Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR NAMA KELOMPOK :

Ketua Kelompok : Rico Renaldi – 02011381924374

Wakil : Salsabilla Oktaverena – 02011181924070

Sekretaris : Lavia Azzahra Lubis – 02011381924429

Anggota Kelompok :

1. Adella Riani – 02011381924461

2. M. Aldi Putra Pratama – 02011381924376

3. M. Fauzan Bagus Firdausy – 02011281924161

4. M.Hafizh Zhafir – 02011381924432

5. Muhammad Redho Pratama – 02011381924458

6. Panji Yudistira – 02011381924370

7. Moch Al Farabby – 02011381924283


Latar Belakang Perubahan UUD 1945
 Desakan masa kemelut politik dan krisis kepercayaan yang karena krisis moneter tahun 1997 sehingga
menampakkan kelemahan sistemik UUD 1945 yang asli yang tidak mampu memberi jalan keluar mengatasi
keadaan. Pada dasarnya, ketidakmampuan itu bukan karena kesalahan UUD 1945, tetapi juga kebijakan
Pemerintah dan ketidakmampuan Presiden serta pejabat pemerintahan, serta tidak adanya dukungan dan
kepercayaan masyarakat luas.
 Sistem MPR yang berlaku masa itu adalah pelaksana tertinggi kedaulatan rakyat dan Presiden sebagai
pelaksana kekuasaan tertinggi di bawah dan bertanggung jawab kepada (untergerordnet) MPR sehingga
terpaksa melakukan rekayasa kepada Presiden Suharto untuk menguasai MPR agar pemerintahan tidak labil.
 Suharto berhasil merekayasa sistem MPR dengan membentuk kekuatan 3-jalur, ABRI-GOLKAR-KORPRI
yang menguasai MPR dan Pak Harto sebagai pemimpin ke-3 jalur itu (Panglima Tertinggi ABRI). Dengan
demikian, walau Presiden bertunduk dan bertanggung jawab pada MPR namun Suharto yang mengendalikan
MPR. Dengan konstruksi demikian, Pak Harto berhasil berkuasa selama lebih dari 30 tahun dengan membawa
kemajuan dalam pembangunan, tetapi berdampak pada hilangnya kontrol dan kebebasan, termasuk
kebebasan pers, dan kenyataan kekuasaan itu tamak (power tends to corrupt) sehingga telah melahirkan
banyak penyimpangan dan menghilangkan dukungan yang ikhlas (genuine) dan kepercayaan rakyat pada
kepemimpinan beliau.
 Dunia berubah dengan cepat. Kemajuan teknologi dan transportasi mendesakkan perubahan, Informasi
dengan cepat menyebar dan dapat merasuk kemana saja telah menerapkan politik ekonomi pasar untuk
menakik kemajuan dunia guna membangun negeri dan untuk menghadapi perubahan tantangan yang
demikian keras dan mendasar, setiap bangsa harus berusaha melengkapi diri dengan sistem yang dapat
membangun kepercayaan dan dukungan rakyatnya. UUD 1945 perlu diperbaiki, agar tujuan merdeka, dapat
diwujudkan melalui struktur dan prosedur bernegara yang lebih handal, yaitu melalui perubahan pasal dan
ayatnya.
Pada Saat Pemerintahan Orde Lama
 
Pelaksanaan UUD 1945 pasca-Dekrit Presiden 5 Juli 1959 cenderung terjadi
penyimpangan sebagai berikut.
1. Pembentukan lembaga negara yang setingkat atau bahkan lebih tinggi dan Presiden
seperti MPRS, DPR, DPAS, dan MA, dan anggotaa nggotanya ditunjuk oleh Presiden.
Inisalnya, DPR dibentuk berdasar Penetapan Presiden No.1 Tahun 1959 dan
pembentukan MPRS dengan Penetapan Presiden No.2 Tahun 1959.
2. Jabatan ketua lembaga negara dirangkap oleh para menteri. Bahkan DPAS yang
dilantik pada tanggal 15 Agustus 1959 diketuai sendiri oleh Presiden Soekarno. Hal
ini jelas tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dalam UUD 1945.
3. Pemerintahan inkonstitusional artinya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang
tertuang di dalam konstitusi maupun dasar negara Pancasila. Inisalnya. Tap No.
lII/MPRS/1 963 tentang Pengangkatan Presiden Soekarno Seumur Hidup.
4. Presiden membubarkan DPR hasil peinilu. Padahal berdasarkan UUD, kedudukan
DPR kuat dan tidak bisa dibubarkan oleh presiden. Hal ini terjadi pada tanggal 5
Maret 1960.
5. Lembaga-lembaga negara dan pemerintahan harus berasas Nasakom (Nasionalisme,
Agama. dan Komunisme). Hal ini jelas tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Pada Saat Pemerintahan Orde Baru
Penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan ketatanegaraan Indonesia saat itu mendorong
lahirnya Orde Baru. Orde Baru adalah semangat dan tekad untuk melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dengan semangat tersebut, seluruh kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan negara dan kegiatan hidup bermasyarakat dan berbangsa
seharusnya dijalankan sesuai dengan tata aturan yang bersumber dan Pancasila dan UUD 1945.
Masa Orde Baru pernah tenwujud kestabilan pemerintahan. Hal ini terbukti dengan
terselenggaranya peinilu secara teratur. Terwujudnya program pembangunan yang terrah dan
terpadu dengan program jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Orde Baru
telah meletakkan dasar-dasar pembangunan nasional.

Pemerintahan Orde Baru yang berkuasa sangat lama (32 tahun) telah membentuk sistem
pemerintahan yang mayoritas dikuasai oleh satu partai. Hal ini menimbulkan kelemahan kontrol
sosial atau pengawasan masyarakat. Pelaksanaan UUD 1945 pada masa itu memiliki beberapa
ciri berikut.
1. UUD, 1945 yang hanya mengatur landasan pokok ditafsirkan sesuai keinginan penguasa
yang 1 menguntungkan penguasa dan kurang berpihak pada kepentingan rakyat.
2. UUD 1945 yang memberi porsi yang sangat kuat pada pemerintah dan wewenang DPR yang
sangat lemah menimbulkan upaya penyakralan terhadap UUD J945. Artinya, UUD 1945 tidak
dapat diubah atau paling tidak dipersulit pengubahannya agar tetap melanggengkan
kekuasaan.
Gagasan Amandemen UUD 1945
 Gagasan mengenai amandemen UUD 1945 ini telah dilontarkan oleh berbagai pihak, bahkan mereka
telah mulai melakukan langkah-Iangkah Untuk mengamandemen UUD 1945. Terdapat beberapa faktor
yang menjadi pendorong kuat bagi ide Penyempurnaan UUD 1945 adalah keinginan untuk meperkuat
kedudukan UUD 1945 sebagai penjaga dan dasar pelaksana prinsip demokrasi, prinsip negara
berdasarkan atas hukum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia . Berkembangnya gagasan
untuk mengamandemen UUD 1945 itu didorong pula oleh semangat reformasi total dan yang disuarakan
secara luas oleh masyarakat karena kenyataan menunjukkan bahwa UUD 1945 itu sendiri mengandung
beberapa kekurangan. Sebagai karya manusia dari para pendiri-pendiri negara Republik Indonesia
(founding fathers) ini kekurangan-kekurangan UUD 1945 dikaitkan dengan tuntutan masyarakat dan
bangsa dewasa in dapat berupa :
 Pertama, struktur UUD 1945 menempatkan dan memberikan Kekuasaan yang amat besar terhadap

pemegang kekuasaan Eksekutif (Concentration of Power and Responsibility upon the President).
 Kedua, struktur UUD 1945 tidak cukup memuat dan menjamin Pelaksanaan sistem “check and balance”

untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan atau suatu tindakan yang melampaui wewenang.
 Ketiga, Terdapat beberapa ketentuan yang tidak jelas (vague) yang Membuka peluang penafsiran yang

bertentangan dengan prinsip negara berdasarkan konstitusi .


 Keempat, Struktur UUD 1945 banyak mengatur pendelegasian ke dalam undang-undang organik tanpa

disertai arahan tertentu materi muataan yang harus diikuti atau dipedomani.
 Kelima, Tidak ada kelaziman UUD memiliki penjelasan resmi.
 Keenam. Berkaitan dengan kekosongan materi muatan, seperti HAM, masa jabatan Presiden dan

pembatasaan waktu pengesahan RUU oleh Presiden.


Reformasi Konsitusi
 Pada masa reformasi sekarang ini dikaitkan dengan kebutuhan mempersiapkan tatanan hukum di masa
mendatang. Makin disadari perlu mempertimbangkan diadakannya upaya terhadap penyempurnaan
terhadap beberapa bagian materi UUD 1945 sendiri. Artinya tuntutan untuk "perubahan" UUD 1945 dan
tidak bermaksud melakukan "penggantian" secara total adalah suatu tuntutan reformasi yang tidak dapat
kita elakkan. Dari sejarah konstitusi kita dapat maklumi bahwa UUD 1945 itu sendiri ketika disusun pada
tahun 1945 memang dimaksudkan sebagai konstitusi yang bersifat sementara dan disusun dalam waktu
yang sangat singkat. Karena itu tidak semua hal-hal penting yang menjadi materi muatan konstitusi
termuat di dalamnya apalagi dikaitkan dengan kebutuhan yang timbul karena perkembangan masyarakat
dewasa ini dan di masa mendatang, maka ide perubahan dan penyempurnaan terhadap materi UUD 1945
tidak dapat diabaikan begitu saja. Di samping itu selama 32 tahun pemerintahan Orde Baru sebagai
akibat penyalahgunaan dan penyelewengan konstitusi yang oleh rezim Orde Baru UUD 1945 mengalami
proses "sakralisasi" sebagai konstitusi yang seakan-akan tidak dapat berubah . Setiap kali ada ide
perubahan selalu dihadapi dengan "kecemasan" dan "ketakutan " sehingga mendorong munculnya
berbagai ketentuan yang membatasi dan menghalang-halangi upaya perubahan itu , seperti dengan
memperkenalkan "sistem referendum" dan lahirnya Tap-Tap MPR yang menjamin kehendak politik
penguasa yang mempengaruhi wakil-wakil rakyat di MPR untuk tidak mengubah UUD 1945. Suasana
"sakral" yang menyelimuti UUD 1945 itu menyebabkan konstitusi menjadi instrumen intimidasi dan
pemaksaan melalui hegemoni Makna-makna dalam sistem dan kultur kekuasaan Orde Baru. Keadaan
dan suasana semacam inilah yang pada dasarnya yang diruntuhkan oleh gelombang reformasi dan
demokratisasi yang berpuncak pada pengunduran diri Suharto sebagai Presiden. Ini suatu pelajaran yang
perlu diambil oleh bangsa Indonesia. Maka oleh karena itu dalam upaya reformasi hukum nasional sudah
Muncul ide-ide atau gagasan-gagasan untuk mengadakan amandemen terhadap UUD 1945
Proses Perubahan Pasal/Ayat beserta hasil Amandemen
UUD 1945
Proses Amandemen (1) Negara Indonesia ialah Negara kesatuan
UNDANG-UNDANG DASAR yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan
PASAL
BAB I 1 di lakukan sepenuhnya oleh Majelis
Bentuk dan Permusyawaratan Rakyat.
Kedaulatan

Perubahan ketiga tahun 2001 Pasal 1 Ayat (2) diubah


dan di tambah satu ayat menjadi

(1) Negara Indonesia ialah Negara


Kesatuan yang berbentuk
Republik. (2) Kedaulatan berada di tangan rakyat
(2) Kedaulatan berada di tangan dan dilaksanakan menurut Undang-
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Dasar.
Undang-Undang Dasar (3) Negara Indonesia adalah negara
hukum.
(3) Negara Indonesiabadalah negara
hukum.

(Pada point 2 dan 3 disahkan pada


10 November 2001).
.
BAB II Pasal 2
Majelis Permusyawaratan
Rakyat
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas
anggota anggota Dewan Perwakilan Rakyat
ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-
daerah dan golongan-golongan menurut aturan
yang ditetapkan dengan undang-undang.

Perubahan ke-4 tahun 2002 pasal 2 ayat 1 diubah menjadi

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan


Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui
pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima
tahun ibu kota negara
(3) Segala putusan majelis permusyawaratan rakyat ditetapkan dengan suara
terbanyak.

(Perubahan ini disahkan 10 Agustus 2002).


Pasal 3

Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan undang-


undang dasar dan garis-garis besar daripada haluan
negara

Perubahan ketiga tahun 2001 pasal 3 diubah


dan ditambahkan 3 ayat menjadi

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat


berwenang mengubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar.
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik
Disahkan 10 November
2001
Presiden dan/wakil Presiden.
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya
dapat memberhentikan Presiden dan/wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut
Undang-Undang Dasar.
Pasal 20

(1) Tiap-tiap undang-undang (1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan


menghendaki persetujuan membentuk undang-undang.
Dewan Perwakilan Rakyat. (2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh
(2) Jika sesuatu rancangan Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
undang-undang tidak mendapat persetujuan bersama.
mendapat persetujuan Dewan (3) Jika rancangan undang-undang itu tidak
Perwakilan Rakyat, maka mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-
rancangan tadi tidak boleh undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam
dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
persidangan Dewan (4) Presiden mengesahkan rancangan undang-
Perwakilan Rakyat masa itu. undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi
undang-undang. Diubah menjadi:
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah
disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh
Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak
Diubah rancangan undang-undang tersebut disetujui,
menjadi rancangan undang-undang tersebut sah menjadi
undang-undang dan wajib diundangkan.
BAB X Pasal 26
WARGA NEGARA

(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa


Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara.
Perubahan
kedua tahun (2) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur
2000 judul dengan undang-undang.
bab diubah
menjadi
Warga
Negara dan Pasal 26 ayat (2) diubah dan ditambah satu ayat
Penduduk menjadi

(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan


Disahkan pada 18 Agustus orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
tahun 2000 (3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk
diatur dengan undang-undang.
BAB XII PERTAHANAN DAN
KEAMANAN NEGARA
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
Pasal 30 rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan
utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
(1) Tiap-tiap warga negara (3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan
berhak dan wajib ikut serta Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, sebagai alat
dalam usaha pembelaan negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan
negara. memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat
(2) Syarat-syarat tentang
negara yang menjaga keamanan dan ketertiban
pembelaan diatur dengan masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
undang-undang. masyarakat serta menegakkan hukum
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia,
Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan
kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan
Diubah menjadi tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-
hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur
dengan undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai