Anda di halaman 1dari 16

Peran Pemerintah dalam Pembangunan

Pemberdayaan Perempuan

Kelompok 6

1. Fina Nanda Fantio


2. Nabila Fitria Angela
3. Nadiyya Puspadiina
A. Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Perempuan di
Indonesia

Berbagai upaya telah dilakukan oleh negara dalam rangka


meningkatkan taraf hidup perempuan khususnya dan masyarakat
umumnya. Baik pada tataran kebijakan, kegiatan, program
pembangunan yang berorientasi untuk mencapai kesetaraan dan
menghilangkan kesenjangan gender dalam tata kehidupan masyarakat.
Strategi Nasional Program
Pemberdayaan Perempuan

1. Pembangunan nasional berperspektif gender dan


peduli anak
2. Pengembangan kemitrasejajaran yang harmonis
antara perempuan dan laki-laki

3. Pengembangn kemitraan dan jaringan kerja


4. Pengembangan indikator

5. Pengembangan sistem penghargaan


6. Perluasan pendidikan bagi anak perempuan
7. Pengembangan sistem informasi manajemen
Realisasi Pemberdayaan Perempuan
Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan
di berbagai bidang kehidupan

Meningkatkan peran perempuan sebagai pengambil


keputusan dalam mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender
Meningkatkan komitmen dan kemampuan semua
lembaga yang memperjuangkan kesetaraan dan
keadilan gender
Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian
organisasi perempuan dengan mempertahankan nilai
persatuan dan kesatuan

Mengembangkan usaha pemberdayan perempuan,


kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta
perlindungan anak
B. Tujuan Pemberdayaan Perempuan

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan


menurut Ambar T. Sulistyani (2004: 80) adalah
untuk membentuk individu dan masyarakat
menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berpikir, bertindak dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan.
Kemandirian masyarakat dapat dicapai melalui sebuah proses, melalui
proses belajar maka masyarakat secara bertahap akan memperoleh
kemampuan di atas. Tujuan pemberdayaan perempuan menurut
Sumodiningrat yaitu sebagai berikut.

11 2
Membangun eksistensi, dalam Memotivasi perempuan agar
hal ini eksistensi perempuan. mempunyai kemampuan atau
Perempuan harus menyadari keberdayaan untuk menentukan apa
harus bahwa ia mempunyai hak yang menjadi pilihan hidup melalui
yang sama dengan laki-laki. proses dialog.
Next…

3
Menumbuhkan kesadaran pada diri
perempuan tentang kesetaraan dan
kedudukannya baik di sektor publik
maupun domestik.
C. Kebijakan Dasar Pemberdayaan Perempuan

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999-


2004, mengamanatkan bahwa untuk meningkatkan
peran dan kedudukan perempuan perlu dikembangkan
suatu kebijakan nasional yang diemban oleh suatu
lembaga yang mampu meujudkan kesetaraan dan
keadilan gender, serta meningkatkan kemandirian dan
kemampuan organisasi perempuan (Ria Fitri, 2010)
Menurut Ria Fitri (2010), Untuk memperkecil kesenjangan tersebut pemerintah
telah mengeluarkan beberapa peraturan yang dapat mendukung terujudnya
kesetaraan dan keadilan gender, yakni sebagai berikut:

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan


1 Konvensi Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi terhadap
perempuan.

Intruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan


2 Gender.
1. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi terhadap perempuan.

Negara berkewajiban membuat peraturanperaturan hukum yang diperlukan dengan berpedoman


pada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam CEDAW.
Menurut CEDAW, prinsip dasar kewajiban negara meliputi hal-hal:

a. Menjamin hak-hak wanita melalui hukum dan kebijakasanaan, serta menjamin hasilnya (obligation of
results);

b. Menjamin pelaksanaan praktis dari hak-hak itu melalui langkahlangkah atau aturan khusus yang menciptakan
kondisi yang kondusif untuk meningkatkan kemampuan akses wanita pada peluang dan kesempatan yang ada;

c. negara tidak saja menjamin, tetapi juga merealisasi hak-hak yang ada;

d. tidak saja menjamin secara de-jure, tetapi juga secara de-facto;

e. negara tidak hanya mengatur di sektor publik, tetapi juga terhadap tindakan dari orang-orang dan lembaga di
sektor privat (keluarga) dan swasta.
2. Intruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

Kesetaraan dan keadilan gender menghendaki bahwa laki-laki dan


perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk ikut berperan
dalam proses pembangunan yaitu:

1 2

Perencanaan, menyusun Pelaksanaan, memastikan


pernyataan atau tujuan yang bahwa strategi yang disusun
jelas dalam upaya menutup mencakup upaya menutup
kesenjangan antara perempuan kesenjangan gender antara
dan laki-laki. perempuan dan laki-laki.
Next…

3 4

Pemantauan, mengukur kemajuan dalam Penilaian (evaluasi), memastikan bahwa status


pelaksanaan program dalam hal perempuan dan laki-laki menjadi lebih setara dan
meningkatkan akses, partisipasi, kontrol, dan kesenjangan gender berkurang sebagai hasil
manfaat yang berbeda bagi perempuan dan prakarsa tersebut.
laki-laki, dan mengidentifikasi upaya
lanjutan untuk memastikan tujuan menutup
kesenjangan gender.
Upaya pada tahun 2004, telah disahkan undang-undang
yang dimaksudkan untuk melindungi perempuan dan
anak dari kekerasan dalam rumah tangga yaitu Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT). Pasal 5
UU PKDRT.

Selanjutnya, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang merupakan amanat UU
PKDRT. Pasal 43 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004, yang mengatur kerjasama penyelenggaraan pemulihan
korban kekerasan dalam rumah tangga yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah, pemerintah daerah dan
lembaga sosial sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing termasuk penyediaan fasilitas yang diperlukan untuk
pemulihan korban.
Next…

Pada tahun 2007 Negara Indonesia


memiliki Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2007 tentang Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pada tahun 2006, Negara Indonesia telah Pemberantasan Tindak Pidana Pemerintah Nomor 9 Tahun 2008
memiliki UndangUndang Nomor 13 Perdagangan Orang (UU PTPPO). tentang Tata Cara dan Mekanisme
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi Pasal 51 dan Pasal 52 UU PTPPO Pelayanan Terpadu Bagi Saksi
dan Korban yang selanjutnya dan/atau Korban Tindak Pidana
ditindaklanjuti dengan pembentukan Perdagangan Orang sebagai amanat
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban yang diperintahkan dalam Pasal 46
(LPSK) ayat (2) UU PTPPO
Pada Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Pada tahun 2009 Pemerintah
Tahun 2008 mengamanatkan Menteri mengesahkan Undang-Undang
Negara Pemberdayaan Perempuan untuk Nomor 36 Tahun 2009 tentang
menyusun suatu standar pelayanan minimal Kesehatan, yang dalam Pasal 133
dan prosedur standar operasional yang akan
menjadi pedoman dalam penyelenggaraan
pelayanan terpadu oleh kementerian dan
lembaga terkait dan PPT di daerah. Pada
tahun 2008 Indonesia telah memiliki
Undang-Unndang Nomor 44 Tahun 2008
tentang Pornografi.
Thank You!
Wassalamualaikum…

Anda mungkin juga menyukai