Anda di halaman 1dari 9

PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
KARDIOVASKULER

Dosen Pembimbing :
Ns.Defiaroza,M.Biomed

Oleh:
ARSYTUL MUNAWWARAH
193110127
2A
1. Pemeriksaan Penunjang

1. Elektrokardiogram(EKG)
Elektrokardiogram adalah grafik yang dibuat oleh sebuah
elektrokardiograf,yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu
tertentu. Untuk mengetahui mendeteksi pembesaran ruang jantung, dan
gangguan irama jantung.
Pemeriksaan penunjang ini sering digunakan untuk memantau kerja jantung,
khususnya irama detak jantung dan aliran listrik jantung. EKG juga dapat
dilakukan untuk mendeteksi kelainan jantung, seperti aritmia, serangan jantung,
pembengkakan jantung, kelainan pada katup jantung, dan penyakit jantung
koroner. Pemeriksaan EKG bisa dilakukan di tempat praktik dokter, IGD rumah
sakit, atau di ruang perawatan pasien, seperti di ICU atau di bangsal rawat inap.
Saat menjalani pemeriksaan EKG, pasien akan diminta untuk berbaring dan
melepaskan baju serta perhiasan yang dikenakan, selanjutnya dokter akan
memasang elektroda di bagian dada, lengan, dan tungkai pasien. Ketika
pemeriksaan berlangsung, pasien disarankan untuk tidak banyak bergerak atau
berbicara karena dapat mengganggu hasil pemeriksaan.
2. Foto Rontgen
Foto Rontgen merupakan jenis pemeriksaan penunjang yang
menggunakan radiasi sinar-X atau sinar Rontgen untuk
menggambarkan kondisi berbagai organ dan jaringan tubuh.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi:
a) Kelainan tulang dan sendi, termasuk patah tulang, radang sendi,
dan pergeseran sendi (dislokasi)
b) Kelainan gigi
c) Sumbatan saluran napas atau saluran cerna
d) Batu saluran kemih
e) Infeksi, seperti pneumonia, tuberkulosis, dan usus buntu
Pada kasus tertentu, dokter mungkin akan memberikan zat
kontras kepada pasien melalui suntikan atau per oral (diminum),
agar hasil foto Rontgen lebih jelas. Meski demikian, zat kontras ini
kadang bisa menimbulkan beberapa efek samping, seperti reaksi
alergi, pusing, mual, lidah terasa pahit, hingga gangguan ginjal.
3. EKG Treadmill
Tes treadmill adalah bagian dari stress test untuk menguji kinerja
jantung saat beraktivitas fisik. Berfungsi untuk melakukan
pemantauan jantung mengukur terhadap aktivitas fisik yang dijalani.
Dalam tes ini, Anda berjalan di atas treadmill yang membuat jantung
bekerja semakin keras. Sementara itu, elektrokardiogram (EKG)
memantau ritme kelistrikan jantung. Dokter juga mengukur tekanan
darah dan memantau apakah Anda memiliki gejala seperti nyeri dada
atau kelelahan. Kelainan pada tekanan darah, detak jantung, atau
gejala fisik dapat menjadi tanda penyakit arteri koroner.
Penyakit arteri koroner adalah kondisi ketika pembuluh darah di
sekitar jantung tersumbat atau menyempit akibat timbunan lemak
sehingga mengganggu aliran darah dan oksigen ke jantung. Tes
treadmill bertujuan mengetahui apakah ada pembuluh darah yang
mengandung timbunan lemak hingga 70 persen atau lebih. Dokter
biasanya membutuhkan pemeriksaan jantung lain untuk
mengkonfirmasi hasil tes treadmill.
4. Ekokardiografi
Ekokardiografi merupakan USG jantung yang memproduksi gambar jantung
menggunakan gelombang suara. Ekokardiografi dapat melihat pergerakkan jantung,
struktur jantung, katup jantung, dan aliran darah dalam jantung. Ekokardiografi,
layaknya pemeriksaan USG, dilakukan dengan menempelkan alat (probe) melalui
dinding luar dada, lalu akan menampilkan hasil gambar ke monitor. Selain melalui
dinding dada, probe dapat dimasukan melalui mulut ke dalam kerongkongan
(esofagus) dengan tujuan melihat jantung lebih dekat lagi, tes ini disebut
transesophageal echocardiogram (TEE).
5. Kateterisasi Jantung
Kateterisasi jantung adalah prosedur medis yang bertujuan untuk mendeteksi
kondisi jantung dengan menggunakan alat menyerupai selang tipis yang
dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena atau arteri didaerah leher,selangkangan
atau tangan kemudian diarahkan ke jantung.
Kateterisasi jantung dilakukan dengan menyuntikan zat warna (kontras) ke
dalam pembuluh darah koroner dan dilakukan foto Rontgen. Untuk menyuntikkan
zat warna, akan dimasukan selang kecil (kateter) melalui pembuluh darah arteri di
lengan atau tungkai. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat pembuluh darah
koroner secara rinci, mengukur tekanan rongga jantung, dan evaluasi fungsi
jantung.
6. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI alias magnetic resonance imaging atau pencitraan resonansi magnetik
adalah pemeriksaan yang menggunakan medan magnet dan gelombang radio
untuk melihat gambaran jantung dan katupnya secara rinci, untuk mengetahui
tingkat keparahan dari penyakit katup jantung. Dokter bisa menjalankan MRI
untuk pemeriksaan jantung, termasuk melihat fungsi kinerja jantung dan berapa
banyak ventrikel kiri bisa memompa darah ke seluruh tubuh.
Pemeriksaan MRI membantu dokter mendiagnosis berbagai masalah jantung,
seperti kerusakan jaringan akibat serangan jantung, kurangnya aliran darah di otot
jantung, penyempitan atau sumbatan pada aorta, gangguan katup jantung, hingga
tanda-tanda tumor.
7. Elektrofisiologi Jantung
Pemeriksaan jantung memakai metode elektrofisiologi bertujuan mencatat
aktivitas dan jalur kelistrikan pada jantung. Dokter dapat menggunakannya untuk
mendeteksi penyebab detak jantung tak teratur (aritmia) dan menemukan cara
penanganan terbaik. Bila mendapati ada masalah jaringan, dokter bisa melakukan
ablasi atau penghancuran jaringan tersebut guna menormalkan irama detak
jantung.
8. Computed Tomography Scan (CT Scan)
CT scan adalah pemeriksaan penunjang yang memanfaatkan sinar
Rontgen dengan mesin khusus untuk menciptakan gambar jaringan dan
organ di dalam tubuh. Gambar yang dihasilkan oleh CT scan akan
terlihat lebih jelas daripada foto Rontgen biasa. Pemeriksaan CT
scan biasanya berlangsung sekitar 20–60 menit. Untuk menghasilkan
kualitas gambar yang lebih baik atau lebih akurat dalam mendeteksi
kelainan tertentu, seperti tumor atau kanker, dokter dapat
menggunakan zat kontras saat melakukan pemeriksaan CT scan.
CT scan alias pemindaian tomografi terkomputerisasi merupakan
pemeriksaan jantung yang bertujuan menemukan penyumbatan atau
penyempitan pembuluh darah pada penderita penyakit jantung. CT
scan efektif untuk mendeteksi penyumbatan yang terjadi akibat
tumpukan lemak sebelum gejala berkembang.
Pemeriksaan CT scan menghasilkan gambar tiga dimensi. Dokter
akan membaca gambar itu untuk mengetahui tingkat keparahan
sumbatan yang berisiko menimbulkan masalah kardiovaskular.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan dalam waktu 24 jam evaluasi
bagi seluruh pasien dengan nyeri dada adalah sebagai
berikut:
a. Profil lipid puasa Terdiri atas TC, LDL, HDL, dan trigliserida.
b. Glukosa puasa
c. Complete Blood Count dan Hb
d. Biomarker jantung
Banyak macam biomarker yang dapat dipakai, diantaranya
troponin, mioglobin, dan creatine kinase myocardial band (CKMB). Biomarker
tersebut secara lebih spesifik dapat membedakan UAP dengan NSTEMI.
Troponin cTnT dan cTnI adalah protein spesifik yang mengatur hubungan aktin
miosin dalam proses kontraksi miokardium melaui perantara kalsium. Apabila
terjadi cedera, protein ini dapat menjadi pertanda diagnosis. Troponin meningkat
dalam 4 jam setelah onset dan menetap selama hingga 2 minggu.40 Troponin
bersifat lebih spesifik dan sensitif dibandingkan marker lain sperti CK-MB dan
myoglobin. Peningkatan/ penurunan marker jantung tersebut mengarahkan pada
diagnosis NSTEMI, sedangkan apabila kadarnya normal menandakan UA.
Pemeriksaan laboratorium pada gagal jantung mencakup pemeriksaan darah
perifer lengkap, elektrolit, ureum, kreatinin serum, uji fungsi hati, profil
lipid, thyroid-stimulating hormone (TSH), asam urat, dan urinalisis. Apabila
pasien tertentu memiliki faktor risiko terhadap infeksi human immunodeficiency
virus (HIV), skrining infeksi HIV dapat dipertimbangkan [2].

Pemeriksaan Darah Perifer


Pemeriksaan darah perifer lengkap dapat mengungkap adanya anemia yang
bukan hanya merupakan komorbiditas utama gagal jantung [2], tapi juga
mungkin disebabkan oleh kondisi lain seperti hemodilusi, penggunaan zat besi
dalam tubuh yang buruk, anemia akibat penyakit kronik, dan keganasan. Kadar
elektrolit serum dapat membantu mengidentifikasi hipokalemia dan
hipomagnesemia yang dapat meningkatkan risiko aritmia ventrikuler pada pasien
gagal jantung [1]. Hiperkalemia biasanya mengisyaratkan adanya gagal ginjal
sebagai komplikasi gagal jantung kronik dan dapat pula disebabkan oleh
suplementasi kalium maupun efek samping obat penghambat sistem renin-
angiotensin-aldosteron (RAA) [61]. Selain itu, elektrolit serum juga dapat
menguatkan bukti adanya hiponatremia yang lazim terjadi pada pasien dengan
gagal jantung kronik serta akibat penggunaan diuretik dan pengaruh obat lain.

Anda mungkin juga menyukai