Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TAJDID
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Tingkat : 2A
PENGERTIAN
TAJRID DAN TAJDID
• Pengertian Tajrid
Istilah Tajrid berasal dari bahasa Arab berarti pengosongan,
pengungsian, pengupasan, Pelepasan atau pengambil alihan
(Atabik Ali, 1999:410). Sedangkan tajrid dalam bahasa Indonesia
berarti pemurnian.
• Pengertian Tajdid
Istilah tajdid berasal dari bahasa Arab yaitu jaddada, yang
berarti memperbaharui atau menjadikan baru. Kata ini pula
bentukan dari kata jadda, yajiddu, jiddan/jiddatan, artinya sesuatu
yang ternama, yang besar, nasib baik dan baru. Bisa juga berarti
membangkitkan, menjadikan, (muda, tangkas, kuat). Dapat pula
berarti memperbaharui, memperpanjang izin, dispensasi, kontrak.
WATAK MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN
TAJRID DAN TAJDID
Tajdid dalam kedua artinya, itu sesungguhnya merupakan watak daripada ajaran
Islam itu sendiri dalam perjuangannya. Dapat disimpulkan bahwa pembaharuan itu
tidaklah selamanya berarti memodernkan, akan tetapi juga memurnikan,
membersihkan yang bukan ajaran.
Gerakan Tajdid pada 100 Tahun Kedua
Tantangan yang dihadapi Muhammadiyah pada abad pertama usianya
pasti berbeda dari abad kedua usianya, meskipun kontinuitasnya antara
keduanya tetap ada. Untuk itu, Paradigma, Model, dan Strategi
Tajdidnya juga harus disesuaikan dengan perkembangan terbaru
discourse keislaman baik dalam teori maupun praktek.
Muhammadiyah harus melakukan upaya pembaharuan from within,
yang meliputi strategi pembaharuan gerakan pendidikan yang selama
ini digelutinya, mengenal dengan baik dan mendalam metode dan
pendekatan kontemporer terhadap studi Islam dan Keislaman era klasik
dan lebih-lebih era kontemporer, mendekatkan dan mendialogkan
Islamic Studies dan Religious Studies, bersikap inklusif terhadap
perkembangan pengalaman dan keilmuan generasi mudanya, terbuka,
mengenalkan dialog antar budaya dan agama di akar rumput,
memahami Cross-cultural Values dan multikulturalitas, dalam bingkai
fikih NKRI, dan begitu seterusnya.
Dalam memasuki fase kedua gerakannya, yakni memasuki abad kedua
perjalanan sejarah Muhammadiyah, sudah tinggi waktu dan kesempatan
untuk melakukan pembaruan paradigma tajdid di tubuh persyarikatan ini.
Kodifikasi dan konsensus tajdid yang terpadu atau eklektik antara purifikasi
dan dinamisasi dapat menjadi titik tolak bagi transformasi paradigma tajdid
Muhammadiyah. Selain tidak akan terjebak pada ekstrimitas yang radikal baik
ke arah “radikal kiri” maupun “radikal kanan” dalam pemikiran Islam.
Dalam transformasi orientasi tajdidnya, Muhammadiyah di satu pihak tidak
terjebak pada pemurnian semata minus pembaruan, sebaliknya pembaruan
tanpa peneguhan, sehingga terdapat ruang untuk transformasi atau
perubahan secara seimbang antara pemurnian dan pengembangan atau
antara peneguhan dan pencerahan.
Namun paradigma dan strategi yang eklektik atau tengahan seperti itu jika
dibiarkan sekadar normatif belaka maka hanya akan indah di ranah teori atau
klaim tetapi sering tidak aktual atau mewujud dalam kenyataan secara jelas
dan tegas.
Dua materi strategis dapat diselesaikan dalam Muhammadiyah menyangkut
fondasi pemikiran yang fundamental dalam gerakan Islam ini.
Pertama, menyelesaikan atau memulai kembali penyusunan buku Risalah
Islamiyah yang berisi tentang Islam dalam berbagai aspeknya yang
menjadi pandangan resmi Muhammadiyah. Tanpa memiliki pandangan
yang substantif dan komprehensif mengenai Islam maka akan sering
terjadi tarik-menarik pandangan dalam Muhammadiyah mengenai hal-hal
yang fundamental mengenai aspek-aspek ajaran Islam.
Kedua, mengembangkan konsep secara tuntas dan luas tentang Manhaj
Tarjih mengenai tiga pendekatan dalam memahami Islam yaitu bayani,
burhani, dan irfani. Pengembangan yang bersifat elaborasi terhadap
manhaj tarjih tersebut sangat diperlukan untuk memperluas cakrawala
metodologis dalam pengembangan pemikiran Islam di lingkungan
Muhammadiyah. Dengan paradigma purifikasi dan dinamisasi maka
pengembangan atau elaborasi pendekatan bayani, burhani, dan irfani
akan menghasilkan konstruksi metodologis yang jelas dan luas dari manhaj
tarjih.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa tajdid adalah mengembalikan ajaran
agama Islam kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena sekarang ini ajaran Islam
mengalami penyimpangan dan pencampuran dengan pemahaman yang bukan berasal dari Islam,
sedangkan tajrid berarti pengosongan, pengungsian, pengupasan, pelepasan atau pengambil
alihan.
Tajdid dalam Muhammadiyah mengalami perubahan yang sangat berarti. Tajdid dalam
Muhammadiyah pada tataran praktis dan gerakan aksi yang mengarah pada pemurnian akidah
dan ibadah, sebagai reaksi terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh umat Islam.
Model - model Tajdid dalam Muhammadiyah digolongkan dalam tiga bidang diantaranya :
Bidang Keagarmaan yaitu Pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah penemuan kembali
ajaran atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu lingkungan situasi dan
kondisi mungkin menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas dan tertutup oleh kebiasan
dan pemikiran tambahan lain.
Bidang Pendidikan yaitu Muhammadiyah mempelopori dan meyelenggarakan sejumlah
pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata dimana bidang pendidikan dipandang sangat
penting dalam penyebaran ajaran agama islam.
Bidang Sosial Masyarakat Muhammadiyah merintis bidang sosial kemasyarakatan dengan
mendirikan rumah sakit, piklinik, panti auhan, rumah singgah, panti jompo, Pusat kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM), posyandu lansia yang dikelola melalui amal usahanya dan bukan
secara individual sebagai mana dilakukan orang pada umumnya.