Depresi
Dosen Pembimbing = dr. Huntari Harahap
ANGGOTA
ILTANIA MINCE G1A112010
KHAIDARNI G1A11011
M.HERU NANDING KUSUMA G1A112012
M. KADAFI G1A112030
MAIZOLA PUTRI G1A112031
LESTARI ANISA FADILA G1A112033
THOMAS GREDIO SAPUTRA G1A112060
NANDY BILL MORRIS G1A112061
ANGELINE FENISENDA G1A112062
ANDIKA ANJANI G1A112081
FAKHRUL AZMI ALY G1A112084
SKENARIO
A. Identitas
Nama : Tn. F.
Gizi : cukup
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
Nadi : 88 X / menit
Respirasi : 24 X / menit
Suhu : 36.8 ° C
dialami Tn. F ?
Apakah ada hubungan antara lingkungan,status social ekonomi &
D. Gaya Hidup
o Kebiasaan hidup seseorang juga bisa menyebabkan insomnia seperti
1. Kekacauan ego
2. Halusinasi, waham
3. Iritabilitas, letargi
4. Lemah penampilan, penurunan asupan
makan
5. Berat badan menurun
6. Suhu tubuh menurun
7. NE plasma meningkat dan tiroksin plasma
menurun.1
5. fisiologi pengaturan emosi,mood,dan afek
Nafsu makan diatur oleh sistem limbik yaitu jaringan kortikal yang
mengelilingi regio basal cerebrum. Hipotalamus merupakan
pengatur utama sistem limbik dan jaras pengeluaran dari sistem
limbik.
Fungsi dari perilaku hipotalamus dan sistem limbik :
A. Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya
mengakibatkan rasa haus dan nafsu makan juga besarnya
aktivitas emosi.
B. Perangsangan nukleus ventromedial dan area sekelilingnya bila
dirangsang akan menimbulkan rasa kenyang dan menurunkan
nafsu makan
C. Perangsangan pada daerah zona tipis dan nuklei
paraventrikulernya yang terletak sangat berdekatan dengan
venrtrikel ketiga akan berhubungan dengan rasa takut dan reaksi
terhukum.2
7. Penyebab pasien tidak nafsu
makan
Sistem limbic pada susunan saraf pusat selain
sebagai pusat emosi dan pengaturan sisitem saraf
otoom juga terlibat dalam pengaturan nafsu makan
dan perilaku makan. Pada percobaan hewan telah
dibuktikan bahwa lesi di amigdala yang merupakan
bagian dari system limbic menyebabkan perilaku
hiperphagia.
Stimulasi di nucleus amigdala juga menimbulkan
demokrasi,dan otoriter.
Pada pola asuh otoriter,anak akan dituntut untuk
Deprsi ringan
Depresi sedang
Depresi berat
Depresi berulang
Gangguan campuran anxietas dan depresi
Gangguan bipolar
Gangguan mood yang di induksi zat
Gangguan kepribadian
18. Apa diagnosis pada Tn. F ?
Diagnosis multiaksial
A. Aksis I : F32.11 Depresi sedang dengan gejala
somatic
B. Aksis II : Tidak ada diagnosis
C. Aksis III : Tidak ada diagnosis
D. Aksis IV : Problem pekerjaan (Berhenti bekerja)
E. Aksis V : Gaf 61-70 (Beberapa gejala ringan dan
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik)
19. Apa definisi penyakit Tn.F ?
bunuh diri
Usia awitan 40 tahun
50% pasien usia 20-50 tahun
30% mahasiswa mengalami depresi
Pada wanita terjadi perubahan hormon
Masyarakat kota > dari desa
Remaja 5%, anak-anak 2% depresi ringan.1
21. Etiologi Depresi
A. Faktor biologi
B. faktor genetik
C. faktor psikososial
Faktor biologi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
terdapat kelainan pada amin biogenik,
seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid),
HVA (Homovanilic acid), MPGH (5 methoxy-
0-hydroksiphenilglikol), di dalam darah, urin
dan cairan serebrospinal pada pasien
gangguan mood. Neurotransmiter yang
terkait dengan patologi depresi adalah
serotonin dan epineprin.
Faktor genetik
Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan
bahwa angka resiko di antara anggota
keluarga tingkat pertama dari individu yang
menderita depresi berat (unipolar)
diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan
dengan populasi umum. Angka keselarasan
sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40%
pada kembar monozigot
Faktor Psikososial
. Ada sejumlah faktor psikososial yang
diprediksi sebagai penyebab gangguan
mental pada lanjut usia yang pada umumnya
berhubungan dengan kehilangan.
Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya
Bunuh diri
Penurunan kualitas hidup
Meningkatkan beban ekonomi
27. prognosis
bulan
Episode berulang lebih berat.
HIPOTESIS
1. Sadock B, Sadock V A. Kaplan & Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
2. Guyton, Arthur C, dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Edisi 11. Jakarta: EGC.
3. Puri,B.K, Laking,P.J, Treasaden,I.H.2011. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta :
EGC
4. Maramis,W.F,Maramis,A.A. 2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.
Jakarta : AUP
5. Ismail M,R.I, Siste,Kristiana.2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : FK UI
6. Direktorat Jendral Pelayanan Medik.1995. Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III Suplemen Cetakan
Pertama.Jakarta : DEPKES RI
7. Direktorat Jendral Pelayanan Medik.1993. Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III Cetakan Pertama. Jakarta : DEPKES
RI
8. Maslim Rusdi. 1999. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya