihak yang seharusnya melindungi, kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT), dan lain-lain.
Kesemuanya itu menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem
etika belum berjalan maksimal. Oleh karena itu, di samping
diperlukan sosialisasi sistem etika Pancasila, diperlukan
pula penjabaran sistem etika ke dalam peraturan perundang-
undangan tentang HAM.
Kelima, kerusakan lingkungan yang berdampak
terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, seperti:
 Kesehatan
 Kelancaran penerbangan
 Nasib generasi yang akan datang
 Global warming
 Perubahan cuaca
Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa kesadaran
terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika belum
mendapat tempat yang tepat di hati masyarakat. Masyarakat
Indonesia dewasa ini cenderung memutuskan tindakan
berdasarkan sikap emosional, mau menang sendiri,
keuntungan sesaat, tanpa memikirkan dampak yang
ditimbulkan dari perbuatannya.
Sumber Historis
Ketuhanan Yang Maha Esa
• Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
• Hormat menghormati dan bekerja sama antar para pemeluk agama dan
para penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup.
• Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
• Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban
asasi antar sesama manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
• Saling mencintai sesama manusia.
• Mengembangkan sikap tenggang rasa.
• Tidak semena-mena terhadap orang lain.
• Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Persatuan Indonesia
• Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, keselamatan bangsa
dan bernegara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
• Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
• Cinta tanah air dan bangsa.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawara-tan/Perwakilan
• Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
• Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
• Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan.
• Musyawarah untuk mencapai mufakat.
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
• Mencerminkan sikap suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
• Bersikap adil.
• Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
• Menghormati hak-hak orang lain.
Sumber Sosiologis
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat
ditemukan dalam kehidupan masyarakat berbagai etnik di
Indonesia. Misalnya, orang Minangkabau dalam hal
bermusyawarah memakai prinsip :
“bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh mufakat”

Masih banyak lagi mutiara kearifan lokal yang


bertebaran di bumi Indonesia ini sehingga memerlukan
penelitian yang mendalam
Sumber Politis
Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam
norma-norma dasar (Grundnorm) sebagai sumber penyusunan
berbagai peraturan perundangan-undangan di Indonesia. Hans
Kelsen mengatakan bahwa teori hukum itu suatu norma yang
berbentuk piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh
kekuatannya dari suatu norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi
suatu norma, akan semakin abstrak sifatnya, dan sebaliknya, semakin
rendah kedudukannya, akan semakin konkrit norma tersebut.
Etika politik mengatur masalah perilaku politikus, berhubungan
juga dengan praktik institusi sosial, hukum, komunitas, struktur-
struktur sosial, politik, ekonomi. Etika politik memiliki 3 dimensi,
yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik itu sendiri. Dimensi tujuan
terumuskan dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat dan
hidup damai yang didasarkan pada kebebasan dan keadilan.

Anda mungkin juga menyukai