Anda di halaman 1dari 13

ADRIANUS MELIALA

Conjugal Visit :
memenuhi kebutuhan seksual
atau pengendalian perilaku
seksual narapidana
Kebutuhan Seksual & Perilaku Seksual:
Perbedaan
2

Kebutuhan Seksual Perilaku Seksual

 Berasal dari dorongan Cara belajar memenuhi


seksual (sexual drive) kebutuhan seksual,
akibat bentukan hormonal. khususnya yang
 Berusia purba, pada diterima secara sosial.
dasarnya tidak ada beda Olehkarenanya, amat
antara manusia & hewan. tergantung konteks
 Secara gradatif mulai sosial, tempat dan waktu.
Pada dasarnya perilaku
tersalurkan sejak dan
dalam proses wet bisa diubah (modifikasi)
dreaming-liking-dating- dan bisa diadakan coping
mating. (penyesuaian diri).
Skema Teoritik : Kebutuhan & Perilaku Seksual
3

Socially Learned &


Accepted

I
Sexual Drive n
Fulfillment d Time, Place &
i Context
Low High v
Demand Demand i
d
u
May be Coped &
Modified

Sexual Behavior Management


Kebutuhan Seksual : Perbedaan Cara Pandang
4

Freudian Cognitive Paradigm

 Sex itu pada dasarnya


All about coitus.
tentang perbedaan. Mulai
Indikatornya: penis- dari beda kelamin, peran
vagina dan organ- sosial hingga perilaku seks.
organ seksual lainnya.  Seks bertujuan untuk
Sama antara pria dan pemenuhan, mulai dari
rekreasi hingga prokreasi.
wanita; hanya pada
 Terkait perbedaan, kerapkali
pria jauh lebih
tidak terjadi secara wajar;
ekspresif. yang satu memaksakan dan
meng-opresi yang lain.
Tampilan Perilaku Seksual (1)
5

 Di masyarakat barat, indikator perilaku seksual adalah: aktif & tidak


aktif. Di masyarakat timur, indikatornya: menikah & tidak menikah.

 Di masyarakat barat, usia pertama kali berhubungan seks adalah 12


tahun, maka marak kampanye virginitas. Di masyarakat timur, anak
usia sama baru sampai wet dreaming dan liking.

 Klub sepakbola Inggris mengajak istri menemani para suami


bertanding. Klub Italia & Perancis melarang karena takut suami
kelelahan.

 Pendapatan serta pengunjung situs porno di internet 12 x lebih tinggi


dibanding situs manapun. Walau sudah ada UU Pornografi, penjual pil
biru dan perlengkapan seks tidak berkurang pasarnya.
Tampilan Perilaku Seksual (2)
6

Remaja (khususnya pria), atau pria yang jauh dari


istri, melakukan masturbasi – replacement.
Baby doll menjadi alat pemuas sex yang paling
digemari – substitution.
Film porno digemari pria yang belum pernah
berhubungan seks dan pria setengah baya –
projection.
Aktivitas seks pra-nikah atau diluar nikah seperti
masyarakat barat – imitating.
Kehidupan selibat di kalangan rohaniwan Katolik -
avoidance.
Perilaku Seksual Narapidana
7

 Cooptation
sodomi atas napi lain, memaksa napi
melakukan masturbasi atau oral seks bagi napi
yang lebih kuat.
 Substitution
memasang gambar wanita telanjang di dinding
tau dompet, menyimpan buku porno, berangan-
angan.
 Replacement
melakukan masturbasi secara rutin.
 Outburst mechanism
“bergerilya” dengan istri saat jam berkunjung.
 Sex visit
mendatangkan pasangan dari luar (umumnya pelacur)
Kemungkinan coping dan modifikasi atas
perilaku seksual narapidana
8

 Aktivitas fisik yang membuat narapidana sibuk dan lelah


(misalnya bekerja atau berolahraga).
 Intensitas kehidupan ibadah (yang pada dasarnya mengajak napi
untuk tidak terlena pada pencarian kenikmatan seksual yang
sesaat, apalagi menyimpang).
 Menyediakan outlet (misal: menonton musik dangdut dengan
penyanyi wanita yang bergoyang nge-bor seperti Inul dan napi
dipersilahkan berjoget).
 Family visit (kunjungan keluarga tidak semata-mata untuk
keperluan pemenuhan kebutuhan seksual).
 Time cues as operant conditioning (khususnya bagi napi yang
menjelang pembebasan, diingatkan agar bersabar dan jangan
mengotori diri dan istri).
 Jaga image (napi dari lapisan masyarakat “atas” umumnya lebih
menahan diri dalam semua jenis perilaku seksual karena gengsi
dan malu).
Kembali ke konteks
9
conjugal visit :
tepatkah jika program ini
dipilih (sebagai akomodasi
perilaku seksual) guna
memenuhi kebutuhan seksual
napi ?
Program conjugal visit : kemungkinan gagal
10

Perilaku seksual suami-istri di Indonesia tidak


ekspresif.
Ingat pengalaman panitia posko bencana yang membuat
‘kamar’ untuk suami-istri tetapi ternyata tidak dipergunakan.
Petugas lapas sendiri tidak sensitif dan setengah hati
mengeksekusi program tersebut.
Sebal karena ada ruangan dalam kantor lapas
yang “dikorbankan” untuk kepentingan tersebut.
Terjadinya praktek korupsi dan kolusi.
Akibat ketidakjelasan dan ketiadaan pengawasan terkait
siapa yang bisa memperoleh fasilitas tersebut dan kriterianya.
Pro –KontraConjugal Visit
(Alex Nefi, 1983)
11

Pro Kontra
 Merupakan diskriminasi terhadap mereka yang belum kawin
 Membantu melestarikan
 Kesulitan untuk mengetahui istri yang sah
hubungan suami-istri  Tidak membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh
 Meringankan ketegangan terpidana yang normal yang beristri
seksual  Merubah masalah hubungan heteroseksual menjadi alat
 Mengurangi terjadinya administratif
persetubuhan sesama  Kemungkinan berkembangnya penyakit-penyakit kelamin dan
jenis problem medis lainnya
 Dibutuhkan fasilitas khusus yang membebani lembaga
 Merupakan insentif  Secara keseluruhan masyarakat menentang terutama karena
untuk kelakuan baik kemungkinan dilahirkannya “bayi kesejahteraan” hasil
 Dapat mengurangi kandungan di tempat pelaksanaan pidana
pelarian dan  Merupakan stimulasi untuk meningkatkan nafsu seksual yang
menormalisasi keadaan mengakibatkan problema seksual baru (tambahan) setelah
kunjungan terjadi
Di tengah berbagai permasalahan
mendasar terkait lapas saat ini, apakah
stratejik mendorong conjugal visit?
12

KONTROVERSIAL SECARA
POLITIS
Menurut WHO (2001), dalam implementasinya perlu
ada: pemberian hak yang sama bagi napi wanita dan
napi pria; ada prosedur yang tidak merendahkan napi
di mata staf; ada tersedia kondom
Mana lebih penting?
13
Mengadakan conjugal Mengadakan conjugal
visit ATAU visit ATAU terlebih
mengupayakan family dahulu mengurangi
visit (memperbanyak & kesesakan penghuni,
memperpanjang jam tingkat dan keparahan
kunjungan keluarga, infeksi, prevalensi drugs,
pertemuan secara maraknya kekerasan,
langsung tanpa kelangkaan fasilitas dan
pembatas, akses bagi program rehabilitasi,
anak bertemu wanita tumpulnya daya
narapidana intervensi program dll.

Anda mungkin juga menyukai