Anda di halaman 1dari 29

HUBUNGAN STUKTUR & PENGEMBANGAN

SENYAWA AGONIS & ANTAGONIS

KELOMPOK II
ASHAR FIRMAN SYAH 17.201.007
VINNY CHRISTIN ODU 17.201.019
 Senyawa agonis adalah senyawa yang dapat
Agonis dan menghasilkan respon biologis tertentu serupa
dengan senyawa agonis endogen.
antagonis  Senyawa antagonis adalah senyawa yang dapat
menetralisir atau menghilangkan respon biologis
senyawa agonis. Pada umumnya senyawa
antagonis mempunyai dasar struktur yang mirip
dengan senyawa agonis.
Antagonis obat tidak hanya penting  Contoh:
untuk merancang obat atau dalam
membuat komposisi obat tetapi juga  1.      Kurare bekerja dengan memblok reseptor dari senyawa
digunakan secara luas karena banyak
aksi obat berdasarkan antagonis dengan neurotransmitter asetilkolin pada penghubung saraf otot.
agonis endogen, seperti biokatalis,
hormone, dan neurotransmitter atau  2.      Organofosfat bekerja sebagai racun saraf dan insektisida
kemungkinan bekerja sebagai dengan cara memblok enzim asetilkolinesterase sehingga kadar
antimetabolit terhadap metabolit penting
pada proses biokimia. asetilkolin dalam tubuh menjadi berlebihan.
 3.      Antihistamin bekerja dengan memblok tempat aksi
histamine endogen.
 Tujuan rancangan senyawa agonis dan antagonis adalah untuk
mengembangkan antagonis spesifik terhadap biokatalis utama
atau metabolit endogen.
 Contoh : asetilkolin dan senyawa kolinergik, histamin dan
senyawa histaminergik, norefinefrin dan senyawa α-adrenergik.
 Banyak gugus obat yang bekerja sebagai pengganti atau
This Photo by Unknown Author is
mimetic dari biokatalis, seperti hormon dan vitamin, atau
licensed under CC BY-SA
sebagai antagonis dari substrat atau produk antara proses
biokimia.
 Pengetahuan tentang agonis dan antagonis penting untuk
diketahui karena dapat digunakan untuk :
 a.       Merancang kombinasi obat, terutama dalam formulasi
obat diindustri farmasi
 b.      Pembuatan komposisi obat, terutama dalam pencampuran
obat diapotek
 c.       Merancang senyawa antagonis terhadap senyawa agonis
endogen, seperti : metabolit-metabolit, histamine-antihistamin
dan neurotransmitter-antineurotransmiter. Rancangan ini
terutama dikembangkan dibagian riset dan pengembangan.

d. Pengetahuan tentang agonis-antagonis juga penting untuk


mengetahui dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya bahaya
interaksi obat.
Berdasarkan fase kerja obat senyawa antagonis dikelompokkan sebagai
berikut
 Antagonis ini menyebabkan ketersediaan obat dalam fasa farmasetik
menurun oleh karena berkurangnya kuantitas atau jumlah bentuk aktif
obat yang dilepaskan atau menurunnya kecepatan pelepasan senyawa
1.Antagonis aktif dari sediaan farmasi.
ketrsediaan  Factor utama sebagai penyebab adalah ketidaksesuaian
farmasetik (incompatibility) antara obat-obat yang dikombinasikan dan
ketidaksesuaian kimia atau fisika.
2.Antagonis  Antagonis ini juga disebut antagonis farmakokinetik, yang

ketersediaan menyebabkan ketersediaan biologis obat menurun sehingga


kadar obat dalam darah jaringan juga menurun.
biologis
Antagonis  A.       Menurunnya absorpsi obat dalam saluran cerna
farmakokinetik dapat
 b.      Meningkatnya ekskresi obat aktif
disebabkan oleh hal-
 c.       Meningkatnya proses bioinaktivasi obat
hal sebagai berikut:
 d.      Menurunnya proses bioaktivasi obat
 e.       Menurunnya kadar obat aktif karena ada interaksi kimia
secara langsung antar obat kombinasi.
3.      Antagonis
pada tingkat
jaringan atau
plasma dan reseptor
4.Antagonis ini juga disebut
antagonis farmakodinamik,
yang mempengaruhi proses
interaksi obat dengan reseptor
spesifik, sehingga menurunkan
respons biologis obat.
 Kombinasiobat kemungkinan melibatkan campuran dua atau lebih obat dalam
satu formulasi. Penggunaan dua obat dalam formulasi yang berbeda dan
diminum bersama-sama atau penggunaan dua obat yang diminum dalam
waktu yang berbeda tetapi kemudian berada bersama-sama dalam darah. Hal-
hal diatas dapat menimbulkan masalah interaksi obat, sehingga kemungkinan
terjadi peningkatan atau penurunan efek obat (bersifat antagonis).

Kombinasi obat
 Penurunan efek satu obat oleh obat yang lain atau antagonis antar obat pada
umumnya tidak diinginkan, tetapi kadang-kadang juga diinginkan . pada
kasus penurunan efek obat yang tidak diinginkan, kobinasi obat dikatakan
tidak sesuai (incompatible).
 Bila senyawa antagonis diberikan sebelumnya dan obyek biologis menjadi
tidak sensitif terhadap obat kedua, maka terjadi proses desensitasi atau
pencegahan aksi obat.
 Bila senyawa antagonis diberikan sesudah agonis, yang dimaksudkan untuk
menghilangkan efek agonis atau efek sampingnya, maka disebut efek kuratif,
missal untuk pengobatan keracunan obat, senyawa antagonis berfungsi
sebagai antidotum.
 a.       Efek potensiasi, dengan cara:
 1)      Meningkatkan ketersediaan farmasetik
Kombinasi obat  2)      Meningkatkan ketersediaan biologis dengan proteksi
memungkinkan juga terhadap proses bionaktivasi.
dapat meningkatkan  3)      Menurunkan ekskresi obat
aktivitas obat, yaitu:  4)      Meningkatkan proses bioaktivasi.
 b.      Efek sinergisme yang berdasarkan pengaruh pada fasa
farmakodinamik . kombinasi obat digunakan apabila :
 1)      Obat-obat tersebut mempunyai efek potensiasi atau dosis
yang digunakan untuk masing-masing obat menjadi lebih
rendah dan dapat menghasilkan efek terapeutik yang sama
dengan efek samping yang kecil.
 2)      Salah satu obat yang dapat menyembuhkan infeksi
sedang obat yang lain untuk meringankan atau menghilangkan
gejala-gejala yang timbul akibat infeksi tersebut.
 Contoh: pada infeksi pernafasan, obat kemoterapi untuk
membunuh penyebab infeksi, sedang analgesic, antihistamin
dan pelega pernafasan untuk meringankan gejala-gejalanya.
 3)      Untuk mencegah resistensi mikroorganisme
 4)      Pada kasus dimana penyebab infeksi tidak dapat
diidentifikasi secara cepat, sedangpasien memerlukan
penanganan dengan segera.
 5)      Pada penyakit yang disebabkan oleh parasit, obat-obat
kobinasi yang bekerja melalui mekanismeaksi berbeda dapat
meningkatkan aktivitas terhadap mikroorganisme.
 6)      Pada kausu dimana terjadi infeksi ganda, seperti infeksi
kulit yang disebabkan oleh bakteri gram positif  dan gram
negatif atau bakteri aerob dan anaerob.
 7)      Kombinasi obat lebih murah dan lebih nyaman
penggunaannya disbanding apabila diberikan secara terpisah.
 a.       Salah satu menimbulkan efek potensiasi yang berlebihan
terhadap obat lainnya.
 b.      Salah satu obat tidak tercampurkan dengan obat yang lain
oleh karena berinteraksi secara kimia, atau karena dapat
menghambat atau bersifat antagonis terhadap efek terapetik
obat yang lain.
Kombinasi obat  c.       Pada kasus obat antiparasit, bila efek terapetik yang
menjadi tidak dihasilkan kombinasi obat tidak lebih baik dibandingkan bila
rasional atau tidak diberikan sebagai obat tunggal. Maka kombinasi tersebut dapat
diinginkan apabila: meningkatkan resistensi parasit.
 a.       Tidak ada fleksibilitas dosis
 b.      Sering terjadi dosis yang diberikan tidak cukup, sehingga
kemungkinan terjadi pengobatan yang tidak kuat
Kombinasi  obat  c.       Dapat mempengaruhi identifikasi atau diagnose penyakit
kemungkinan juga  d.      Toksisitas salah satu obat mungkin mempengaruhi dosis
mempunyai kerugian terapi dari obat yang lain.
oleh karena:  e.       Toksisitas ayng dihasilkan oleh kombinasi obat sering
diasosiasikan sebagai toksisitas salah satu obat.
 f.       Dapat terjadi reaksi kimia antar obat kombinasi selama
penyimpanan
 g.      Jarang diperlukan penggunaan lebih dari satu obat untuk
pengobatan kelainan fungsi organik.
 Oleh karena itu penggunaan kombinasi obat yang tidak benar
dapat menyebabkan keadaan atau kondisi pasien menjadi lebih
buruk
 Antagonis pada fasa farmakokinetik pada umumnya
adalah antagonis kimia atau netralisasi.
 Dasar dari antagonis kimia adalah adanya interaksi
antar obat pada obyek biologis sesudah absorpsi,
antagonis kimia akan berinteraksi dengan senyawa
C.     Antagonis agonis menghasilkan produk tidak aktif sehingga
jumlah agonis yang yang berinteraksi dengan reseptor
pada fasa menurun dan aktivitas biologis obat juga menurun.

farmakokinetik
Contoh
 A.       Antikoagulan heparin yang bersifat asam dapat
antagonis berinteraksi dengan protamin yang bersifat basa sehingga
kimia: senyawa menjadi lebih aktif
 b.      Ion merkuri(Hg++) dapat membentuk kelat yang
nonotoksik dan mudah larut dalam air dengan dimerkaprol
sehingga menjadi tidak aktif. Hal ini dapat digunakan untuk
meranccang sebagai kelat sebagai antidotum keracunan logam
berat.
 1)      Antagonis kompetitif
 Senyawa agonis dan antagonis berkompetisi dalam merebut
tempat reseptor menurun, dan aktifitas agonis akan menurun.
Hal tersebut digambarkan secara skematis sabagai berikut:
Antagonis antar
obat pada fasa
farmakodinami  Agonis (A) + Reseptor (R) → Kompleks A-
R→Stimulus→→efek biologis
k                          ↑
     Antagonis kompetitif
 Pada umumnya ada hubungan struktur agonis dengan
antagonis. Kurva hubungan antara efek biologis dengan log
dosis serupa dengan kurva pada antagonis kimia.
 Contoh:
 a.       Antihistamin dan histamine
 b.      Kolinergik dan antikolinergik
 c.       Spironolakton dan aldosterone
 Antagonis kompetitif dapat diatasi dengan meningkatkan kadar
senyawa agonis potensi antagonis kompetitif tergantung dari
afinitas senyawa terhadap reseptor.
2)Antagonis  Antagonis nonokompetitif dapat bekerja dengan mekanism
sebagai berikut:
nonkompetitif  a.       Pengukuran afinitaspada reseptor
 b.      Pengukuran afinitas intrinsic
 c.       Menghalangi transmisi impuls
 d.      Berinteraksi dengan makromolekul
3)      Kombinasi
antagonis  Kombinasi satu senyawa yang menimbulkan efek antagonis
kompetitif dan kompetitif dan nonkompetitif dengan senyawa agonis juga

nonkompetitif sering terjadi. Aksi dari komponen nonkompetitif akan terlihat


pada kadar yang tinggi dari senyawa antagonis. Efek yang
terjadi pada kurva log dosis-respons adalah pergeseran parallel
dan penekanan dari respons maksimal.
 Contoh: kombinasi antikolinergik dengan adifenin atau
kamilofen.
 Apabila dua senyawa agonis yang mempunyai efek
“berlawanan” [efek (+) dan efek (-)] diberikan secara bersama-
sama maka dapat mengubah parameter biologis, sehingga
terjadi efek antagonis.

4)      Antagonis  Antagonis fungsional adalah apabila dua senyawa agonis yang
mempunyai efek “berlawanan” bekerja pada satu sel atau
fungsional dan system yang sama, tetapi pada tempat yang berbeda.
fisiologik  Antagonis fisiologik adalah apabila dua senyawa agonis yang
mempunyai efek “berlawanan” bekerja pada organ atau
jaringan yang berbeda sehingga dihasilkan efek resultante.
 Tipe antagonis dengan karakteristik masa kerja yang panjang.
Pengikatan obat-reseptor kemungkinan bersifat selektif, tempat
reseptor hanya untuk satu tipe agonis.
5)      Antagonis  Contoh: senyawa pemblok α-adrenergik, seperti dibenamin dan
ireversibel benzilin. Dapat memblok reseptor α-adrenergik dengan
mengikat reseptor melalui ikatan kovalen.
 antagonis tipe ini cara kerjanya sangat kompleks.
 Contoh:
 Senyawa bakteriostatik, seperti tetrasiklin, kloramfenikol,
sulfonamide, eritromisin, dan linkomisin, bekerja sebagai
antibakteri dengan menghambat sintesis protein, sehingga
6) Antagonis menghambat pertumbuhan bakteri dan mematikan bakteri

tipe kompleks  Senyawa bakterisi, seperti penisilin, sefalosporin, D-sikloserin,


vankomisin, polimiksin, basitrasin, kolistin, streptomisin,
kanamisin dan neomisin, bekerja sebagai antibakteri dengan
menghambat sintesis mukopeptida yang dibutuhkan untuk
pembentukan dinding sel bakteri akibatnya dinding sel mudah lisis
dan bakteri mengalami kematian.
 apabila senyawa bakteriostatik dan bakterisid dikombinasi, efek
bakteriostatik akan menghentikan pertumbuhan sel bakteri,
sehingga senyawa bakterisidal menjadi tidak aktif terhadap bakteri.
 Agonis dan antagonis kompetitif mempunyai afinitas
terhadap reseptor yang sama dan yang berbeda adalah
Kesimpulan aktivitas intrinsiknya. Interaksi obat dengan tempat aktif
atau reseptor berdasarkan pada keseimbangan dinamik
antara sifat-sifat kimia obat dan reseptor. Oleh karena itu
hubungan antara struktur kimia dan aktivitas dapat
diprakirakan untuk obat-obat yang bekerja pada reseptor
yang sama.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia_medisinal

Anda mungkin juga menyukai