Anda di halaman 1dari 24

Hernia

Definisi
Hernia merupakan suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga
melalui lubang (Oswari, 2000).

Sedangkan menurut Mutakin (2011), hernia adalah penonjolan sebuah


organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal
memang berisi bagian- bagian tersebut.

Menurut Mansoer (2000), hernia merupakan masuknya organ kedalam


rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis berobliterasi.

Sumber lain mengatakan bahwa hernia merupakan sebuah tonjolan atau


benjolan yang terjadi disalah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak ada.
Secara umum hernia merupaka tonjolan yang terjadi akibat protrusi
abnormal jaringan, organ atau bagian organ melalui struktur yang secara
normal berisi.
Epidemiologi
Klasifikasi
1. Hernia berdasarkan letaknya

A. Hernia inguinal

Hernia inguinal itu sendiri terbagi menjadi:

a.1) Indirek/ lateralis Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan
melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi
pada pria dibanding wanita. Umumnya pasien mengeluh adanya benjolan
pada selangkangan dan bisa mengecil atau menghilang saat tidur.

a.2) Direk/ medialis Hernia ini melewati dinding abdomen di area


kelemahan otot. Hernia ini disebut dierk karena langsung menuju anulus
inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan
bila pasien berdiri atau mengejan tetap akan timbul benjolan.
Klasifikasi
B. Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum
terjadi pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbatan lemak
di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik
peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk
kedalam kantung.

C. Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal Ini biasanya terjadi pada klien
gemuk atau wanita multipara. d. Insisional Batang usus atau organ lain
menonjol melalui jaringan parut lemah.
Klasifikasi
2. Berdasarkan terjadinya hernia terbagi menjadi:

A. Hernia bawaan/ konginetal


Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi
sebagai akibat dari perintah atau gangguan proses perkembangan
intrauterine – paten prosesus vaginalis adalah salah satu contohnya

B. Hernia dapatan/ akuisita


Terdapat dua tipe hernia akuisita :

1. Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :

a.1. Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh darah femoralis
yang melalui kanalis femoralis.

a.2. Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara normal, seperti
pada regio lumbal
Klasifikasi
a.3. Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup
defek, seperti pada umbilikus

2. Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada


dinding, seperti pada laparatomi dan trauma tembus.
Klasifikasi
3. Berdasarkan sifatnya terbagi menjadi:

A. Hernia reponibel/ reducibel Yaitu bila isi hernia bisa keluar dan
masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri ataupun gejala
obstruksi usus.

B. Hernia ireponibel Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat


dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya terjadi karena perlengketan isi
kantong pada peritonium kantung hernia. Hernia ini juga disebut hernia
akreta.

C . Hernia strangulata Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia.
Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap dan tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya berupa gangguan
vaskularisasi. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen
didalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh darah terjepit.
Etiologi
Penyebab dari hernia adalah adanya peningkatan tekanan intra abdominal akibat
adanya tindakan valsava maneuver seperti batuk, mengejan, mengangkat benda
berat atau menangis.
Etiologi
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya hernia dapat dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan
eksternal.

Faktor Risiko Internal

Faktor risiko internal (intrinsik) hernia meliputi:

Jenis kelamin pria dilaporkan memiliki risiko 27% dibandingkan wanita 3%


Usia di atas 45 tahun dilaporkan memiliki risiko lebih tinggi, yaitu 4%, dibandingkan
risiko kelompok usia lain yang berkisar 1,7%.
Prosesus vaginalis paten meningkatkan risiko hernia inguinalis. Prosesus vaginalis
paten asimtomatik dilaporkan ditemukan pada 20% pasien hernia inguinal usia < 5
bulan, 9% pada usia 12 tahun, dan 6-19% pada pasien dewasa.
Indeks massa tubuh (IMT) dilaporkan berhubungan terbalik dengan risiko hernia.
Sebuah studi di Swedia menemukan bahwa pasien obesitas memiliki risiko 43%
lebih rendah dibandingkan pasien dengan IMT normal. [12]
Riwayat hiatal hernia pada pria meningkatkan risiko hernia inguinalis sebesar 2 kali
lipat
Etiologi
Faktor Risiko Eksternal

Faktor risiko eksternal pada hernia inguinalis meliputi:

Merokok : Merokok berkaitan terutama dengan peningkatan insidens rekurensi


hernia. Hal tersebut diperkirakan akibat penurunan sintesis serta peningkatan
degradasi kolagen pada dinding abdomen.

Peningkatan tekanan intraabdominal : Peningkatan tekanan intraabdominal


merupakan faktor risiko hernia lateralis. Hal ini berhubungan dengan efek stress
kumulatif dari kegiatan sehari-hari seperti mengangkat beban, berdiri dan berjalan.
Pada hernia medialis, stress kumulatif ditemukan tidak berhubungan dengan defek
pada dinding abdomen dan bukan merupakan faktor risiko.
Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan
yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis,
faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat benda berat, dan faktor usia.
Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat. pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau perpindahan bagian usus ke daerah otot
abdominal. Tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal tentunya akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdommal yang tipis
atau tidak cukup kuat pada daerah tersebut dumana kondisi itu ada sejak atau
terjadi pada proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu saja melakukan
perjalanan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama sehingga
terjadilan penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau
mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat
menyebabkan gangren (Oswari. 2000).
Manifestasi Klinis
1. Benjolan pada regio inguinale di atas ligamentum inguinal, akan mengecil bila
pasien berbaring.
2. Bila pasien mengejan atau batuk, mengangkat berat, maka benjolan hernia akan
bertambah besar.
3. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai
perasaan mual.
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat
serta sakit diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Pada laki-laki isi henia dapat mengisi skrotum.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi
Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi. Pasien
diperiksa dalam keadaan berdiri dan diminta untuk mengejan, Pada saat
pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai
penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
bawah. Ini juga dilakukan untuk membedakan dengan limfadenopati.
Benjolan yang terlihat di atas lipat paha menunjukkan hernia inguinalis,
sedang di bawah lipat paha menunjukkan hernia femoralis. Pada hernia
yang telah terjadi incarserata atau strangulasi maka disekitar hernia akan
terlihat eritema dan udema.

b. Auskultasi
Auskultasi pada hernia ditentukan oleh isi dari hernia, jika isi dari hernia
adalah usus maka akan terdengar peristaltik usus. Sedangkan jika isi hernia
omentum tidak akan terdengar apa-apa.
Diagnosis
c. Palpasi
Pada palpasi akan teraba benjolan berbatas tegas, bisa lunak atau kenyal
tergantung dari isi hernia tersebut. Untuk membedakan hernia inguinalis lateralis
dan medialis dapat digunakan 3 cara:

- Finger test
Untuk palpasi menggunakan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak dapat
teraba isi dari kantong hernia, misalnya usus atau omentum (seperti karet). Dari
skrotum maka jari telunjuk ke arah lateral dari tuberkulum pubicum, mengikuti
fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus. Dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui anulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Pada
keadaan normal jari tidak bisa masuk. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada
waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Bila
hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis, dan bila hernia
menyentuh samping ujung jari berarti hernia inguinalis medialis.
Diagnosis
- Ziemen test
Dilakukan dengan meletakkan 3 jari di tengah-tengah SIAS dengan tuberculum
pubicum dan palpasi dilakukan di garis tengah, sedang untuk bagian medialis
dilakukan dengan jari telunjuk melalui skrotum. Kemudian pasien diminta
mengejan dan dilihat benjolan timbal di annulus inguinalis lateralis atau annulus
inguinalis medialis dan annulus inguinalis femoralis.

- Thumb test
Sama seperti siemen test, hanya saja yang diletakkan di annulus inguinalis lateralis,
annulus inguinalis medialis, dan annulus inguinalis femoralis adalah ibu jari.
Pada anak kecil pada saat palpasi dari corda maka akan teraba corda yang menebal,
saat mengejan, yang mudah dilakukan dengan menggelitik anak. Maka akan teraba
seperti benang sutra yang dikumpulkan (silk sign).
Diagnosis
Diafanoskopi

Untuk melihat apakah ada cairan atau tidak, dilakukan untuk membedakan
dengan hidrocele testis. Caranya dengan menyinari scrotum dengan senter
yang diletakkan di belakang scrotum. Pada pemeriksaan transluminasi
didapatkan hasil negatif karena hernia berisi usus, omentum atau organ
lainnya, bukan cairan.

1. Foto rontgen dada untuk menyingkirkan adanya gambaran udara


bebas (sangat jarang terjadi).

2. Foto abdomen PA dan posisi supine untuk mendiagnosis obstruksi VU


untuk mengidentifikasi daerah diluar rongga abdomen.

3. CT Scan atau USG bisa juga digunakan untuk penegakan dignosis:


Spigelian atau hernia obturator Pada pasien dengan bentuk tubuh
yang kurang baik.
Diagnosis banding
Komplikasi
- Terjadi pelekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasuki kembali, keadaan ini disebut hernia irrepponsibilis.
Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering
menyebabkan keadaan irreponsibel adalah omentum, karena mudah melekat pada
dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus
besar lebih sering menyebabkan irreponsibel dari pada usus halus.

- Terjadi tekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk,
keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengangangguan vaskular
(proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata. Pada
keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan
obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah
benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah ( Arif Mansyoer, 2000 ).
Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi.

Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada


pasien anak-anak, reposisi spontan lebih sering (karena cincin hernia yang
lebih elastis). Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang
hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke
arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai
terjadi reposisi. Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan
hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga
harus dipakai seumur hidup.
Penatalaksanaan
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
inguinalis yang rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosa
ditegakkan.

Prinsip dasar operatif hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik.

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke


lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu
dipotong. Pada hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil
annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
iguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan dengan herniotomi. Hernia bilateral pada orang dewasa,
dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra
indikasi. Begitu juga pada anak-anak dan bayi, operasi hernia bilateral
dilakukan dalam satu tahap, terutama pada hernia inguinalis sinistra (Jong,
2004).
Prognosis
Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan
penanganan.Tapi pada umumnya ‘baik’ karena kekambuhan setelah
operasi jarang terjadi, kecuali pada hernia berulang atau hernia yang besar
yang memerlukan penggunaan materi prostesis.Pada penyakit hernia ini
yang penting adalah mencegah faktor predisposisinya.

Anda mungkin juga menyukai