Anda di halaman 1dari 28

Psikoterapi Kognitif

 Adwiyah Nursoleha (18410042)


 Amilia Dwi Yanti (18410064)
Dalam  Konsep-konsep utama Teori Kognitif

Pertemuan Ini,  Prilaku bermaslah dan tidak bermaslah

Akan Dibahas  Teknik dan prosedur psikoterapi dari pendekatan kognitif.


 Aplikasi psikoterapi
Tentang
 Terapi kognitif dapat dianggap sebagai teori, sebuah sistem dari
strategi, dan serangkaian teknik.

Bagaimana tidak ?

Teorinya didasarkan pada ide bahwa memproses informasi sangat penting


untuk setiap organisme agar dapat bertahan hidup. Setiap sistem yang

Konsep utama terlibat dalam pertahanan hidup yaitu sistem kognitif, perilaku, afektif,
dan motivasi tersusun dari struktur yang disebut skema.
teori kognitif
Skema kognitif terdiri dari persepsi orang-orang terhadap diri mereka dan
orang lain, tujuan dan harapan mereka, kenangan, fantasi dan pengalaman
sebelumnya.
 Tujuan terapi kognitif adalah untuk memperbaiki pengolahan
informasi yang salah dan membantu pasien mengubah
anggapan yang mempertahankan perilaku dan emosi
maladaptifnya. Metode kognitif dan perilaku digunakan untuk
menantang keyakinan disfungsional (dysfunctional beliefs) dan
mendorong pemikiran yang lebih realistis dan adaptif.

Tujuan Terapi  Terapi kognitif mulanya ditujukan untuk meringankan gejala,


namun tujuan akhirnya adalah untuk menghilangkan bias-bias
Kognitif sistematis dalam berpikir dan mengubah core beliefs yang
mengarah pada distress di kemudian hari.
 Terapi kognitif membantu mengubah keyakinan (belief) pasien
dengan cara menafsirkan keyakinan tersebut sebagai hipotesis
yang dapat diuji melalui eksperimen perilaku yang disepakati
bersama oleh pasien dan terapis.
 Terapis kognitif tidak mengatakan pada klien bahwa keyakinan klien
tersebut irasional atau salah, melainkan terapis akan memberikan
pertanyaan untuk mengetahui makna, fungsi, kegunaan dan

Ingat ! konsekuensi dari keyakinan tersebut.


 Pada akhirnya pasien sendiri yang memutuskan apakah akan
menolak, mengubah, atau mempertahankan seluruh keyakinan
personalnya, dan menyadari akibat dari emosi dan perilakunya.
Perilaku
Bermasalah Dan DISTORSI
Tidak
Bermasalah KOGNITIF
1. Arbitary Inferences yaitu membuat kesimpulan yang spesifik
tanpa adanya bukti dan fakta yang mendukung atau bahkan
bertolakbelakang dengan kenyataan.
2. Selective Abstraction yaitu mempersepsikan suatu situasi
keluar dari konteksnya atau tidak sesuai dengan keadaan

DISTORSI sebenarnya.
3. Overgeneralization yaitu mengabstraksikan aturan-aturan
KOGNITIF umum dari suatu kejadian dan mengaplikasikannya pada
situasi yg lebih luas bahkan yg tidak terkait.

4. Magnifikasi dan meminimalisir yaitu memandang sesuatu


sebagai peristiwa yang luar biasa atau malah peristiwa yang
tidak penting.
5. Personalization yaitu menghubungkan kejadian terhadap diri
sendiri tanpa adanya bukti yang mendukung hubungan yang
menyebabkan peristiwa tersebut.
6. Dichotomous Thinking yaitu mengkategorisasikan
pengalaman menjadi satu atau dua kelompok ekstrem yaitu
kelompok yang sukses atau kelompok yang gagal.
DISTORSI 7. Pernyataan harus yaitu jika individu mencoba memotivasi
KOGNITIF diri sendiri dan terbebani oleh kata-kata “saya harus mampu”
atau “saya harus dapat”..
8. Mendiskualifikasi yang positif yaitu individu menolak
pengalaman positif dan menganggap bahwa hal tersebut
bukanlah sesuatu yang berarti, sedangkan pengalaman negatif
dianggap sebagai suatu masalah yang berarti.
 Teknik yang digunakan dalam terapi kognitif utamanya diarahkan untuk
memperbaiki kesalahan dan bias dalam pemrosesan informasi serta
mengubah keyakinan inti yang mendukung keputusan yang salah.
 Teknik kognitif yang murni berfokus pada identifikasi dan pengujian
keyakinan klien, menggali asal-usul dan dasar klien, mengoreksi klien jika
klien gagal melakukan tes empiris dan logis atau gagal dalam pemecahan
masalah.
Teknik Teknik  Contohnya, beberapa keyakinan terikat pada satu budaya, peran gender,
Dalam agama, dan status sosialekonomi. Terapi dapat diarahkan pada pemecahan

Psikoterapi masalah dengan memahami bagaimana keyakinan keyakinan tersebut


memengaruhi klien. Keyakinan inti digali dalam pola-pola yang sama dan
Kognitif diuji keakuratan dan kesesuaiannya. Klien yang menemukan bahwa
keyakinan-keyakinan tersebut tidak akurat didorong untuk mencoba
perangkat keyakinan-keyakinan yang berbeda untuk menentukan apakah
keyakinan-keyakinan tersebut lebih akurat dan fungsional.
 Terapi kognitif juga menggunakan teknik behavioral seperti pelatihan
keterampilan (misalnya relaksasi, pelatihan asertivitas, pelatihan
keterampilan sosial), bermain peran, pelatihan perilaku, dan terapi eksposur.
 Penemu/pengembang Terapi Kognitif
Aaron Beck (1921) seorang psikiater, diakui sebagai penemu terapi kognitif (CT).
Pekerjaan pertamanya dimulai kira-kira pada masa bersamaan dengan Ellis. Seperti
Ellis, pada awalnya dia dilatih untuk menjaji psikoanalitis dan baru merumuskan dan
baru merumuskan gagasannya mengenai CT setelah melakukan penelitian tentang

1. keefektifan teori psikoanalisis yang digunakan dalam perawatan depresi, yang


menurutnya masih belum cukup baik
Terapi Kognitif  Sudut Pandang tentang Sifat Manusia

(CT) Beck mengatakan bahwa persepsi dan pengalaman adalah “proses aktif yang
melibatkan data inspektif dan inntrospektif. Lebih jauh lagi, bagaimana seseorang
“menjelaskan suatu situasi pada umumnya terlihat pada kognisinya (pikiran dan
gambaran visual)”. Oleh karena itu, tingkah laku yang tidak ifungsional disebabkan
oleh pikiran yang tidak fungsional. Jika keyakinan tidak diubah, tidak ada kemajuan
dalam tingkah laku atau simtom seseorang. Jika keyakinan berubah, simtom dan
tingkah laku juga akan berubah.
 Peranan Konselor Konselor CT aktif di dalam sesi konseling. Dia
bekerja dengan klien untuk membuat pikiran terselubung menjadi lebih
terbuka. Proses ini sangat penting dalam memeriksa kognisi yang sudah
bersifat otomatis, seperti misalnya “semua orang menganggap saya
membosankan.”
CT
(Cognitive  Tujuan Pusat tujuan CT adalah memeriksa dan mengubah pikiran yang
belum teramati dan negatif. Konselor CT khususnya berfokus pada
Therapy) distorsi kognitif yang berlebihan, seperti pola pikir semua atau tidak
sama sekali, prediksi negatif, generalisasi berlebihan, melabeli diri
sendiri, mengkritik diri sendiri, dan personalisasi (misalnya, mengambil
peristiwa yang tidak berhubungan dengan individu tersebut dan
membuatnya menjadi berarti; “selalu saja hujjan kalau saya ingin
bermain tenis”).
Teknik yang terkelompokkan pada skill intervensi kognitif antara lain:
 Eliciting thought: menolong klien untuk membedakan antara pikiran dan
perasaan serta untuk mengekspresikan pendapat, keyakinan, aturan-aturan diri,
dan lain-lain.
 Modifying thoughts: menolong klien mengubah pola-pola berpikir ketika hal itu
dianggap cocok/tepat.
 Problem solving: menolong klien untuk mengidentifikasi bagaimana dia
memecahkan masalah, mengevaluasi proses, dan mengembangkan strategi

CT pemecahan masalah yang lebih efektif.


 Information giving: menentukan informasi apa yang klien perlukan untuk
membuat putusan dan menolong klien mendapatkan informasi. Decision Making:
menolong klien mengembangkan praktek membuat keputusan.
 A-B-C Analysis, menolong klien untuk menganalisis pola-pola pikirnya. Analisis
didasarkan pada A= activating event (peristiwa yang terjadi), B=beliefs
(keyakinan), C=Emotional and Behavior consequence (konsekuensi emosi dan
perilaku). Bahwa problem emosi dan perilaku muncul bukan karena peristiwa 10
itu sendiri melainkan pada keyakinan atau cara pandang klien terhadap peristiwa.
 Disputation, menentang proses berpikir dan berperilaku klien
 Desibles and countering intervention, mengintervensi dan mengganti atau
melawan pikiran-pikiran yang berhubungan dengan gangguan perasaan.
 Cognitive restructuring, menolong klien untuk mengidentifikasi dan mengganti
pernyataan diri negatifnya
 Thought stopping, membantu klien untuk mengembangkan cara menghentikan
Lanjutan teknik pikiran destruktif dan tidak produktif tentang diri dan orang lain
 Positive self talk, menunjukkan kepada klien cara-Cara menggantikan self talk
negatifnya dengan self talk yang positif (membangun keyakinan)

CT  Anchoring, menolong klien untuk mengganti reaksi yang tidak mendukung


terhadap situasi dengan respon yang positif dan mendukung terhadap situasi.
 Reframing, membantu klien untuk mengenal penafsiran yang lebih realistis dan
konstruktif terhadap peristiwa yang diinterpretasikan secara negative
 Symptom prescription, menentang klien yang nyata-nyata rendah kontrolnya
terhadap masalah dengan kepemilikan prakarsa terhadap masalah.
Gladding (2012) mengemukakan Terapi kognitif mempunyai sejumlah kekuatan dan telah
memberikan konstribusi pada konseling sebagai berikut:

 CT telah diadaptasikan pada berbagai macam penyimpangan,, termasuk depresi dan


ansetas (Puterbaugh, 2006).

 CT telah menelurkan, dalam hubungan dengan terapi tingkah laku-kognitif, terapi


tingkah laku dialektikal, suatu perawatan psikososial untuk individu yang beresiko
menyakiti diri sendiri seperti,  misalnya orang yang didiagnosis memiliki
penyimpangan kepribadian bordeline (BDP-bordeline personality disorder). Tujuannya
adalah untuk membantu klien agar dapat lebih peduli dan menerima hal-hal yang tidak

Kekuatan dapat diubah dengan mudah, dan menjalani hidup dengan layak (Day, 2008).

 CT dapat diterpkan alam berbagai lingkungan budaya. Misalnya, model terapi kognitif
CT Beck diperkenalkan di China pada tahun 1989, dan variannya telah menjadi populer di
sana sejak saat itu. (Chang, Tong, Shi, & Zeng, 2005).

 CT adalah terapi yang berdasarkan pada bukti, telah diteliti dengan baik, terbukti
efektif bagi klien  dari berbagai latar belakang.

 CT telah menelurkan sejumlah instrumen klinis yang penting dan berguna termasuk
Beck Anxiety Inventory, Beck Hopelessness Scale, dan Beck Depression Scale (Beck
& Weishaar dalam Gladding 2012).

 CT memiliki sejumlah pusat latihan di Amerika Serikat dan Eropa termasuk Beck
Institute di Bala Cynwyd, Pennsylvania (Beck & Weisheer, 2008).
Terapi kognitif mempunyai beberapa keterbatasan yang diantaranya
adalah sebagai berikut:
 CT adalah pendekatan yang terstruktur dan menuntut klien untuk
aktif, yang  sering kali artinya klien harus menyelesaikan pekerjaan
rumah yang diberikan konselor.

Keterbatasan  CT bukanlah terapi yang tepat untuk orang yang mencari pendekatan
yang tidak terstruktur, berorientasi pada pencrahan, dan tidak
CT membutuhkan partisipsi penuh dari klien (Selugman, 2006).
 CT pada dasarnya bersifat kogntif dan biasanya bukanlah pendekatan
yang tepat bagi orang yang kurang cerdas, atau tidak mempunyai
motivasi untuk berubah.
 CT menuntut Konselor dan klien, aktif dan inovatif. Pendekatan ini
lebih kompleks daripada yang tampak dari luar.
Konsep-Konsep Utama

 TRE adalah psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan
potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan
jahat. TRE menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi
aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan
masyarakatnya. Bagaimanapun,menurut TRE  manusia dilahirkan dengan kecenderungan
untuk mendesakkan pemenuhan keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat dan
kebutuhan dalam hidupnya.
2.  TRE menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara simultan.
Terapi Rasional- Jarang manusia beremosi tanpa berpikir sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh

Emosi (TRE)
persepsi atas suatu situasi yang spesifik. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ellis (1974)
“Ketika mereka beremosi, mereka juga berpikir dan bertindak. Ketika mereka bertindak,
mereka juga berpikir dan beremosi. Ketika mereka berpikir, mereka juga beremosi dan
bertindak”.

TRE dan Teori Kepribadian

 TRE menekankan bahwa menyalahkan adalah inti dari sebagian besar gangguan emosional.
Oleh karena itu, jika kita ingin menyembuhkan orang yang neurotik atau psikotik, kita
harus menghentikan penyalahan diri dan penyalahan terhadap orang lain yang ada pada
orang tersebut. Orang perlu menerima dirinya sendiri dengan segala kekurangannya.
 Teknik TRE yang esensial adalah mengajar secara efektif-direktif. Segera
setelah terapi dimulai, terapis memainkan  peran sebagai  pengajar yang aktif
untuk mereeduksi klien. Terapis menunjukkan penyebab ketidklogisan
gangguan-gangguan yang dialami klien dan verbalisasi-verbalisasi diri yang
telah mengekalkan gangguan-gangguan dalam hidup klien.

 TRE adalah suatu proses didktik dan karenanya menekankan metode-metose


kognitif. Ellis (dalam Corey, 2013) menunjukkan bahwa penggunaan metode-
Teknik-teknik metode terapi tingkah laku seperti pelaksanaan pekerjaan rumah,

dan Prosedur- pengomdisian operan, hipnoterapi, dan latihan asertif cenderung


digunakan secara efektif-direktif dimana terapis lebih banyak berperan
prosedur utama sebagai guru dibandingkan sebagai pasangan berelasi secara intens.
TRE  Dalam memelihara semangat didaktik, penggunaan aktivitas “melaksanakan
pekerjaan rumah” telah dimasukkan sebagai bagian yang integral dan praktek
TRE (Ellis dalam Corey, 2013). Pelaksanaan pekerjaan rumah dimaksudkan
untuk membantu klien dalam upayanya mempraktekkan perlawanan atas
ketakutan-ketakutan yang irasional. Metodologi pekerjaan rumahnya
berlandaskan proses desensitisasi dan sering dijalankan dengan mengikuti
suatu hierarki tugas-tugas yang bertingkat yang kesulitannya secara perlahan
meningkat.
 Cognitive Restructuring adalah sebuah teknik yang lahir dari terapi kognitif
dan biasanya dikaitkan dengan karya Albert Ellis, Aaton Beck, dan Don
Meichenbaum.
 Kadang-kadang teknik ini disebut correcting cognitivedistortions
(mengoreksi distorsi kognitif). Cognitive restructuring melibatkan

3. penerapan prinsip-prinsip belajar pada pikiran.


 Teknik ini dirancang untuk membantu mencapai respons emosional yang
Teknik Cognitive lebih baik dengan mengubah kebiasaan penilaian habitual sedemikian rupa
Restructuring shingga menjadi tidak terlalu terbias
 Strategi cognitive restructuring didasarkan pada dua  asumsi;
(1) pikiran irasional dan kognisi defektif menghasilkan self-defeatingbehaviors
(perilaku disengaja yang memilki efek negatif pada diri sendiri.
(2) pikiran dan pernyataan tentang diri sendiri dapat diubah melalui perubahan
pandangan dan kognisi personal . Biasanya, konselor profesional
menggunakan cognitive restructuring dengan klien yang membutuhkan
bantuan untuk mengganti pikiran dan interpretasi negatif dengan pikiran dan
tindakan yang lebih positif.
1. Kumpulkan Informasi latar belakang untuk mengungkapkan bagaimana
klien menangani masalah di masa lalu maupun saat ini.
2. Bantu klien dalam menjadi sadar akan proses pikirannya. Diskusikan
contoh-contoh kehidupan nyata yang mendukung kesimpulan klien dan
diskusikan berbagai interpretasi yang berbeda tentang bukti yang ada.
3. Periksa proses berpikir rasional klien, yang memfokuskan bagaimana
pikiran klien mempengaruhi kesejahteraannya. Konselor profesional
Cara dapat membesar-besarkan pemikiran irasional untuk  membuat poinnya
Mengimplementa- lebih terlihat bagi klien.
sikan Teknik 4. Memberikan bantuan kepada klien untuk mengevaluasi keyakinan klie
Cognitive tentang pola-pola pikiran logis klien sendiri dan orang lain.
Restructuring 5. Membantu klien belajar mengubah keyakinan dan asumsi internalnya.
6. Ulangi proses pikiran rasional sekali lag, kali ini dengan mengajarkan
tentang aspek-aspek penting kepada klien dengan menggunakan cntoh-
contoh kehidupan nyata. Bantu klien membentuk tujuan-tujuan yang
masuk akal yang akan bisa dicapai oleh klien.
7. “Kombinasikan thought stopping dengan simulasi, PR (pekerjaan
rumah) dan relaksi sampai pola-pola logis benar-benar terbentuk.”
 Di dalam RT disebutkan bahwa pembelajaran manusia adalah proses seumur
hidup yang berdasarkan pada pilihan.  Jika individu tidak belajar sesuatu di
awal kehidupan, seperti bagaimana cara berhubungan dengan orang lain, dia
dapat memilih untuk mempelajarinya nanti. Pada prosesnya dia dapat
TERAPI mengubah identitas dan caranya berperilaku

REALITAS  Konselor bertindak khusunya sebagai guru dan model,menerima klien


dengan hangat dan penuh keterobatan serta menciptakan suatu lingkungan
yang memungkinkan terjadinya konseling. Konselor berupaya membangun
hubungan dengan klien dengan mengembangkan kepercayaan melalui
keramahan, ketegasan, kejujuran
 Membantu klien menjadi rasional dan memiliki mental yang kuat, serta menyadari
bahwa dia mempnai pilihan dalam memperlakukan dirinya dan orang lain.
 Untuk membantu klien mengklarifikasi apa yang diinginkannya dalam kehidupannya.
Menyadari cita-cita hidup sangatlah penting agar manusia dapat bertindak secara
bertanggung jawab. Dalam menilai cita-cita, ahli terapi realitas membantu klien
memeriksa asset pribadi selain dukungan lingkungan dan penghambatnya.  Klien yang
bertanggung jawab untuk memilih perilaku yang memenuhi kebutuhan pribadi
 Membantu klien merumuskan rencana yang realistis untuk mencapai kebutuhan dan
harapan pribadi.
TUJUAN  Membuat konselor terlibat dengan klien dalam hubungan yang penuh makna. Hubungan

RT ini di dasarkan pada pemahaman, penerimaan, empati dan  kemauan konselor untuk
mengekspresikan keyakinannya akan kemampuan klien untuk berubah.
 Difokuskan pada perilaku dan masa sekarang. Glasser (dalam Gladding, 2012) percaya
bahwa perilaku (misalna, pikiran dan tindakan) berhubungan erat dengan perasaan dan
fisiologi. Sehingga perubahan dalam perilaku juga membawa perubahan positif lainnya.
 menghapus hukuman dan dalih dari kehidupan klien. ering kali, klien berdalih bahwa dia
tidak dapat menjalankan rencana karena takut terkena hukuman jika gagal, baik dari
konselor maupun orang-orang di lingkungan luar. Terapi realitas membantu klien
memformulasikan suatu rencana baru, jika rencana lama tidak berjalan dengan baik.
Aplikasi pendekatan kognitif (Burns, 1988) yang diberikan pada subjek
adalah membuat kritik diri. Prosedur yang ditempuh dalam teknik ini
adalah:
 Menerangkan kaitan antara pikiran, perasaan, dan perilaku yang menjadi
APLIKASI skema dasar dari permasalahan yang dihadapi subjek
PSIKOTERAPI  Mengenali serta mencatat pikiran-pikiran yang sifatnya mengkritik diri
KOGNITIF  Meminta subjek untuk memantau pikiran-pikirannya
 Mendiskusikan pikiran-pikiran yang telah dituliskan subjek
 Memberikan reinfocement positif dan mengubah pola pikir subjek dari
negatif ke positif.
 Terapi kognitif terdiri dari pengalaman belajar yang sangat spesifik
dirancang untuk mengajarkan pasien: untuk memantau pikiran-
pikiran negatif, pikiran-pikiran otomatis mereka
 Untuk mengenali hubungan antara kognisi dan perilaku
 Untuk memeriksa bukti-bukti yang mendukung dan menentang
Treatment pikiran-pikiran otomatis terdistorsi
 Untuk menggantikan interpretasi realitas berorientasi bias kognisi
 Belajar untuk mengidentifikasi dan mengubah keyakinan yang
mempengaruhi mereka untuk mendistorsi pengalaman mereka
(Beck, Rush, et al., 1979). Teknik kognitif dan perilaku yang
digunakan dalam terapi kognitif keduanya digunakan untuk
mencapai suatu tujuan. Teknik yang digunakan pada waktu tertentu
tergantung pada tingkat pasien dari fungsi dan gejala tertentu serta
masalah yang disajikan.
Kelebihan dan kekurangan pengaplikasian pendekatan kognitif dalam
psikoterapi
 Menurut Leahy (dalam Corey, 2009), kelebihan dari terapi kognitif
yaitu:
 Berhasil menangani permasalahan yang dialami klien
 Efektif, fokus, dan praktis mengatasi masalah tertentu
 Tidak sulit dan rumit dalam memfasilitasi klien mengatasi masalahnya
KELEBIHAN  Waktu yang digunakan dalam proses terapi relatif singkat
DAN
KEKURANGA Menurut Corey (2009), kelemahan dari terapi kognitif yaitu:

N  Terlalu berlebihan menitikberatkan pada berpikir positif


 Terapi yang dilakukan terlalu dangkal dan sederhana
 Menolak pentingnya masa lalu klien
 Terlalu berorientasi pada teknik
 Bekerja menghilangkan gejala namun gagal mengeksplorasi hal-hal
penting yang menyebabkan kesulitan
 Mengabaikan faktor perasaan
 Mengambil contoh kasus pengaplikasian pendekatan kognitif dalam
psikoterapi yang telah dilakukan oleh Wahyudi (2019: 82-97) yang
CONTOH berjudul “Proses Penerapan Terapi Positive Self Talk dan Doa
KASUS dengan Pendekatan Cognitive Behaviour Therapy untuk Menangani
Masalah Prokrastinasi”
a) Identifikasi masalah
1. Wawancara dengan subyek
2. Wawancara dengan teman subyek

b) Diagnosis
1. Anggapan bahwa beratnya tugas yang harus dia kerjakan

CONTOH 2. Adanya dosen yang tidak dia senangi gaya mengajarnya


sehingga subyek menolak untuk mengerjakan tugas pemberian
KASUS dosen tersebut, namun akhirnya terpaksa untuk
mengerjakannya.
3. Sifat moody yang dimiliki subyek sehingga mengerjakan
tugas hanya jika lagi ingin
4. Subyek memiliki motivasi diri yang rendah sehingga tidak
bisa menyatakan semangat kepada diri sendiri
c) Prognosis
1. Konselor memberikan motivas
2. Meminta konseli untuk relaksasi
3. Mengucapkan Positive Self Talk
4. Mengucapkan terapi doa yang diberikan
5. Melakukan evaluasi dan diskusi tentang terapi yang dilakukan
CONTOH
KASUS d) Treatment
1. Memberikan motivasi.
2. Melakukan relaksasi.
3. Mengucapkan Positive Self Talk dan terapi doa yang
diberikan.
4. Pemberian Tugas.
e) Evaluasi
1. Subyek merasa lebih semangat dan ikhlas untuk mengerjakan tugas
yang ada
2. Subyek mampu memberikan motivasi kepada dirinya dengan
memberikan pernyataan positif
3. Subyek merasakan perubahan lebih bahagia sebelum dan setelah
bangun tidur karena mengucapkan Positive Self Talk dan doa

CONTOH 4. Subyek bisa mengatur jadwal untuk menyelesaikan tugas danmembagi

KASUS waktu dengan kegiatan lainnya

f). Follow Up
5. Melakukan Positive Self Talk setiap malam sebelum tidur dan pagi
saat
6. Mengamalkan doa yang diberikan setiap selesai salat
7. Membuat jadwal rencana kegiatan agar bisa mengatur waktu dengan
baik

Anda mungkin juga menyukai