Anda di halaman 1dari 21

Perjanjian

Penghindaran
Pajak Berganda (P3B)
Kelompok 13
Novemita Khoirunnisa (142180197)
Tiara Herdiana (142180205)
Pengertian P3B

Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda atau P3B atau dapat


dikenal dengan nama tax treaty. P3B adalah perjanjian internasional
di bidang perpajakan antar kedua negara yang mengatur pembagian
hak pemajakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
penduduk salah satu negara atau penduduk kedua negara dalam
persetujuan itu. 
Perkembangan P3B
Dalam sejarahnya, model P3B 1928 ini mengalami beberapa kali perubahan.
● Pertama, terjadi pada Konferensi Pajak Regional yang diselenggarakan di Meksiko pada
tahun 1940 dan 1943. Dalam kongresnya di Meksiko pada tahun 1940 dan 1943,
perubahan dari model P3B 1928 menghasilkan draf model P3B yang dinamakan The
Mexico Draft 1943 (Draf Meksiko).
● Kedua, perubahan dilakukan pada bulan Maret 1946. Pada saat itu, Draf Meksiko ditelaah
dan dirancang ulang dalam rapat yang diadakan di London yang menghasilkan London
Draft 1946 (Draf London). Dalam kurun waktu 1946-1955, prinsip-prinsip yang
dikembangkan oleh Draf Meksiko dan Draf London dijadikan sebagai acuan oleh
berbagai negara dalam mengadakan P3B.
● Tahun 1963, OECD pertama kali mempublikasikan Draft Double Taxation Convention on
Income and on Capital (Draf 1963) yang kemudian mengalami perubahan pada tahun
1977 yang berjudul Model Double Taxation Convention on Income and Capital.
Lanjutan..
● Pada tahun 1992, dengan memperhatikan berbagai usulan, Model 1977 direvisi dan
dipublikasikan dengan judul OECD Model Tax Convention on Income and an Capital.
OECD Model 1992 ini telah dilakukan pembaruan sebanyak tiga kali, yaitu 1994, 1995,
dan 1997.
● Sebelum terbit versi terakhir, yaitu OECD Model 2014, OECD telah menerbitkan
beberapa perubahan dari OECD Model, yaitu OECD Model 2000, OECD Model 2003,
OECD Model 2005, OECD Model 2008, dan OECD Model 2010.
● Selain OECD, UN juga ikut mengembangkan suatu model P3B pada tahun 1980 yang
dikenal dengan nama UN Model. Isi dari UN Model ini banyak mengadopsi ketentuan
dalam OECD Model.
● Di luar OECD Model dan UN Model, terdapat pula model P3B seperti US Model,
ASEAN Model, serta model P3B lainnya yang dikembangkan oleh beberapa kawasan
regional negara. Namun, sebagian besar P3B yang ada pada saat ini, penyusunannya
mengacu pada model P3B yang disarankan oleh OECD Model maupun oleh UN Model.
Tujuan P3B
Pada prinsipnya, tax treaty ditujukan untuk menentukan alokasi hak pemajakan
yang timbul dari suatu transaksi yang terjadi antara negara sumber (negara
tempat sumber penghasilan berasal) dan negara domisili (negara tempat wajib
pajak tinggal atau menetap) (Martin Hearson, 2016). Lima tujuan perjanjian
penghindaran pajak berganda:
● 1. Tidak terjadi pemajakan ganda yang memberatkan iklim dunia usaha
● 2. Peningkatan investasi modal dari luar negeri
● 3. Peningkatan sumber daya manusia
● 4. Pertukaran informasi guna mencegah pengelakan pajak
● 5. Kedudukan yang setara dalam hal pemajakan antar kedua negara
Tidak Terjadi Pemajakan Ganda
Yang Memberatkan Iklim Dunia
Usaha
Adanya perjanjian penghindaran pajak berganda ini
menjadikan pengenaan pajak atas laba usaha tidak dapat
dikenakan di kedua tempat, yaitu negara sumber atau
negara domisili. Jadi, laba usaha dikenakan pajak di tempat
mereka berkedudukan. Harapannya, dunia usaha bisa
mendapatkan kepastian hukum karena membayar pajak
hanya dikenakan pada satu kali, yaitu di negara domisili.
Peningkatan Investasi Modal Dari
Luar Negeri
Perjanjian penghindaran pajak berganda diharapkan dapat
menarik negara luar untuk menanamkan modalnya di
Indonesia. Sebab jika investasi berupa bunga, dividen atau
royalti dikenakan pajak yang tinggi, hal ini akan
menimbulkan keraguan pada negara luar. Tentunya, ini
dapat memperlambat pertumbuhan investasi modal di
Indonesia dari luar negeri.
Peningkatan Sumber Daya Manusia
Pembebasan pajak atas mahasiswa dan pelatihan karyawan
di negara tempat menempuh pendidikan maupun pelatihan
akan meningkatkan kemampuan mereka, menjadikannya
sebagai sumber daya manusia yang lebih kompeten. 
Pertukaran Informasi Guna Mencegah
Pengelakan Pajak
Pertukaran informasi di sini adalah kedua negara yang terlibat dalam
perjanjian penghindaran pajak berganda dapat mengetahui jika ada
penduduk yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan sehingga dapat
dideteksi sedini mungkin.
Negara yang terkait dengan P3B dapat melaporkan penghasilan
penduduk asing di negara sumber, misalnya dengan mengirimkan
bukti penerimaan penghasilan dari negara sumber. Informasi
penghasilan tersebut seharusnya dilaporkan oleh penerima penghasilan
di negara domisili, dan diperhitungkan kembali di akhir tahun pajak.
Kedudukan Yang Setara Dalam Hal
Pemajakan Antar Kedua Negara

P3B mengatur adanya pemajakan yang sama dan setara antar


kedua negara dengan prinsip saling menguntungkan serta
tidak memberatkan penduduk asing antar kedua negara dalam
menjalankan usaha.
MODEL PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK
BERGANDA
Dalam perpajakan internasional, perjanjian penghindaran pajak berganda ini menjadi salah satu
sumber hukum yang digunakan dalam setiap transaksi. Aspek perpajakannya ditetapkan berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian penghindaran pajak berganda yang bersangkutan
sesuai jenis transaksinya.
Setiap negara yang terlibat dapat menyusun tax treaty-nya sendiri berdasarkan model perjanjian yang
diakui secara internasional. Ada dua model utama perjanjian penghindaran pajak berganda yang
digunakan sebagai acuan.

1 2

Model OECD Model UN


MODEL OECD
OECD merupakan singkatan dari Organization for Economic Cooperation and Development,
dengan anggota yang terdiri dari 26 negara. Perjanjian model OECD ini disusun dan dikembangkan
oleh komite yang dibentuk oleh negara-negara OECD khusus untuk memecahkan masalah-masalah
perpajakan yang dihadapi kumpulan negara tersebut.
Model OECD dalam tax treaty ini bertujuan untuk meningkatkan perdagangan antara negara-negara
yang menandatangani P3B dengan cara menghilangan pajak berganda secara Internasional. Pada
model ini, hak pemajakan diusahakan lebih banyak pada negara domisili. Karena itu, perumusan
definisi dalam model ini umumnya lebih sempit ketimbang model tax treaty lainnya.
MODEL UN

Berlatar belakang pergerakan PBB yang mulai memperbarui masalah kepentingan dalam perjanjian
penghindaran pajak berganda akibat tingginya arus modal dari negara maju ke negara berkembang,
Sekjen PBB menerbitkan The United Nations Model Double Taxation Convention Between
Developed and Developing Countries atau dikenal dengan nama Model UN. 

Model UN memiliki tujuan tax treaty yang lebih luas, yaitu:

● meningkatkan investasi asing

● serta sebagai alat untuk pertumbuhan ekonomi dan sosial dari negara-negara berkembang.

Berdasarkan tujuan ini, Model UN menginginkan hak pemajakan lebih banyak di negara
berpenghasilan sehingga pada perumusan pasal-pasal, definisinya lebih luas ketimbang model
OECD
Penerapan P3B di Indonesia

Model Indonesia

Model ini mengkombinasikan kedua jenis Model UN dan Model OECD, dan
yang cocok digunakan di Indoensia dengan melihat hal-hal yang terkait
dengan ketentuan UU PPh dan program pembangunan di Indonsia dan
sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak dalam perjanjian.
PROSEDUR PENERAPAN
P3B

1 Mencari tahu jika subjek pajak, objek pajak, negara,


dan ketentuan pemberlakukan P3B yang dibahas
4 Menghilangkan dampak pajak berganda jika seandainya
dalam pasal-pasal substantif dalam perjanjian itu, masing-
termasuk dalam cakupan atau ruang lingkup dari masing negara diberikan hak pemajakan dengan cara
perjanjian penghindaran pajak yang bersangkutan. mewajibkan negara domisili untuk memberikan keringanan
pajak melalui metode pembebasan (exemption method) atau
metode kredit (credit method) yang diatur dalam ketentuan
2 Memastikan definisi penghasilan yang domestiknya.
dibahas untuk memastikan penghasilan
tersebut akan masuk dalam ketentuan atau
pasal substantif yang tepat.

5 Jika masih terdapat perbedaan atau belum


terbentuknya kesepakatan antar negara, tahap
3 Menentukan pasal substantif yang berlaku.
Tahap ini penting karena akan menentukan
terakhir dalam penerapan ini adalah menyelesaikan
masalah pajak berganda melalui prosedur persetujuan
negara yang akan menerima hak pemajakan. bersama atau mutual agreement procedure (MAP).
SYARAT MEMANFAATKAN P3B

● Terdapat perbedaan antara ketentuan yang diatur dalam UU PPh dan ketentuan dalam
perjanjian penghindaran pajak berganda.

● Penerima penghasilan bukan subjek pajak dalam negeri Indonesia. 

● Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) menyampaikan SKD WPLN yang telah memenuhi
persyaratan administratif dan persyaratan tertentu lainnya

● Tidak terjadi penyalahgunaan P3B

● Penerima penghasilan merupakan beneficial owner dalam hal dipersyaratkan dalam


P3B
HAK PEMAJAKAN NEGARA INDONESIA

Hak Pemajakan Pelepasan Hak


Penuh Pemajakan
Pasal 6 ayat (1) P3B Pasal 9 P3B Indonesia-
Indonesia-Singapura Amerika

Pemeberian
Hak Pemajakan
Terbatas
Pasal 11 ayat (1) dan (2)
P3B Indonesia-Singapura
Hak Pemajakan Penuh

Pasal 6 Ayat (1) P3B Indonesia-


Contoh:
Singapura

“Penghasilan yang diperoleh seorang X (WN Singapura) memiliki rumah di


penduduk dari suatu Negara pihak Jakarta, kemudian X menyewakan
pada Persetujuan dari harta tak rumah tersebut ke Y (WN Indonesia).
bergerak yang berada di pihak Negara Atas penghasilan sewa yang diterima
lainnya pada Persetujuan dapat oleh X dikenakan pajak sepenuhnya
dikenakan Pajak di Negara lain oleh Indonesia karena rumah
tersebut” merupakan harta tak bergerak yang
terletak di Indonesia.
Pemberian Hak Pemajakan Terbatas
Pasal 11 Ayat (1) dan (2) P3B Indonesia-Singapura
(1) “Bunga yang berasal dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dan dibayarkan kepada penduduk
Negara pihak lainnya pada Persetujuan dapat dikenakan pajak di Negara pihak lainnya pada Persetujuan
tersebut”

(2) “Namun demikian, bunga tersebut dapat juga dikenakan pajak di Negara pihak pada Negara tersebut,
akan tetapi apabila penerima dan pemilik bunga adalah pemberi pinjaman yang menikmati bunga itu,
maka pajak yang dikenakan tidak akan melebihi 10% dari jumlah bruto bunga

Contoh:

Bunga yang dibayar oleh Y (WN Indonesia) atas pinjaman dari X (WN Singapura) dikenakan
maksimal 10% dari jumlah bruto bunga. Bunga tersebut merupakan penghasilan yang
bersumber dari Indonesia sehingga X dinyatakan sebagai subjek pajak luar negeri namun tidak
dapat diterapkan tarif 20% seperti yang tercantum dalam Pasal 26 UU PPh karena P3B memiliki
kekuatan hukum yang lebih tinggi.
Pelepasan Hak Pemajakan
Pasal 9 P3B Indonesia-Amerika Contoh:

“….penduduk suatu Negara Pihak pada Amerika memiliki perusahaan pesawat


Perjanjian akan dikecualikan oleh Negara bernama US Airlines mengoperasikan
Pihak lainnya pada Perjanjian dari pengenaan pesawat terbang dengan rute Boston-
pajak yang berkenaan dengan penghasilan Medan dan Medan-Boston. Atas
yang diperoleh penduduk tersebut dari penghasilan kedua rute tersebut akan
pengoperasian kapal laut atau pesawat udara dinakan pajak di Amerika dan
dalam jalur lalu lintas internasional” Indonesia tidak boleh melakukan
pemungutan pajak.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai