SUHARMAN, SE.,MM.,PIA
BAB 5
ACTIVITY BASED COSTING
• Activity-based costing (ABC) adalah pendekatan penentuan biaya produk
yang membebankan biaya kepada produk atau jasa berdasarkan
konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas.
• Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk
atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dimana aktivitas yang
dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan
timbulnya biaya.
• ABC memperkenalkan hubungan sebab akibat antara cost driver dengan
aktivitas.
• Dengan ABC, biaya overhead pabrik dibebankan kepada objek biaya
seperti produk atau jasa dengan mengidentifikasikan sumber daya yang
dibutuhkan untuk memproduksi output.
• Cost driver digunakan untuk menghitung biaya sumber daya dari setiap
unit aktivitas. Kemudian setiap biaya sumber daya dibebankan kepada
produk atau jasa dengan mengalikan biaya setiap aktivitas dengan
kuantitas setiap aktivitas yang dikonsumsi pada periode tertentu.
ACTIVITY BASED COSTING
COST OBJECT
AKTIVITAS SUMBER DAYA
(PRODUK/JASA)
PENGELOLAAN AKTIVITAS
MERUPAKAN PENGELOLAAN BIAYA MERUPAKAN
TERHADAP AKTIVITAS UKURAN SUMBERDAYA
VALUE ADDED & NON VALUE YANG DIKONSUMSI UNTUK
ADDED DALAM MENGHASIL MELAKSANAKAN AKTIVITAS
KAN COST OBJECTIF DGN DALAM MENGHASILKAN
MENGKONSUMSI SUMBER COST OBJECT
DAYA (PRODUK ATAU JASA)
2. AKTIVITAS
ADALAH KEGIATAN YANG DILAKUKAN DALAM SUATU ORGANISASI YG
BERGUNA UNTUK TUJUAN PENENTUAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVI
TAS YANG DILAKUKAN.
CONTOH: PENGIRIMAN BARANG MERUPAKAN AKTIVITAS PEMASARAN
3. SUMBER DAYA
UNSUR EKONOMIS YANG DIGUNAKAN DALAM MELAKSANAKAN AKTIVI
TAS, KARENA ITU HARUS DIBEBANKAN KE OBJEK BIAYA.
CONTOH: UPAH DAN BAHAN BAKU SUMBERDAYA UNTUK PRODUKSI
4. OBJEK BIAYA
BENTUK AKHIR DIMANA PENGUKURAN BIAYA HARUS DILAKUKAN
CONTOH: PRODUK, PEMASARAN, PELANGGAN, LISTRIK
5. COST DRIVER
FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN BIAYA AKTIVITAS, DAPAT
DIUKUR, DIGUNAKAN SEBAGAI DASAR MEMBEBANKAN BIAYA AKTIVI
TAS KE COST POOL TERTENTU. TERDAPAT DUA COST DRIVER YAITU
RESOURCES DRIVER AND ACTIVITY DRIVER.
a. RESOURCES DRIVER
UKURAN KUANTITAS SUMBERDAYA YANG DIKONSUMSI OLEH AKTI
VITAS. CONTOH: PROSENTASE LUAS LANTAI YG DIGUNAKAN UNTUK
SUATU AKTIVITAS
b. ACTIVITY DRIVER
UKURAN FREKUENSI & INTENSITAS PERMINTAAN TERHADAP
SUATU AKTIVITAS TERHADAP OBJEK BIAYA, DIGUNAKAN UNTUK
MEMBEBANKAN DARI COST POOL KE OBJEK BIAYA.
CONTOH: JUMLAH KOMPONEN SUKU CADANG YANG BERBEDA DIGU
NAKAN UNTUK MENGUKUR KONSUMSI AKTIVITAS PENANGANAN BA
HAN UNTUK SETIAP PRODUK
• Manajemen Perlu menentukan biaya per unit produk untuk berbagai kepentingan
diantaranya adalah :
1. Dasar Penentuan Harga
Dengan diketahui biaya produksi per unit, maka manajemen dapat menentukan
berapa harga jual yang layak sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dan
dapat mencapai target keuntungan yang diharapkan.
2. Dasar Pembuatan Keputusan
Dengan mengetahui biaya produksi per unit, maka manajemen dapat
membandingkan harga jual dengan produk pesaing, sehingga menejer dapat
membuat keputusan apakah produk tersebut harus dihentikan produksinya atau
dilanjutkan secara terus menerus.
• Menghitung Biaya per unit produk :
• Tarif Overhead :
Rp. 720.000.000
Tarif Overhead = = Rp. 3.600 /Jam Kerja Langsung
200.000
Pembebanan Overhead :
Total Overhead dibebankan = Tarif overhead X Aktivitas sesungguhnya
= Rp. 3.600 x 200.000 Jam kerja langsung
= Rp. 720.000.000
• Perhitungan Biaya Per Unit Produk dengan Metode Tarif Tunggal
2. Biaya overhead di bebankan ke produk dengan cara mengalikan antara tarif biaya
overhead departemen dan jumlah pemicu yang digunakan oleh produk
departemen tersebut.
Contoh :
• Perusahaan Petrogas Menghasilkan Produk Nozle Premium dan Nozle Solar. Untuk
menghasilkan produk tersebut , proses produksinya melalui dua Departemen yaitu
Departemen Pembentukan dan Departemen Perakitan. Di departemen Pembentukan Produk
di Cetak dan di Departemen Perakitan membuat produk jadinya. Dibawah ini disajikan data
Anggaran Biaya overhead dan Penggunaan aktivitas perusahaan Petrogas.
Aktivitas Biaya
Penggunaan kelistrikan Rp. 240.000.000
Pengujian Rp. 120.000.000
Pengesetan Rp. 200.000.000
Penanganan Bahan Rp. 160.000.000
Penyelesaian
Penggunaan kelistrikan Jam Mesin 10.000 : 100.000 0,10 90.000 : 100.000 0,90
Pengujian Jam Kerja langsung 20.000 : 200.000 0,10 180.000 : 200.000 0,90
Kelompok Aktivitas
Keterangan Aktivitas Biaya Total Biaya per kelompok
Kelompok I Penggunaan kelistrikan Rp. 240.000.000
Rp. 360.000
Pengujian Rp. 120.000.000 ( Rp. 240.000 + Rp. 120.000 )
Harga
Rp. 10.000
CM
Rp. 6.000
Pendapatan
VC
0 1 10 Unit
• Pada gambar peraga di atas harga adalah sebesar Rp. 10.000
dan biaya variabel Rp. 6.000 dan sisanya adalah Margin
Kontribusi sebesar Rp. 4.000
• Setiap unit penjualan yang menghasilkan pendapatan Rp.
10.000 dan biaya variabel sebesar Rp. 6.000,- dapat dikatakan
bahwa 60 % untuk setiap pendapatan yang diperoleh
digunakan untuk menutup biaya variabel.
• Angka 60 % disebut Rasio Biaya Variabel ( Variable Cost
Ratio/VCR )
• Sisanya sebesar 40% disebut Rasio Kontribusi Margin ( Margin
Contribution Ratio / MCR )
• Rasio Kontribusi margin adalah Proporsi setiap rupiah
penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan
menghasilkan laba.
Contoh :
• Dibawah ini adalah informasi penjualan , biaya serta laba PT. GEMA :
Keterangan Rupiah Persentas
e
Penjualan Rp.400.000.000 100
Biaya variabel (Rp. 325.000.000) ( 81,25 )
Margin Kontribusi Rp. 75.000.000 18,75
Biaya tetap ( Rp. 45.000.000)
Laba Rp. 30.000.000
Berdasarkan margin kontribusi di atas, maka titik impas dari bauran penjualan adalah :
Total Biaya Tetap = Rp. 70.000.000 + Rp. 26.250.000 = Rp. 96.250.000,-
Titik Impas Paket adalah :
BEP paket = Total Biaya Tetap : Margin Kontribusi per Paket
= Rp. 96.250.000 : Rp.625.000
= 154 Paket.
Jadi PT. GEMA harus menjual mesin motor A sebanyak 462 unit ( 154 x 3 ) dan mesin
motor B sebanyak 308 unit ( 154 x 2 )
• Pembuktian :
Keterangan Mesin motor A Mesin Motor B Total
Penjualan Rp.184.800.000 Rp.246.400.000 Rp.431.200.000
Biaya Variabel (Rp.150.150.000) (Rp.184.800.000) (Rp.334.950.000)
Margin Kontribusi Rp. 34.650.000 Rp. 61.600.000 Rp. 96.250.000
Biaya tetap langsung (Rp.30.000.000) (Rp.40.000.000) (Rp.70.000.000)
Laba Segmen Rp. 4.650.000 Rp. 21.600.000 Rp. 26.250.000
Biaya tetap bersama - - Rp. 26.250.000
Laba sebelum pajak Rp. 0
100
0
20 40 Unit di jual
-100 ( 0, -Rp.100 )
Assumsi-assumsi dalam analisis Biaya, Volume dan Laba
Pendapatan Total
400
Laba
Biaya Total
300
100
Rugi
Biaya Tetap
0 20 40 Unit di Jual
• A, 27-11
• B, 28 - 11
PERUBAHAN DLM VARIABEL BIAYA-VOLUME-LABA
• Perusahaan juga harus mempertimbangkan berbagai kemungkinan risiko dan
ketidakpastian, terutama terhadap dampak perubahan harga, margin kontribusi per
unit dan biaya tetap terhadap titik impas.
• Misalkan PT. GEMA sedang melakukan studi pasar yang menunjukkan tiga alternatif
yang berbeda sbb :
• Alternatif 1
• Apabila perusahaan merencanakan untuk beriklan dengan biaya sebesar Rp. 8.000.000,
maka diperkirakan penjualan akan meningkat dari 1.600 unit menjadi 1.725 unit
• Alternatif 2
• Apabila perusahaan merencanakan untuk menurunkan harga jual per unit dari Rp.
400.000 menjadi Rp.375.000 per mesin motor, maka diperkirakan penjualan akan
meningkat dari 1.600 unit menjadi 1.900 unit
• Alternatif 3
• Apabila perusahaan merencanakan untuk menurunkan harga jual per unit dengan
harga Rp.375.000 dan beriklan dengan biaya sebesar Rp. 8.000.000, maka diperkirakan
penjualan akan meningkat dari 1.600 unit menjadi 2.600 unit.
• Apakah PT.GEMA harus mempertahankan harga dan kebijakan iklan saat ini atau harus
memilih salah satu diantara tiga alternatif sebagaimana dijelaskan dari hasil studi di
atas ?
• Dibawah ini adalah informasi penjualan , biaya serta laba PT. GEMA
dengan jumlah unit terjual sebanyak 1.000 unit :
Keterangan Rupiah
Penjualan Rp.400.000.000
Biaya variabel (Rp. 325.000.000)
Margin Kontribusi Rp. 75.000.000
Biaya tetap ( Rp. 45.000.000)
Laba Rp. 30.000.000
• Penyelesaian
• Diketahui :
• Harga jual / unit Rp.400.000 ( 400.000.000 : 1.000 unit )
• Biaya variabel per unit Rp. 325.000 ( 325.000.000 : 1.000 unit )
• Margin kontribusi per unit Rp. 75.000 ( 75.000.000 : 1.000 unit )
Penyelesaian :
• Alternatif 1
No Keterangan Sebelum beriklan Setelah beriklan
1. Unit Penjualan 1.600 1.725
2. Margin Kontribusi per unit Rp.75.000 Rp.75.000
3. Margin Kontribusi Total = ( 1 x 2 ) Rp.120.000.000 Rp.129.375.000
4. Biaya Tetap (Rp.45.000.000 ) (Rp.53.000.000 )*
5. Laba Rp.75.000.000 Rp.76.375.000
No Keterangan Perbedaan laba
1. Perubahan volume penjualan 125
2. Margin kontribusi per unit Rp.75.000
3. Margin Kontribusi total = ( 1 x 2 ) Rp. 9.375.000
4. Dikurangi : Kenaikan biaya tetap ( biaya iklan ) (Rp.8.000.000)
Kenaikan Laba Rp. 1.375.000
Ket : * Rp.53.000.000 = Rp.45.000.000 + Rp. 8.000.000 ( biaya iklan )
Penyelesaian :
• Alternatif 2
No Keterangan Sebelum Perubahan Setelah
harga perubahan harga
1. Unit Penjualan 1.600 1.900
2. Margin Kontribusi per unit Rp.75.000 Rp.50.000 *
3. Margin Kontribusi Total = ( 1 x 2 ) Rp.120.000.000 Rp.95.000.000
4. Biaya Tetap (Rp.45.000.000 ) (Rp.45.000.000 )
5. Laba Rp.75.000.000 Rp.50.000.000
No Keterangan Perbedaan laba
1. Perubahan margin kontribusi ( 95.000.000 – 120.000.000 ) (Rp. 25.000.000)
2. Dikurangi : Perubahan biaya tetap -
3. Penurunan Laba (Rp. 25.000.000 )
Ket : * Rp.50.000 = ( Rp. 375.000 – Rp. 325.000 )
Persediaan Maksimum = Q
1.000
Persediaan
Minimum 0
Waktu pemakaian persediaan sampai habis ? Waktu
• Persediaan dalam perusahaan manufaktur
diklasifikasikan menjadi :
persediaan bahan baku (raw materials),
produk jadi (finished products),
komponen (component parts),
bahan penolong (supplies) dan
barang dalam proses ( work in process).
• Perusahaan dapat saja menyelenggarakan
persediaan dalam jumlah yang besar, namun
demikian persediaan yang besar tidak selalu
menguntungkan perusahaan, sehingga jumlah
persediaan perlu dikendalikan.
Fungsi Pengendalian Persediaan/ Inventori
• Fungsi pengendalian persediaan pada suatu
perusahaan antara lain adalah:
1. Menghindari keterlambatan pengiriman
2. Menghindari ada material/part yang rusak
3. Menghindari kenaikan harga
4. Mendapatkan diskon bila membeli dalam
jumlah tertentu
5. Menjamin kelangsungan produksi
• Manajemen persediaan penting untuk membentuk keunggulan kompetitif
jangka panjang.
• Tingkat persediaan mempengaruhi harga jual, kualitas, perekayasaan
produk, kapasitas menganggur, waktu lembur, kemampuan merespon
permintaan pelanggan, waktu tunggu dan profitabilitas secara
keseluruhan.
• Apabila permintaan terhadap persediaan yang diperoleh dari pemasok
dapat diketahui dengan pasti untuk suatu periode tertentu, maka biaya
yang berhubungan dengan persediaan yaitu : Biaya Pemesanan ( Ordering
cost ) dan biaya penyimpanan ( Carrying cost ).
• Apabila persediaan di produksi secara internal maka terdapat dua jenis
biaya yaitu : biaya set up dan biaya penyimpanan.
• Biaya Pemesanan adalah Biaya untuk memesan dan menerima pesanan.
• Misalnya : Biaya pemrosesan suatu pesanan, biaya assuransi pengiriman
bahan yang dipesan dan biaya bongkar muat.
• Biaya Setup ( Setup cost ) adalah biaya untuk menyiapkan peralatan dan
fasilitas agar dapat digunakan untuk memproduksi suatu produk atau
komponen tertentu.
• Misalnya : Upah karyawan produksi menganggur, biaya fasilitas produksi
menganggur dan biaya pengujian.
• Biaya Penyimpanan adalah biaya yang timbul karena penyimpanan persediaan.
• Misalnya : Biaya assuransi persediaan, biaya karena barang ketinggalan jaman,
biaya kesempatan karena modal tertanam dalam persediaan, biaya penanganan
bahan dan biaya ruang penyimpanan.
• Jika permintaan tidak diketahui dengan pasti, maka biaya yang muncul adalah
biaya stockout
• Biaya stockout ( biaya kehabisan sediaan ) adalah biaya yang terjadi karena
tidak tersedianya produk yang dipesan oleh pelanggan.
• Misalnya, hilangnya penjualan sekarang dan masa yang akan datang, biaya
penghentian produksi dan biaya untuk mempercepat aktivitas memenuhi
pesanan pelanggan yang meliputi biaya pengiriman yang meningkat dan biaya
lembur.
ECONOMIC ORDER QUANTITY ( EOQ )
• Menurut Heizer dan Render (2011:68) EOQ (Economical Order Quantity)
adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan
terkenal secara luas, metode pengendalian persediaan ini menjawab 2
(dua) pertanyaan penting yaitu :
• dimana
• TIC : Total Inventory Cost
• Q/2 : persediaan rata-rata
• R/Q : frekuensi pemesanan
• Ch : biaya penyimpanan per unit barang per satu satuan waktu
• Co : biaya pemesanan setiap kali pesan
• TIC minimum akan terjadi pada tingkat jumlah pembelian yang paling ekonomis atau disebut Economic Order Quantity.
Biaya
minimum
EOQ
• Sedang untuk menghitung Total Biaya Anual (TAC( sering
juga disingkat TC adalah sebagai berikut:
• Dimana
D = R = Kebutuhan satu tahun
C = P = Harga perolehan barang
S= Cs = Co = Biaya Pesan setiap kali pesan
H = Ch = Biaya Simpan per unit
• Biaya simpan per unit barang per satu satuan waktu memiliki
hubungan yang positif terhadap jumlah barang yang dipesan.
• Artinya, semakin banyak barang yang dipesan dalam setiap kali
pesan, semakin banyak barang yang disimpan, semakin besar pula
biaya simpan yang ditanggung.
• Sebaliknya biaya pemesanan setiap kali pesan memiliki hubungan
yang negatif terhadap jumlah barang yang dipesan.
• Artinya, semakin banyak barang yang dipesan dalam setiap kali
pesan, semakin kecil frekuensi pembelian, semakin rendah pula
biaya pemesanan yang harus ditanggung perusahaan.
• Dengan kata lain bahwa biaya pesan memiliki hubungan yang positif
terhadap frekuensi pemesanan.
Economic Order Quantity ( EOQ )
• EOQ adalah volume pembelian yang paling ekonomis
untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian.
Secara matemastis dinyatakan sebagai berikut:
• dimana
• R : kebutuhan bahan mentah satu tahun
Co : Ordering Cost setiap kali pesan
Ch : Holding Cost per unit per satu satuan waktu
• Model EOQ di atas dikembangkan dengan asumsi:
Hanya ada satu jenis/item persediaan yang hendak
direview.
Seluruh jumlah bahan mentah yang dipesan datang
pada satu titik waktu tertentu.
Permintaan akan bahan bersifat konstan atau
mendekati tingkat konstan.
Lead time konstan.
Holding cost didasarkan pada rata-rata persediaan
Ordering atau setup cost konstan
Tidak terjadi kehabisan bahan.
Tidak ada pengembalian barang yang sudah dipesan
Contoh : 1
• PT. GAPTEK adalah perusahaan yang bergerak di bidang perakitan barang elektronik.
Untuk suku cadang, perusahaan mendatangkan dari luar perusahaan. Informasi yang
diperoleh dari perusahaan adalah sbb :
• Jumlah penggunaan suku cadang setahun = 20.000 unit
• Jumlah pemesanan setiap kali pesan = 2.000 unit
• Biaya pemesanan = Rp. 10.000
• Biaya Penyimpanan = Rp. 40 per unit
• Hitunglah EOQ nya ?
• Jawab :
• Frekuensi Pemesanan selama setahun = 20.000 unit : 2.000 Unit = 10 Kali
• Biaya pemesanan setiap kali pesan = Rp.10.000 : 10 Kali = Rp.1.000 per pesanan.
EOQ = 2(24.000)(Rp.38 )
0.18 x Rp.12
= 1,824,000
2.16
= 844,444.44
= 918.9365835
= 919 unit
1 24000
TIC = ( 919 ) ( 2.16 ) + Rp.38 EOQ
2 919
ROP
Waktu
Lead time
• Kebutuhan Bahan Baku selama setahun 24.000 unit,
dengan mengandaikan perusahaan beroperasi 250 hari
setahun, Apabila pengantaran bahan dari saat pesan
hingga barang datang dan siap digunakan memerlukan
waktu 3 hari atau lead time ( lt ) adalah 3 hari
• maka dapat dihitung kebutuhan per hari ( d ) yaitu
sebanyak (24.000/250 = 96 ).,
• Maka ROP = d x lt = 96 x 3 = 288 unit atau
• kebutuhan bahan selama lead time, yakni sebesar 288 unit
• Bila diasumsikan bahwa kebutuhan bersifat konstan dan
lead time tetap, maka saat pemesanan kembali (ROP)
dilakukan pada waktu persediaan di gudang berada pada
tingkat 288 unit.
Cycle Time
• Setelah ROP diketahui, maka dapat dihitung jarak waktu
antara satu pemesanan dengan pemesanan berikutnya
atau yang disebut cycle time. Secara matematik,
perhitungan Cycle Time adalah sebagai berikut:
• Keterangan:
T : Cycle Time
Q : EOQ
R : Kebutuhan bahan selama satu tahun
N : jumlah hari operasi dalam satu tahun
• Dengan melanjutkan contoh di atas, di ketahui
bahwa kebutuhan bahan baku setahun 24.000
unit, EOQ = 919 unit dan jumlah hari operasi 250
hari setahun,
• maka dapat dihitung Cycle Time, yaitu :
• T = N.Q / R
• T = 250 x 919 / 24.000
• T = 9,6 hari
• Artinya, bahwa pemesanan dilakukan setiap 9,6
hari sekali.
Contoh kasus discount dalam menghitung EOQ
• Diketahui :
• D= R = 10.000 unit (permintaan/kebutuhan tahunan)
• Co / Biaya pemesanan = Rp.20,- per pesan
• H= Ch / Biaya penyimpanan = 20% dari harga per unit
• C=P = harga per unit tergantung besarnya pemesanan; yaitu
apabila :
1. pesan di bawah 499 unit harga per unit =Rp.5,00;
2. pesan antara 500 sampai 999 unit, harga per unitnya Rp.4,50,
3. sedang bila pesan di atas 1.000, harga per unitnya Rp. 3,90.
• Berapa jumlah yang harus dipesan ?
Penyelesaian : Langkah 1 : Mencari eoq masing-masing kategori harga
= 2(10.000)(Rp.20 )
0.20 x Rp.5
= 400,000
1
= 400,000.00
= 632 Unit
Untuk pemesan di bawah 499 unit dengan harga per unit Rp. 5,- adalah TIDAK
FEASIBLE, karena jumlah pesanan Ekonomisnya ( EOQ ) nya adalah sebesar 632 Unit
Penyelesaian :
2. pesan antara 500 sampai 999 unit, harga per unitnya Rp.4,50
= 2(10.000)(Rp.20 )
0.20 x Rp.4.5
= 400,000
0.9
= 444,444.44
= 667 Unit
Untuk pemesan antara 500 unit s/d 999 unit, harga per unit Rp. 4,5,- adalah FEASIBLE,
karena jumlah pesanan Ekonomisnya ( EOQ ) nya adalah sebesar 667 Unit
3. Pesan di atas Penyelesaian
1.000, harga : per unitnya 3,90.
= 2(10.000)(Rp.20 )
0.20 x Rp.3,9
= 400,000
0.78
= 512,820.51
= 716 Unit
• Untuk pemesan di atas 1.000 unit, harga Rp. 3,9,- adalah TIDAK
FEASIBLE, karena jumlah pesanan Ekonomisnya ( EOQ ) nya
adalah sebesar 716 Unit, akan tetapi Jika pesanan kurang dari
atau sama dengan 1.000 unit dg harga Rp.3,9,- adalah FEASIBLE
• Untuk P= Rp.5,- maka EOQ-nya = 632, tidak feasible,
• untuk P=Rp.4,5 maka EOQ-nya = 667, feasible
• untuk P=Rp.3,9, maka EOQ-nya = 716, tidak feasible
• Untuk P=Rp.3,9, Q ≤ 1.000, feasible
Langkah 2 : Dari yang feasible, dihitung TC atau TAC-nya
1. Untuk EOQ = 667 unit, harga Rp.4.5,- pemesan antara 500 unit s/d 999 unit
10,000 667
TC = ( 10.000 x 4.5 ) + x 20 + x ( 0,20 x 4,5 )
667 2
= 45,000 + 299.85 + 300.15
= 45,600
10,000 716
TC = ( 10.000 x 4.5 ) + x 20 + x ( 0,20 x 3,9 )
716 2
= 39,000 + 279.33 + 279.24
= 39,559
2 x KSt x S
KPE =
HSt x I
• Dimana :
• KSt : Kuantitas standar Bahan baku dipakai selama periode tertentu
• S : Biaya Pemesanan setiap kali pesan ( ordering cost )
• HSt : Harga standar bahan baku per unit
• I : Biaya penyimpanan bahan di Gudang yang dinyatakan dalam persentase dari nilai
persediaan rata-rata dalam satuan mata uang yang disebut dengan carrying cost
• HSt x I : biaya penyimpanan per unit
• Biaya Penyimpanan ( Carrying cost ) disebut juga dengan storage cost atau
holding cost, meliputi : Biaya tempat menyimpan, biaya pemeliharaan bahan,
biaya kemungkinan bahan rusak dan hilang, biaya assuransi, biaya modal
yang diinvestasikan, biaya pajak, biaya menghitung dan menimbang bahan,
dll.
• Biaya pemesanan ( procurement cost ) disebut juga dengan ordering cost
atau set up cost , meliputi : persiapan memesan bahan, biaya pengiriman
untuk memesan bahan, biaya penerimaan barang yang dipesan, biaya
pembayaran bahan yang dipesan.
• Pembelian berdasarkan KPE dapat dibenarkan bila syarat berikut terpenuhi :
• Bahan tidak mudah rusak dan pengiriman bahan tidak terlambat
• Biaya pemesanan dan penyimpanan per unit constant
• Kebutuhan bahan relative stabil sepanjang tahun ( periode )
• Harga beli bahan per unit constant sepanjang periode
• Setiap saat bahan diperlukan selalu tersedia di pasar
• Bahan yang dipesan tidak terkait dengan bahan yang lain, terkecuali bahan
tersebut ikut diperhitungkan tersendiri dalam KPE
Contoh :
= 529,984
64
= 8,281.00
= 91 Unit
• Berarti pembelian yang paling ekonomis untuk setiap kali pesan adalah
sebanyak 91 0ns.
• Karena dalam satu tahun kebutuhan kedelai adalah 364 ons, maka dalam
setahun dilakukan 4 kali pemesanan ( 364 : 91 ).
• Kebutuhan kedelai sebanyak 364 ons dapat saja dilakukan dengan beberapa
alternative:
1. 2 kali pesan dan setiap kali pesan sebanyak 182 ons
2. 4 kali pesan dan setiap kali pesan sebanyak 91 ons
3. 7 kali pesan dan setiap kali pesan sebanyak 52 ons
• Akan tetapi dari ketiga alternative tersebut yang paling ekonomis adalah bila
dilakukan 4 kali pesan,
• Pembuktian : Apakah pada intensitas 4 kali pesan adalah biayanya paling
ekonomis ?
• Alternatif 1 : 2 kali pesan
• Nilai rata-rata persediaan = ( 182 ons x Rp.160 ) : 2 = Rp. 14.560
• Biaya-biaya
• Biaya penyimpanan setahun = 40% x Rp. 14.560 = Rp. 5.824
• Biaya pesan setahun = 2 x Rp. 728 = Rp. 1.456
• Biaya bahan baku setahun = 364 ons x Rp.160 = Rp.58.240 +
• Jumlah biaya setahun = Rp.65,520
• Alternatif 2 : 4 kali pesan
• Nilai rata-rata persediaan = ( 91 ons x Rp.160 ) : 2 = Rp. 2.730
• Biaya-biaya
• Biaya penyimpanan setahun = 40% x Rp. 2.730 = Rp. 1.092
• Biaya pesan setahun = 4 x Rp. 728 = Rp. 2.912
• Biaya bahan baku setahun = 364 ons x Rp.160 = Rp.58.240 +
• Jumlah biaya setahun = Rp.62.244
= 529,984
64
= 8,281.00
= 91 Kg
• Divisi saat ini menggunakan aset operasi Rp.75.000.000; sedangkan laba operasi atas
investasi sekarang sebesar Rp.11.250.000. Divisi telah mendapat persetujuan untuk
mengajukan investasi modal baru sebesar Rp.15.000.000. Kantor pusat perusahaan
meminta semua investasi menghasilkan sedikitnya 11% (tingkat ini mencerminkan
jumlah yang harus dihasilkan untuk menutup biaya perolehan modal).
• Diminta: Hitunglah ROI divisi untuk tiap-tiap skenario:
• (1) investasi pada kamera digital,
• (2) investasi pada TV layar datar,
• (3) investasi pada keduanya, dan
• (4) tidak berinvestasi pada keduanya.
• Jika kinerja divisi diukur dengan ROI, apa keputusan investasi yang sebaiknya diambil
divisi elektronik tersebut?
Penyelesaian
75.000.000 +
75.000.000 + 75.000.000 +
10.000.000+
10.000.000 4.000.000 4.000.000
11.250.000 +
11.250.000 + 11.250.000 +
1.300.000 +
1.300.000 680.000 680.000
• Dengan memperhatikan perhitungan ROI di atas, maka keputusan
investasi yang akan diambil oleh divisi yang kinerjanya diukur
berdasarkan ROI adalah mengambil investasi pada TV layar datar
saja. Investasi tersebut menghasilkan ROI divisi yang lebih tinggi
dibandingkan alternatif investasi lainnya.
• Pilihan investasi hanya pada TV layar datar saja dianggap dapat
memaksimalkan ROI divisi, namun sebenarnya hal tersebut
merugikan dalam perolehan laba perusahaan secara keseluruhan.
• Jika investasi pada kamera digital diambil, maka perusahaan akan
memperoleh laba Rp1.300.000,00. Dengan tidak memilih investasi
tersebut, maka dana sebesar Rp10.000.000 hanya akan
diinvestasikan pada tingkat kembalian 11%, atau menghasilkan laba
Rp1.100.000. Hal ini akan merugikan peluang laba investasi
perusahaan sebesar Rp200.000 (Rp1.300.000 - Rp1.100.000).
• Dengan demikian, maka penekanan yang berlebihan terhadap
penggunaan ROI sebagai dasar penilaian kinerja justru merugikan
perusahaan.
Economic Value Added (EVA)
• Salah satu alat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan atau
divisi adalah Economic Value Added (EVA).
• EVA adalah laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total
biaya modal (cost of Capital) tahunan.
• Jika EVA lebih besar dari nol berarti perusahaan telah
menciptakan nilai atau kekayaan untuk pemegang saham,
sebaliknya jika EVA negatif perusahaan merusak nilai
perusahaan
• EVA dinyatakan dalam satuan uang, bukan dalam presentase
tingkat return. EVA dapat dihitung melalui rumus berikut ini:
• Kesulitan yang sering dihadapi oleh perusahaan adalah bagaimana
menghitung biaya modal (Cost of Capital /CoC).
• Ada dua langkah yang harus dilakukan dalam menghitung biaya modal:
1. Menentukan biaya modal rata-rata tertimbang. Biasanya, biaya modal
rata-rata (Weighted Average Cost of Capital/WACC). dinyatakan dalam
suatu persentase. Perusahaan harus terlebih dahulu mengidentifikasi
sumber pembiayaan investasi, apakah dari utang atau penjualan
saham.
a. Jika dana diperoleh dari utang (baik utang bank maupun utang
obligasi), maka biaya modal dihitung dari tingkat bunga yang harus
dibayar dan nantinya akan mendapatkan manfaat pengurangan pajak.
b. Jika diperoleh dari penjualan saham, biaya modalnya adalah return
investasi yang diberikan kepada pemegang saham, namun tidak
memperoleh manfaat pengurangan pajak.
2. Menentukan nilai nominal jumlah modal yang digunakan
• Menghitung weighted average cost of capital atau WACC dapat menggunakan
rumus berikut ini :
Contoh Menghitung WACC
• Target struktur modal perusahaan adalah 30%
hutang, 10% saham preferen dan 60% modal
sendiri (yang seluruhnya berasal dari laba
ditahan). Biaya hutang adalah 12%, biaya saham
preferen 12,6% dan biaya laba ditahan 16,5%,
pajak diketahui sebesar 40%. Berapa struktur
modal keseluruhannya?
• WACC = 0,3 x ( 12% )(1-40%) + 0,1x ( 12,6% ) + 0,6 x (16,5% )
• = 2,16% + 1,26% + 9,9% = 13,32%
Contoh Kasus
• Perusahaan akan membiayai sebuah investasi senilai
Rp100.000.000 dan akan menghasilkan laba bersih operasi
Rp15.000.000 dengan menggunakan tiga sumber
pembiayaan, yaitu :
• Utang obligasi jk.panjang (tingkat bunga 9%) sebesar
Rp40.000.000,
• Utang bank (tingkat bunga 10%) sebesar Rp30.000.000, dan
• Penjualan saham umum (tingkat return yang diharapkan 12%
) sebesar Rp30.000.000.
• Tarif pajak yang ditetapkan pemerintah 30%. Diminta:
• (a) berapakah biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)
investasi tersebut?
• (b) berapakah EVA investasi?
=2,52%
=2,10%
=3,60%
=8,22%
Rp.40 Jt / 100 jt 0,40 x 0,063