Anda di halaman 1dari 7

ASPEK PSIKOLOGIS PEMBINAAN OLAHRAGA USIA DINI & REMAJA

 
Anak - anak merupakan kelompok yang memegang peranan penting bagi prestasi
olahraga di masa depan.  Atlet - atlet top yang muncul dikemudian hari berasal dari
kelompok mereka.  Oleh sebab itu, penting untuk memberikan pengalaman - pengalaman
olahraga sebanyak dan sedini mungkin kepada anak - anak. Ada pendapat mengatakan
bahwa, agar seorang atlet berprestasi maksimal maka harus dibina sejak masih anak -
anak. Pendapat tersebut tentunya harus diteliti lebih lenjut karena faktanya adalah
menjadi sukses dini belum tentu akan menjamin kesuksesan di kemudian hari.  Clark
(Harsono, 2015, hlm. 60)
 Menemukan dalam penelitiannya bahwa anak - anak yang tergolong brilian (pintar -
outstanding) di SD belum tentu juga outstanding di SMP atau SMA.  Pembinaan sejak
masih anak - anak tentu harus disesuaikan dengan karakteristik masing - masing cabang
olahraga dan individu tanpa mengabaikan prinsip multilateral.  Maksudnya ialah bahwa
dalam pembinaan olahraga pada usia dini tidak boleh langsung ingin memfokuskan anak
terhadap satu cabang olahraga saja dengan latihan yang berat, tetapi anak terlebih dahulu
harus diberikan kebebasan untuk menjelajahi berbagai aktivitas olahraga yang
menyenangkan, dan membiarkan mereka berpartisipasi secara aktif dan sering tanpa
adanya tekanan saat melakukan latihan.  
Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka akan mengganggu pada perkembangan dan
pertumbuhan anak baik secara fisiologis maupun psikologis.  Akibatnya, penurunan
prestasi bahkan sampai pemberhentian latihan (droup-out) dari olahraga yang diberikan
terjadi.  Oleh sebab itu, pembinaan olahraga usia dini dan remaja harus disesuaikan
dengan karakteristik usia, fisiologi tubuh dan psikologisnya.
PERIODESASI
(Perkembangan dan pertumbuhan dalam olah raga)

Sumber : dari berbagi artikel


KARAKTERISTIK USIA
ANAK USIA 5 - 7 TAHUN Sementara Santoso (dalam
Malpalensantriana, 2010) mengemukakan
bahwa karakter anak pada usia ini yaitu :
Anak - anak biasanya mulai
berpartisipasi dalam kegiatan olahraga 1. Suka meniru;
ketika mereka mulai memasuki sekolah 2. Ingin mencoba ;
dasar, kira - kira usia 5 - 7 tahun. 3. Spontan;
4. Jujur;
Mereka berpartisipai di kegiatan 5. Riang;
olahraga ekstrakulikuler sekolah atau klub 6. Ingin bermain
olahraga di luar sekolah.  Pada usia 5 - 7 7. Keingintahuan yang tinggi;
tahun, karakteristik psikologis anak 8. Banyak gerak
cenderung berpikir praoperasional dan 9. Suka menonjolkan diri;
belajar melalui pengalaman kongkret serta 10. Unik
memiliki orientasi tujuan sesaat.  
Dengan kata lain, anak harus dibiarkan
Selain itu, mereka cenderung memilih dan mengeksplorasi minat olahraga
mempelajari sesuatu yang berada di mereka sebanyak - banyaknya dengan
lingkungan mereka sebagai anak - anak pengawasan yang baik namun tanpa
dengan perilaku yang relatif spontan, serta memberikan tekanan berlebih yang dapat
dalam mempelajari sesuatu mereka juga menyebabkan kesenangan dan kenyamanan
membutuhkan struktur kegiatan yang jelas mereka terganggu.  
dan instruksi spesifik.  Di usia ini pembinaan olahraga
(Mustofa dalam Malpalensantriana, berpegang pada prinsip multilateral.
2010).
Kebanyakan anak berpartisipasi dalam
KARAKTERISTIK USIA kegiatan olahraga rata - rata berusia sekitar
11 - 13 tahun (laki - laki maupun
ANAK USIA 8-13 TAHUN perempuan).  
Weinberg dan Gould (2011, hlm. 518)
Pada usia 8 - 13 tahun, anak sudah menjelaskan motif remaja laki - laki dan
mulai bisa diarahkan pada pembinaan perempuan berpartisipasi dalam kegiatan
olahraga yang berfokus hanya pada satu olahraga disekolah dan diluar sekolah
cabang olahraga saja (spesialisasi), sebenarnya hampir sama yaitu untuk:
misalnya pada cabang olahraga senam,
anggar, sepak bola, basket dan loncat 1.  Memperoleh kesenangan
indah dengan kisaran usia spesialisasi 2.  Melakukan sesuatu yang berpotensi di
cabang olahraga mulai dari 8 - 13 tahun bidangnya
(Harsono, 2015, hlm. 63).   3.  Meningkatkan skill
4.  Berkompetisi
Dengan usia ini, anak mulai memahami 5.  Tetap bugar
dan mengkomunikasikan tentang konsep 6.  Tantangan kompetisi
abstrak serta membangun ide - ide yang 7.  Mendapatkan latihan
lebih kompleks, dengan imaginasi yang 8.  Mempelajari keterampilan yang baru
terus berkembang.  Selain itu, pada usia ini 9.  Menjadi bagian dari tim
anak mulai memiliki perhatian yang tinggi 10. Menjadi juara
dan mulai bisa berfokus pada perbedaan 11. Mendapatkan teman baru
masa lalu dan masa depan sebaik dengan 12. Mengibarkan kompetisi ke tingkat yang
keadaan saat ini.   (Annisakarnadi, 2014). lebih tinggi.
KARAKTERISTIK USIA
ANAK USIA 18 TAHUN

Namun pada usia 18 tahun mereka mulai memperlihatkan penurunan


partisipasi dalam olahraga.  Gould dan Petlichkoff (Weinberg, 2011) mengatakan
bahwa partisipasi olahraga dari usia dini dan remaja rata - rata menurun 35%
setiap tahun.  Jadi setiap 10 anak yang mulai berpartisipasi dalam olahraga, 3 -
4 orang berhenti sebelum melanjutkan partisipasi olahraga pada tahap
selanjutnya.

Gould (2011, hlm. 516) juga menyebutkan beberapa faktor  yang


menyebabkan remaja drop-out dari olahraga adalah karena biasanya mereka
memiliki sesuatu yang harus dilakukan, menemukan sesuatu yang lebih
menarik, olahraga yang dilakukan sebelumnya tidak menyenangkan, latihannya
terlalu sulit, tidak suka dengan pelatih, mengalami kejenuhan, tidak suka adanya
tekanan, tidak ada tantangan dalam latihan dan tidak cukup menarik
Mengantisipasi faktor penyebab atlet remaja berhenti dalam partisipasi olahraga, dapat
dilakukan dengan strategi sebagai berikut:

1.  Strategi untuk menemukan kebutuhan dalam mengembangkan keterampilan:


a. Menerapkan latihan instruksional yang efektif
b. Mendorong pendekatan positif pada instruksi , aspek teknik dan strategi olahraga

2.  Strategi untuk menemukan kebutuhan yang menyenangkan


a. Bentuk ekspektasi realistik untuk menghindari hasil pelatihan yang negatif
b. Tetap berlatih aktif dengan berrcanda dan membuat lelucon dengan anak

3.  Strategi untuk menemukan kebutuhan dalam hubungan keanggotaan


a. Memberikan waktu kepada anak untuk berteman, dengan kegiatan sosial diluar latihan
b. Membaur selama periode waktu bebas sebelum dan selama latihan

4.  Strategi untuk menemukan kebutuhan dalam gairah


a. Jangan telalu menekan waktu terhadap bentuk latihan dril, lakukan variasi latihan.
b. Menggabungkan aktivitas change-of-pase dalam latihan
c. Fokus terhadap latihan pendek dan singkat namun teratur

5.  Strategi untuk menemukan kebutuhan dalam kebugaran


a. Ajarkan atlet muda bagaimana untuk memonitor kebugaran mereka
b. buat rancangan dan desain tujuan latihan secara spesifik untuk meningkatkan kebugaran

6.  Strategi untuk menemukan kebutuhan untuk kesuksesan


a. Izinkan anak untuk bersaing/berkompetisi dan
b. Bantu anak untuk menjelaskan kemenangan tidak hanya sebagai mengalahkan orang lain
tetapi sebagai pencapaian sasaran dan standar seseorang
Smoll dan smith, weiss, dan Conroy dan Coatsworth (Weinberg, 2011, hlm. 527)
menjelaskan pembinaan latihan sebagai berikut:
 
1.  Menetapkan, menginstruksikan, mendukung, dan mendukung tingkahlaku otonomi
yang sangan diinginkan untuk digunakan ketika melatih atlet muda.  Anda harus
meminimlisir hukuman, berseteru, dan mengontrol tingkah laku melatih.
2.  Fokus pada penangkapan anak - anak dalam melakukan sesuatu yang benar dan
berikan mereka penghargaan dan pemberian semangat yang cukup besar.
3.  Berikan penghargaan secara tulus.  Katakan kepada atlet muda bahwa dia
melakukan pekerjaan yang baik untuk membuat perasan mereka lebih baik.
4. Kembangkan ekspektasi yang realistis.  Ekspektasi realistik yang tepat terhadap
usia dan tingkat kemampuan anak membuat lebih mudah bagi pelatih untuk
memberikan penghargaan yang tulus.
5.  Berikan reward sebanyak sesuai usaha yang diberikan.
6.  Fokus terhadap mengajarkan dan melatih kemampuan
7.  Memodifikasi keterampilan dan aktivitas agar anak mengembangkan
kemampuannya merupakan cara yang baik menuju kesuksesan yang pasti.
8.  Memodifikasi peraturan untuk memaksimalkan aktivitas dan partisipasi.
9.  Reward terhadap teknik yang benar bukan terhadap hasil.
10.  Gunakan pendekatan positive ketika anda mengkoreksi kesalahan anak.
11.  Menciptakan lingkungan yang menyenangkan, mengurangi ketakutan anak ketika
akan mencoba melakukan keterampilan baru.
12.  Berantusiaslah, anak merespon baik terhadap lingkungan positif.

Anda mungkin juga menyukai