Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER SERVIKS
KELOMPOK 11 :
CHARISMATEW DALAWA 17061151
GLORIA SULU 17061076
EUNIKE RUINDUNGAN 17061052
A.DEFINISI

 Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal disekitarnya (FKUL, 1990; FKKP, 1997).
 Kanker serviks merupakan penyakit kanker kedua terbanyak yang dialami oleh wanita
diseluruh dunia. Menurut Internasional Agency for research on cancer (IARC), 85% dari
kasus kanker didunia dengan jumlah sekitar 493.000 dengan jumlah 273.000 kematian
terjadi diNegara-negara bekembang. Dan Indonesia jumlah pengidap kanker serviks
kedua terbesar setelah cina.
B.ETIOLOGI

 Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :
 1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
 2. Jumlah kehamilan dan partus
 3. Jumlah perkawinan
 4. Infeksi virus
C.ANATOMI & FISIOLOGI

 1. Anatomi
 2. Fisiologi
a. Vagina
Sebagai organ kopulasi, jalan lahir dan menjadi duktus ekskretorius darah menstruasi.
b. Tuba uterine
Berfungsi membawa ovum dari ovarium ke kavum uteri dan mengalirkan spermatozoa dalam arah
berlawanan dan tempat terjadinya fertilisasi.
c. Uterus
Sebagai tempat ovum yang telah dibuahi secara normal tertanam dan tempat normal dimana organ
selanjutnya tumbuh dan mendapat makanan sampai bayi lahir.
d. Ovarium Sebagai organ eksokrin (sitogenik) dan endokrin.Disebut sebagai organ eksokrin karena
mampu menghasilkan ovum saat pubertas, sedangkan disebut sebagai organ kelenjar endokrin karena
menghasilkan hormone estrogen dan progesteron.
D.PATOFISIOLOGI

 Pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi tanda-tanda dan keluhan, pada
pemeriksaan dengan spekulan, tampak sebagai porsio yang erosif (Metaplasia Squamora)
yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumbuh:
1. Eksofilik, mulai dari squamo – columnar (SCJ) ke arah lumen vagina sebagai masa
proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis
2. Endofilik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma servik dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus
3. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan
melibatkan awal fornless vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
E. TANDA & GEJALA

 Manifestasi klinik dari karsinoma servik meliputi:


1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III).
3. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%).
4. Pedarahan spontan saat defekasi.
5. perdarahan spontan pervaginam.
6. Anemi akibat perdarahan berulang
7. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor keserabut saraf.
G.PENATALAKSANAAN

 Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosa telah dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan
perencanaan yang matang oleh tim kanker / tim onkologi.
1. Pada Tingkat Klinis (KIS) tidak dibenarkan dilakukan elektrokoagulasi, elektrofigerasi, bedah krio atau dengan sinar
laser, kecuali bila yang menangani seorang ahli dalam kolposkopi dan penderinta masih muda dan belum mempunyai anak.
Jika penderitanya telah cukup anak dan cukup tua dilakukan histerektomi sederhana. Jika operasi merupakan suatu
kontraindikasi aplikasi radium dengan dosis 6500 – 7000 rads/c by dititik A tanpa penambahan penyinaran luar.
2. Pada tingkat klinik Ia penanganannya seperti pada KIS
3. Pada tingkat klinik Ib, Ib OCC dan IIa dilakukan histerektomi medical dengan limfatenektomi panggul, pasca bedah
biasanya dilanjutkan dengan penyinaran, tergantung ada / tidaknya sel tumor dalam kelenjar limfe regional yang diangkat.
4. Pada tingkat IIb, III dan IV tidak dibenarkan melakukan tindakan bedah, tindakan primer adalah radioterapi.
5. Pada tingkat klinik IVa dan IVb penyinaran hanya bersifat paliatif, pemberian kematherapi dapat dipertimbangkan.
H.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Sitologi / Pap Smear


2. Schillentest
3. Koloskopi
4. Kolpomikroskopi
5. Biopsi
6. Konisasi
I. PATOFLOW
J. ASKEP TEORI

 a. Pengkajian
 Data Dasar :
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan
fisik dan melalui pemeriksaan penunjang.
 Data Pasien :
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis
kelamin dan pendidikan terakhir.
 Keluhan Utama :
pasien biasanya dating dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
 Riwayat Penyakit Sekarsng :
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada
stadium akhir, yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa
nyeri intra servikal.
 Riwayat Penyakit Sebelum :
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta
adanya tumor.
Riwayat keluarga yang menderita kanker.
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya :
Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok social ekonomi yang rendah, berkaitan erat
dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh,
serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital
 Data Khusus
1. Riwayat kebidanan : paritas, kelainan menstruasi lama, jumlah dan warna darah, adakah
hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang
dilakukan sekarang.
2. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear; kol poskopi, servikografi, pemeriksaan visual
langsung, gineskopi.
 b. Diagnosa Keperawatan & Intervensi

1. Gangguan perfusi jaringan (anemia) berhubungan dengan perdarahan


intra servikal.

Tujuan : setelah diberikan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


perfusi jaringan membaik.
 Kriteria hasil :
• Perdarahan intra servikal berkurang
• Konjungtiva tidak anemis
• Mukosa bibir lembab dan kemerahan
• Ektremitas hangat
• Tanda vital dalam batas normal, TD :120-140 / 70-80 mmHg, Nadi : 70-
80x/mnt, S : 36-37 derajat C, RR : 18-24x/mnt
 Intervensi:
 Observasi tanda vital setiap 8 jam
 Observasi perdarahan (jumlah, warna, lama)
 Kolaborasi
-Pemasangan tampon vagina
-Therapi untuk menghentikan perdarahan dan anemia
-Pemberian oksigen (bila perlu)
-Pemeriksaan laboratorium : Hb
 2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
berlebihan melalui rute normal, abnormal, mual-muntah, perdarahan.

 Tujuan : klien menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat setelah


dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.
 Kriteria hasil :

-Membran mukosa lembab


-Turgor baik
-TTV stabil
-Intake dan output seimbang
 Intervensi :
-Pantau masukan dan haluaran urine
-Evaluasi TTV setiap 8 jam
-Evaluasi nadi perifer dan pengisian kapiler
-Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa
-Dorong pemasukan cairan sesuai toleransi klien
-Observasi adanya mual-muntah dan perdarahan
-Kolaborasi pemberian cairan sesuai indikasi
-Kolaborasi pemeriksaan laboratorium
 3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder adanya imonosupresi, supresi sumsum tulang dan pengeluaran
pervaginaan.

 Tujuan : tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama 3 x 24 jam.
 Kriteria hasil :

• Tidak ada tanda-tanda infeksi


• TTV dalam batas normal
• Hasil laboratorium dalam batas normal : leukosit
 Intervensi :
• Tekankan klien pada hygiene personal khususnya hygiene perineal dan oral.
• Pantau TTV
• Gerakan prinsip aseptic dalam memberikan perawatan.
• Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi
• Kolaborasi pemeriksaan kultur
• Kolaborasi pemberian antibiotik
• Kolaborasi pemeriksaan laboratorium : leukosit
 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
stomatitis, mual-mual dan anoreksia.

 Tujuan : status nutrisi dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan


setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.
 Kriteria hasil :

-Konjungtiva tidak anemis


-Sklera tidak ikterik
-BB dalam batas normal
-Hasil laboratorium dalam batas normal
 Intervensi :

 Pantau masukan makanan setiap hari


 Ukur BB setiap hari / sesuai indikasi
 Dorong klien untuk makanan tinggi kalori dan protein
 Identifikasi suasana makan yang menyenangkan
 Dorong klien untuk makan sedikit tetapi sering
 Kolaborasi :
- Pemberian obat sesuai indikasi
- Pemeriksaan laboratorium : Hb
 5. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan invasi kanker ke
serabut saraf.

 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam


diharapkan klien tahu cara mengatasi nyeri.
 Kriteria hasil :
Klien mampu melakukan teknik / cara-cara mengatasi nyerinya.
Intensitas nyeri berkurang
Ekspresi muka dan tubuh rileks
 Intervensi :
- Kaji karakteristik nyeri – PQRST
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
- Libatkan keluarga dalam melakukan intervensi
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Kaji efektifitas analgetik.
 6. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
pengobatannya.

 Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1 x 30 menit ansietas /


cemas berkurang.
 Kriteria hasil :
 Ansietas berkurang
 Klien mengutarakan cara untuk menurunkan berat badan
 Intervensi :
 Kaji tingkat ansietas klien
 Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
 Identifikasi support system dalam keluarga
 Dorong diskusi terbuka system dalam keluarga
 7. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya
berhubungan dengan tidak mengenai sumber informasi.

 Tujuan : setelah diberikan tindakan perawatan selama 1 x 30 menit


klien dan keluarga tahu tentang penyakit dan pengobatannya.
 Kriteria hasil :
 Klien mampu menyebutkan cara pengobatan penyakitnya
 Klien mampu menyebutkan efek samping pengobatan

 Intervensi :
 Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang ca.cervik dan
pengobatannya
 Berikan pendidikan kesehatan tentang ca.cerviks dan pengobatannya.
 8. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan kemoterapi,
radiasi dan penurunan imonulogis.

 Tujuan : klien tidak mengalami kerusakan integritas kulit setelah


diberikan perawatan selama 3 x 24 jam
 Kriteria hasil :
 Integritas kulit utuh
 Intervensi :
 Kaji kulit dari efek samping terapi kanker
 Gunakan air hangat dan sabun ringan pada waktu mandi
 Anjurkan klien untuk tidak menggaruk
 Ubah posisi / alih baring sesering mungkin
 Hindari untuk memakai krim apapun kecuali resep dari dokter
 Kolaborasi pemberian obat topical.
 9. Gangguan body image berhubungan dengan bau tidak enak pada
vagina, alcopesia akibat efek pengobatan.

 Tujuan : setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi


diri dan persepsi klien menjadi stabil.
 Kriteria hasil :
 Klien mampu mengekspresikan perasaannya
 Klien mampu membagi perasaan dengan keluarga dan perawat.
 Klien mampu menerima perubahan pada dirinya
 Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri
 Intervensi :
 Kontak dengan klien sering dan perlakuan klien dengan hangat dan sikap positif
 Berikan dorongan pada klien untuk mengekskresikan perasaan dan pikiran tentang kondisi,
kemajuan, prognosa, sifat pendukung dan pengobatan.
 Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri, hubungan inter
personal, kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan normal.
 Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan
 Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.
 10. Perubahan pola seksual berhubungan dengan bau tidak enak pada
vagina.

 Tujuan : pola seksual tidak mengalami perubahan / gangguan setelah


diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.
 Kriteria hasil :
 Klien / pasangan dapat mengungkapkan penerimaan akan perubahan pola seksual.
 Intervensi :
 Jelaskan efek penyakit, kesehatan fungsi seksual
 Diskusikan perasaan klien terhadap fungsi seksual
 Diskusikan masalah tersebut dengan pasangan
 Beri waktu sendiri untuk klien membicarakan masalah pola seksual.
K.DAFTAR PUSTAKA

 1. https://edoc.site/queue/makalah-anatomi-dan-fisiologi-sistem-reproduksi-pdf-
free.html
 2. Padila.2015.Asuhan Keperawatan Maternitas. Nuha Medika
 3. https://www.academia.edu/10639013/LP_Ca_Cerviks
THANK YOU 😍

Anda mungkin juga menyukai