Anda di halaman 1dari 69

Berlian N.Kusumadewi, M.Kep., Ns., Sp.Kep.

J
 Tahun 1911 istilah skizofrenia pertama kali
dikemukakan oleh psikiater asal Swiss yaitu
Eugene Bleuer. Skizofrenia berasal bahasa
Yunani, yang meliputi dua kata yaitu
“schizein” yang berarti perpecahan/split dan
“phren” yang berarti pikiran.
 Bleuer menjelaskan bahwa penderita
skizofrenia mengalami gangguan antara
aspek kognitif dan emosi (Stuart dan Laraia,
2005).
 Skizofrenia merupakan suatu sindrom klinis
atau proses penyakit yang mempengaruhi
kognisi, persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi
sosial, tetapi skizofrenia mempengaruhi setiap
individu dengan cara yang berbeda (Videbeck,
2008).
 WHO (2011) mengemukakan skizofrenia
merupakan bentuk parah dari penyakit mental
gangguan jiwa berat yang biasanya mulai
diderita pada usia remaja akhir atau dewasa
awal yaitu pada kelompok usia 15-35.
 Skizofrenia secara umum terdiri dari dua
kategori gejala, yaitu gejala positif dan
gejala negatif (Townsend, 2009;
Videbeck, 2008; Halgin dan Whitbourne,
2007; Stuart & Laraia; 2005).
 Gejala positif yang dapat muncul adalah

delusi, halusinasi, gangguan kognitif,


gangguan bicara serta perilaku
katatonik.
 Gejala positif berhubungan dengan
struktur otak yang tampak pada CT scan
dan relatif berespons baik terhadap
pengobatan
 Gejala negatif tidak hanya sulit diatasi

dengan pengobatan tetapi juga


mengganggu klien karena menyebabkan
klien tidak berdaya, malas, dan tidak
memiliki motivasi.
 Pengelompokan gejala positif dan negatif
berdasarkan fungsi 8 (delapan) area otak, yaitu:
1. isi pikir
2. bentuk pikir
3. Persepsi
4. Afek
5. kesadaran/perasaan diri
6. Kemauan
7. kerusakan fungsi interpersonal dan hubungan
dengan dunia di luar dirinya
8. perilaku
(Townsend, 2009).
 Gejala positif meliputi:
1. Delusi (waham)  keyakinan yang keliru, yang
tetap dipertahankan sekalipun dihadapkan
dengan cukup bukti tentang kekeliruannya,
serta tidak serasi dengan latar belakang
pendidikan dan sosial budaya klien
2. Halusinasi  penghayatan (seperti persepsi)
yang dialami melalui panca indera dan terjadi
tanpa adanya stimulus eksternal; ilusi, yaitu
mispersepsi atau misinterpretasi terhadap
stimulus eksternal yang nyata.
 Gejala negatif yang muncul berupa:
 afek datar
 tidak ada kemauan
 merasa tidak nyaman
 menarik diri dari lingkungan dan masyarakat
(Videbeck, 2008)
 Menurunnya motivasi
 hilangnya kemampuan melakukan aktifitas sehari-

hari serta perawatan diri sendiri


 tidak mampu mengekspresikan perasaan serta
hilangnya spontanitas dan rasa ingin tahu juga
merupakan gejala negatif yang muncul pada klien
dengan skizofrenia (Fontaine, 2009).
 Gejala kognitif pada klien skizofrenia 
inkoheren, asosiasi longgar, atau neologisme.
 Gejala agresif  menyerang secara fisik dan

verbal kepada orang lain.


 Gejala depresi dan kecemasan  rasa cemas,

bersalah, tegang dan iritabititas (Sinaga,


2007).
 Melalui beberapa gejala skizofrenia tersebut

kita dapat mengkategorikan keadaan klien


dan menentukan upaya perawatan yang sesuai
dengan kedaan klien.
Adaptif

Persepsi adalah:
respons dari reseptor sensoris terhadap
stimulus eksternal juga pengenalan dan
pemahaman terhadap sensasi sehingga
individu dapat mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus yang diterima.
Maladaptif

1. Ilusi : Ada stimulus, persepsi yang salah.


2. Halusinasi : Tidak ada stimulus, ada
persepsi
 Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah
yang mungkin meliputi salah satu dari kelima
panca indera (Townsend, 2005)
 Halusinasi juga didefinisikan sebagai kejadian

melihat, mendengar, menyentuh, mencium,


atau merasakan sesuatu tanpa adanya
rangsangan eksternal terhadap organ sensori
(Fontaine, 2009)
 Stuart dan Laraia, (2005) menjelaskan bahwa
halusinasi merupakan kejadian distorsi persepsi
yang terjadi pada respons neurobiologis yang
maladaptif,pengalaman sensori yang salah atau
palsu yang terjadi pada kelima indra.
 Rogers dkk (1990, dalam Birchwood, 2009)
menegaskan bahwa isi halusinasi sering
berupa perintah untuk melukai dirinya
sendiri atau orang lain
 Klien dengan halusinasi tidak mampu
mengendalikan pikiran dan emosinya
apalagi jika diikuti oleh isi halusinasi yang
kuat untuk memberikan perintah untuk
melakukan kekerasan, maka klien punya
kecenderungan untuk melakukan perilaku
kekerasan.
ADAPTIF MALADAPTIF

 Pikiran kadang
 Pikiran logis  Gangguan proses
menyimpang
 Persepsi akurat pikir: Waham
 Ilusi
 Emosi  Halusinasi
 Emosi tdk
konsisten dg  Ketidakmampuan
stabil
pengalaman utk mengalami
 Perilaku aneh
 Perilaku sesuai emosi
 Menarik diri
 Hubungan  Ketidakteraturan
sosial  Isolasi sosial
BIOLOGI
 Genetik

terkait dgn kromoson 6, 4,8,15,dan 22


 Neurobiologi

perilaku psikotik terkait dgn lesi pada daerah frontal,


temporal, dan area limbik, serta gangguan regulasi
neurotransmitter yg bekerja di area-area tsb
 Pemeriksaan diagnostik

melalui CT dan MRI menunjukkan adanya penurunan


volume otak, melebarnya ventrikel lateral dan
ventrikel ketiga, atropi lobus frontal, serebelum,
struktur limbik, serta peningkatan ukuran sulkus
pada permukaan otak. Menggunakan PET terlihat
terjadinya penurunan aliran darah ke lobus frontal
 Neurotransmitter
ketidakseimbangan antara dopamin dan
serotonin
 Neurodevelopment
penyimpangan pada struktur, fungsi dan
kimiawi otak yg mungkin disebabkan karena
adanya masalah pada masa prenatal dan
perinatal
 Virus
terpajan virus influenza pada trimester kedua
PSIKOLOGIS
 Karakteristik keluarga atau karakteristik

individu
 Ibu dgn kecemasan, overprotektif, dingin
 Ayah yg “jauh”
 Konflik keluarga dan perkawinan
 Komunikasi yg “double bind”
 Kegagalan dalam memenuhi tugas

perkembangan sebelumnya
SOSIOKULTURAL DAN LINGKUNGAN
 Kemiskinan
 Kondisi masyarakat
 Ketidakseimbangan dengan budaya
 Tinggal menyendiri (isolasi)
BIOLOGIS
 Prosesing informasi yang overload
 Mekanisme abnormal dari “gate control”

Tanda-tanda stres berkaitan dgn :


 Kesehatan
 Lingkungan
 Sikap atau perilaku
 Kesehatan
gangguan nutrisi, kurang tidur, gangguan irama
sirkadian, fatique, infeksi, kurang olahraga,
menggunakan obat-obatan
 Lingkungan
isolasi sosial, kurangnya support, tekanan
pekerjaan, kemiskinan, kesulitan dlm hubungan
interpersonal, stigma, perubahan dalam
kehidupan
 Sikap/perilaku
HDR, keputusasaan, agresif, PK, kurang motivasi,
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan spiritual
 Halusinasi pendengaran
Klien mendengar suara atau bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
 Halusinasi penglihatan

Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar tanpa


stimulus yang nyata dan orang lain tidak melihatnya.
 Halusinasi penghidu/penciuman

Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa


stimulus yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.
 Halusinasi pengecapan

Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata. Biasanya


merasakan rasa makanan yang tidak enak.
 Halusinasi perabaan

Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang


nyata.
 Faktor predisposisi
 Faktor risiko yang dipengaruhi oleh jenis dan jumlah sumber
risiko yang dapat menyebabkan individu mengalami stress.
 Faktor tersebut meliputi faktor biologi, psikologi, dan social
budaya.
 Faktor presipitasi
 Stimulus yang bersifat mengancam individu serta menimbulkan
kondisi tegang dan stres sehingga memerlukan energi yang
besar untuk menghadapinya.
 Faktor presipitasi ini terdiri atas sifat stresor, asal stresor,
lamanya stresor yang dialami, dan banyaknya stresor yang
dihadapi oleh seseorang
 Penilaian terhadap stressor
 Sumber koping
 Mekanisme koping
 Gangguan halusinasi pada klien skizoprenia timbul
akibat gangguan perkembangan saraf otak yang
bervariasi (Stuart, 2013).
 Halusinasi pendengaran terjadi sebanyak 70% lebih
banyak daripada halusinasi lainnya.
 Disfungsi pusat bahasa pada korteks serebral yang
berada di lobus temporal merupakan salah satu
penyebab halusinasi pendengaran.
 Sedangkan halusinasi penglihatan diperkirakan terjadi
akibat disfungsi lobus oksipital (Fontaine, 2009).
 Kedua halusinasi tersebut sering muncul bersamaan
dan membuat klien skizofrenia seolah-olah
mendengar dan melihat sesuatu yang tidak dialami
oleh orang lain.
 Karakter salah dari keluarga atau individu  seperti ibu
yang cemas, terlalu melindungi atau khawatir, suasana
yang dingin dan tanpa perasaan, ayah yang jauh atau
bersifat menguasai
 Konflik perkawinan dan keluarga, serta komunikasi yang
buruk dalam keluarga
 Kegagalan diawal fase perkembangan psikososial.
Terutama pada saat fase tumbuh kembang berada pada
tahap infant (membina hubungan percaya), apabila
kemampuan tersebut tidak dapat dipenuhi, kemungkinan
individu akan mengalami kesulitan membangun hubungan
percaya pada masa hidupnya kelak. Dampak lebih jauh
akibat kegagalan tersebut adalah manifestasi isolasi sosial
pada klien skizofrenia.
 Presipitasi: Pengalaman abuse dalam keluarga, kegagalan
dalam hidup
 Individu yang tidak memiliki penghasilan
 Riwayat menerima kekerasan
 Tidak memiliki tempat tinggal
 Hidup dalam kemiskinan
 Aturan masyarakat yang terkadang tidak

realistik dengan kemampuan individu


Penilaian terhadap stresor menunjukkan arti dan
makna sumber stress pada situasi yag dialami klien
(Stuart, 2013)
Level Karakteristik Perilaku Klien
TAHAP I
Memberi rasa Mengalami ansietas, Tersenyum/tertawa
nyaman. kesepian, rasa bersalah dan sendiri
Tingkat ansietas ketakutan. Menggerakkan bibir
sedang Mencoba berfokus pada tanpa suara.
Secara umum pikiran yang dapat Penggerakan mata
halusinasi menghilangkan ansietas yang cepat
merupakan suatu Pikiran dan pengalaman Respon verbal yang
kesenangan. sensori masih ada dalam lambat
kontrol kesadaran (jika Diam dan
kecemasan dikontrol) berkonsentrasi
Level Karakteristik Perilaku Klien
TAHAP II
Menyalahkan; Pengalaman sensori Peningkatan SSO, tanda-
tingkat kecemasan menakutkan tanda ansietas peningkatan
berat secara umum Mulai merasa denyut jantung, perna-
halusinasi kehilangan kontrol fasan, dan tekanan darah.
menyebabkan rasa Merasa dilecehkan Rentang perhatian me-
antipati oleh pengalaman nyempit
sensori tersebut. Konsentrasi dengan
Menarik diri dari pengalaman sensori
orang lain. Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
NON PSIKOTIK dari realita.
Level Karakteristik Perilaku Klien
TAHAP III
Mengontrol tingkat Klien menyerah dan Perintah halusinasi
kecemasan berat menerima pengalaman ditaati.
pengalaman sensori sensorinya. Sulit berhubungan
tidak dapat ditolak lagi. Isi halusinasi menjadi dengan orang lain.
atraktif Rentang perhatian
Kesepian bila penga- hanya beberapa detik /
laman sensori berakhir. menit.
Gejala fisika ansietas
PSIKOTIK berat berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti perintah.
Level Karakteristik Perilaku Klien
TAHAP IV
Menguasai tingkat Pengalaman sensori Perilaku panik.
kecemasan panik menjadi ancaman. Potensial tinggi untuk
secara umum diatur Halusinasi dapat bunuh diri atau mem-
dan dipengaruhi berlangsung selama bunuh.
oleh waham. beberapa jam atau hari (jika Tindakan kekerasan
tidak diinvensi) agi-tasi, menarik diri
atau katatun.
PSIKOTIK Tidak mampu
berespon terhadap
perintah yang kompleks
Tidak mampu
berespon terhadap lebih
dari satu orang.
 Antipsikotik memiliki dua golongan yang
memiliki fungsi berbeda
 Antipskotik tipikal efektif dalam mengatasi

gejala positif skizofrenia


 Klien yang mendapatkan obat jenis
Antipskotik tipikal idak akan mengalami
positifnya namun tidak ada perbaikan dalam
gejala negatif yang dialami klien tersebut
 Obat yang termasuk dalam golongan ini

adalah haloperidol, trifloupherazine,


chlorpromazine (CPZ) dan loxapine (Varcarolis
et al, 2006).
 Antipiskotik jenis lain yaitu atipikal.
 Antipiskotik Atipikal ini merupakan jenis baru yang
mampu menurunkan gejala negatif skizofrenia
(Videbeck, 2008)
 Keuntungan: munculnya gejala ekstrapiramidal yang
jauh lebih rendah dan mampu mengurangi gejala
negatif, membantu memulihkan fungsi kognitif klien
skizofrenia dengan harapan klien mampu mengatasi
masalah yang dialaminya secara internal maupun
eksternal
 Obat atipikal meliputi clozapine, risperidone,
olanzapine dan quetiapine. Kombinasi obat tersebut
diberikan sesuai dengan gejala yang ditunjukkan
oleh klien
 Penambahan obat anti depresan seperti golongan
trisiklik seperti amitriptyline, clomipramnis atau
imipramine juga dapat ditambahkan apabila klien
tersebut mengalami gejala depresi
 Pemberian antipsikotik memiliki efek samping yag
disebut sebagai efek ekstrapiramidal (EPS) berupa
mulut kering, parkinson, reaksi distonik
 Efek tersebut dapat memicu klien berhenti minum
obat tanpa konsultasi
 Penambahan trihexyphenidil (THP), biperidin dan
diphenhidramine hydrochloride dapat mencegah
terjadinya efek tersebut (Varcarolis, Carson &
Shoemaker, 2006).
Generasi Pertama
Generasi Kedua
Generasi Ketiga
Obat Anti Psikotik Tipikal
 Nama dagang lain: Haldol, Serenace,
Lodomer, Dores
 Sediaan tablet: 0,5 mg; 1,5 mg; 5 mg
 Sediaan tetes: 15 tetes = 1 mg
 Sediaan suntik depo (jangka panjang): 1ml
 Nama dagang lain: Stelazine, Stelosi
 Sediaan tablet: 5 mg, 10 mg
 Tremor / gemetar
 Kekakuan otot
 Hipersalivasi / banyaknya ludah
 Tidak bisa diam
 Gangguan keseimbangan
 Gerakan-gerakan yang tidak bisa

dikendalikan
 Nama dagang lain: THP, THF, Artane,
Arkine, Hexymer
 Sediaan: 2 mg
 Diminum: 2-3 kali sehari 1-2 tablet
 Untuk mengatasi gejala EPS  tremor,

kaku
 Menimbulkan efek rasa senang
 Efek samping: mulut kering, mata pedih,

sulit BAB
 Efek samping pemakaian jangka panjang

 mudah lupa
 Nama dagang lain: Largaktil,
Promaktil, Meprosetil
 Sediaan tablet: 25 mg; 50 mg; 100 mg
 Efek Samping: mengantuk, hipotensi

ortostatik, gangguan menstruasi


ANTI PSIKOTIK ATIPIKAL
 Nama dagang lain: Risperdal, Neripros,
Zofredal, Persidal, Rizodal
 Sediaan tablet: 1 mg; 2 mg; 3 mg
 Risperdal/Neripros Oral Solution
 Suntik depo (jangka panjang)  Risperdal

Consta
 Nama dagang lain: Seroquel
 Sediaan tablet: 100 mg, 200 mg, 300 mg
 Kerja cepat
 Kerja lambat  Seroquel XR
 Nama dagang lain: Zyprexa, Olandoz
 Sediaan: 5mg, 10 mg
 Clozaril, Clopin, Luften, Sizoril, Clorilex
 Sediaan: 25 mg, 100 mg
 Obat anti psikotik untuk kasus skizofrenia

refrakter
 Abilify
 Sediaan tablet: 5mg, 10 mg, 15 mg
 Oral solution
 Suntik segera
Antipsikotika EPS/TD Peningkatan Hipotensi
Kadar
Prolaktin
Haloperidol +++ +++ 0
Klozapina 0d 0 +++
Risperidon + +++ +
Olanzapin 0d 0 +
Quetiapinb 0d 0 ++
Aripiprazolc 0d 0 0
Antipsikotika Peningkatan Peningkatan Peningkatan
Berat Badan Glukosa Lipid
Haloperidol + 0 0
Klozapina +++ +++ +++
Risperidon ++ ++ ++
Olanzapin +++ +++ +++
Quetiapinb ++ ++ ++
Aripiprazolc 0 0 0
 Tablet
 Kapsul
 Cairan yang diminum
 Zydis/discmelt (ditaruh di lidah)
 Juga ada sediaan jangka panjang

dapat diberikan secara suntikan


intramuskular, biasanya 2-4
minggu sekali
◦ Menghilangkan gejala-gejala seperti
halusinasi dan waham.
◦ Menolong pasien agar lebih teratur
dalam berpikir dan berbicara.
◦ Menghilangkan gejala-gejala negatif
seperti menarik diri dan kesulitan
membuat keputusan.
◦ Mencegah kekambuhan gejala saat
dosis yang sesuai dipertahankan
setelah episode akut teratasi.
 Jenis:
pendengaran/penglihatan/perabaan/penciuman
/pengecapan?
 Isi:

mengejek/memuji/menyenangkan/memarahi/m
enyuruh melakukan sesuatu/hanya seperti suara
keramaian
 Frekuensi: jumlah munculnya halusinasi dalam

satu hari
 Waktu: saat munculnya halusinasi (pagi

hari/siang hari/sore hari/malam hari?)


 Respon saat munculnya halusinasi:

marah/sedih/jijik/senang/bangga/jengkel?
 Tetapkan hubungan saling percaya
 Kaji gejala halusinasi.
 Fokus pada gejala dan minta klien menjelaskan apa
yang terjadi.
 Identifikasi apakah klien sebelumnya telah minum
obat dan atau alkohol.
 Jika klien bertanya, nyatakan sederhana bahwa anda
tidak mengalami stimulus yang sama.
 Bantu klien mengobservasi dan menjelaskan pikiran,
perasaan dan tindakan yang berhubungan dengan
halusinasi (saat ini maupun yang lalu).
 Bantu klien identifikasi hubungan antara halusinasi
dan kebutuhan yang direfleksikannya.
 Sarankan dan kuatkan penggunaan hubungan
interpersonal dalam memenuhi kebutuhan.
 Identifikasi cara gejala-gejala psikosis lainnya.
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
 Pasien mengaenali halusinasi yang dialaminya.
 Pasien dapat mengontrol halusinasinya
 Pasien mengikuti program pengobatan secara

optimal.
Tindakan Keperawatan
1. Membantu pasien mengenali halusinasi.
Dapat melakukan dengan berdiskusi
dengan pasien tentang isi halusinasi (apa
yang didengar/ dilihat), waktu terjadi
halusinasi, frekwensi terjadi halusinasi,
situasi yang menyebabkan halusinasi
muncul dan perasaan pasien saat
halusinasi muncul
2. Melatih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara :
a. Menghardik halusinasi
 Menjelaskan cara menghardik
halusinasi
 Memperagakan cara menghardik
 Meminta pasien memperagakan
ulang
 Memantau penerapan cara ini dan

menguatkan perilaku pasien.


b. Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien

juga harus dilatih untuk menggunakan obat


secara teratur sesuai dengan program.
Tindakan keperawatan agar pasien patuh

menggunakan obat :
a.jelaskan pentingnya penggunaan obat pada
gangguan jiwa
b.jelaskan akibat bila putus obat
c.jelaskan cara mendapat obat/ berobat
d.jelaskan cara menggunakan obat dengan
prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien,
benar cara, benar waktu, benar dosis)
c. Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat

juga dengan bercakap-cakap dengan


orang lain.
Ketika pasien bercakap-cakap dengan

orang lain maka terjadi distraksi; fokus


perhatian pasien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang
dilakukan dengan orang lain tersebut.
d. Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul
lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan
aktivitas yang teratur.
Dapat dilakukan dengan cara :

1)menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur


untuk mengatasi halusinasi
2)mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan
oleh pasien
3)melatih pasien melakukan aktivitas
4)menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai
dengan aktivitas yang telah dilatih
5)memantau pelaksanaan jadwal kegiatan dan
memberikan penguatan terhadap perilaku
pasien yang positif.
Tujuan untuk keluarga :
Keluarga dapat merawat pasien di rumah dan menjadi
sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

Tindakan keperawatan :
1.Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
2.Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga meliputi :
pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami oleh
pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya
halusinasi.
3.Berikan kesempatan pada keluarga untuk memperagakan
cara merawat pasien dengan halusinasi,
4.Buat perencanaan pulang dengan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai